Anda di halaman 1dari 18

Demam dengue (dengue fever/DF) adalah demam akut sebagai respon

tubuh terhadap salah satu serotipe virus dengue yang masuk kedalam
aliran darah bersama air liur nyamuk. Dengue adalah infeksi virus yang
ditularkan oleh nyamuk bergenus Aedes.
Respon tubuh terhadap virus dengue bermacam ragam mulai dari
asimptomatik, demam yang sembuh dengan sendirinya, infeksi dengue
yang parah seperti pada demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic
fever/DHF), ataupun berlanjut sebagai dengue shock syndrome (DSS).

Nyamuk Aedes. Sumber: Gathany J, CDC PHIL, 2006.


Diagnosis ditegakkan dengan menanyakan riwayat penyakit, tinggal atau
berkunjung ke daerah endemik, gambaran klinis, pemeriksaan fisik dan
penunjang.
Seperti infeksi virus pada umumnya, DF bersifat self-limiting disease,
yaitu demam ini akan sembuh dengan sendirinya dengan penanganan
dan perawatan yang baik serta kondisi tubuh yang cukup sehat untuk
melawan virus dengue ini. DF yang berlanjut menjadi DHF memerlukan
perawatan khusus di rumah sakit, dengan tujuan menyembuhkan sakitnya
dan mencegah terjadinya DSS. 
Upaya preventif lebih diutamakan dalam penanggulangan penyakit ini,
yaitu dengan cara memutus rantai penularan penyakit melalui
pemberantasan nyamuk dan sarang nyamuk, menghindari gigitan
nyamuk, dan imunisasi. Karenanya, partisipasi masyarakat dibutuhkan
agar strategi pencegahan dan pengendalian penyakit yang dicanangkan
oleh pemerintah dapat diwujudkan.

Epidemiologi demam dengue (dengue fever/DF) cukup di Indonesia,


karena vektor pembawa dengue menyebar secara luas dan cepat
sehingga DF adalah salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia.
Global 

Menurut WHO, dengue merupakan penyakit yang menjadi beban


kesehatan, ekonomi dan sosial pada populasi di daerah endemik. Dalam
50 tahun terakhir, insidensi dengue telah meningkat 30 kali di seluruh
dunia. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor pembawa
penyakit virus dengue adalah yang paling cepat ke seluruh dunia, karena
dapat hidup dan berkembang biak bukan hanya pada daerah tropis tapi
juga pada daerah subtropis. Di samping itu, adanya urbanisasi yang tidak
ditata dengan baik, pertumbuhan populasi dunia, percepatan dan
mudahnya mobilitas penduduk melalui jalur udara, darat dan laut
mengakibatkan mudahnya pula perpindahan penyakit ini ke daerah lain.
[2,11,13]
DF mengenai semua orang. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun
pernah dilaporkan bahwa beberapa kasus demam berdarah dengue
(dengue hemmorhagic fever/DHF) dan dengue shock syndrome /DSS
mengenai lebih banyak pria daripada wanita. Anak-anak usia kurang dari
15 tahun yang terkena virus dengue dan tinggal pada daerah endemik,
secara tipikal hanya mengalami demam biasa yang tidak spesifik, dan
sembuh dengan sendirinya. Prevalensi imunitas yang tinggi pada
penduduk dewasa di daerah endemik kemungkinan mencegah terjadinya
wabah pada anak-anak.[13]
Indonesia 

Sejak tahun 2000, sedikitnya 8 negara Asia yang tadinya bebas penyakit
ini, melaporkan wabah DHF. Pada tahun 2003, empat negara Asia
Tenggara melaporkan kasus dengue, salah satunya adalah Indonesia.
Wabah dengue sudah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di
Indonesia, dan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Faktor musim
tropis monsoon dan letak negara pada zona khatulistiwa menjadikan
nyamuk Aedes aegypti menyebar secara luas dan cepat baik di kota
maupun pedesaan. Situasi ini juga memungkinkan penyebaran berbagai
serotipe virus dengue.
Vektor penular dengue telah tersebar secara global. Di Indonesia,
spesies Aedes aegypti adalah yang terbanyak, disusul oleh Aedes
albopictus. Beragam serotipe telah beredar di berbagai daerah di
Indonesia, namun serotipe 3 masih mendominasi dari masa ke masa. 
[2,8,14-17]

Prognosis demam dengue (dengue fever/DF) umumnya baik, dengan


angka mortalitas kurang dari 1 %, namun apabila terjadi syok, maka
angka mortalitas bisa lebih buruk.
Komplikasi

Komplikasi demam dengue (dengue fever/DF) dapat timbul berdasarkan


penyakit yang sudah diderita pasien sebelumnya, misalnya ulkus
peptikum pada pasien yang dulunya memiliki riwayat gastritis.
Komplikasi demam berdarah dengue (dengue hemorrhagic fever/DHF)
biasanya terkait dengan syok yang dapat mengarah pada asidosis
metabolik, disseminated intravascular coagulation (DIC), hingga
kegagalan multi-organ.
Apabila terjadi kelebihan cairan dalam penatalaksanaan DHF, dapat
terjadi edema pulmonar, gagal jantung akut, dan gangguan elektrolit.
Pada kasus yang jarang, bisa terjadi ensefalopati. [2]
Prognosis

Renjatan yang terjadi pada saat demam, prognosisnya buruk. Dengan


sifatnya yang self-limiting disease, angka kematian (mortality rate) DF
kurang dari 1%. Angka kematian untuk kasus DHF yang tertangani medis
adalah 2-5 %. Bila DHF tidak diobati, angka kematiannya meningkat
sampai 50%. Penderita yang sembuh biasanya tanpa sekuele dan
tubuhnya akan membuat imunitas terhadap serotipe virus yang
menjangkitinya. [31]

Patofisiologi demam dengue (dengue fever/ DF) dimulai dari gigitan


nyamuk Aedes sp. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus
dengue. Nyamuk Aedes sp akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit
seseorang yang sedang mengalami viremia virus tersebut, kemudian
dalam kelenjar liur nyamuk virus dengue akan bereplikasi yang
berlangsung selama 8─12 hari. Namun, proses replikasi ini tidak
memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian, serangga ini
akan mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit
manusia lainnya.
Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus dengue,
akan berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke
dalam peredaran darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk,
lalu virus akan menginvasi leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan
merespon adanya viremia dengan mengeluarkan
protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.
Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila replikasi
virus bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sum-
sum tulang. Sel-sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi
virus akan rusak sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit
yang diproduksi. Kekurangan trombosit ini akan mengganggu proses
pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan, sehingga DF
berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak pada hari ke-3
atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan melena. 
Replikasi virus yang terjadi pada hati, akan menyebabkan pembesaran
hati dan nyeri tekan, namun jarang dijumpai adanya ikterus. Bila penyakit
ini berlanjut, terjadi pelepasan zat anafilatoksin, histamin, dan serotonin,
serta aktivasi sistem kalikrein yang meningkatkan permeabilitas dinding
kapiler. Kemudian akan diikuti terjadinya ektravasasi cairan intravaskular
ke kedalam jaringan ekstravaskular. Akibatnya, volume darah akan turun,
disertai penurunan tekanan darah, dan penurunan suplai oksigen ke organ
dan jaringan. Pada keadaan inilah akral tubuh akan terasa dingin
disebabkan peredaran darah dan oksigen yang berkurang, karena
peredaran darah ke organ-organ vital tubuh lebih diutamakan.
Ektravasasi yang berlanjut akan menyebabkan hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Pada keadaan ini, penderita
memasuki fase DSS. [1-7]

Diagnosis demam dengue (dengue fever/DF) ditegakkan dari anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Derajat diagnosis juga
harus ditentukan, terutama pada keadaan Dengue Shock Syndrome (DSS)
yang merupakan bagian demam dengue yang paling membutuhkan
diagnosis akurat karena bersifat fatal dan dapat mengancam nyawa.
Anamnesis

Seseorang yang terkena infeksi dengue akan mempunyai riwayat tinggal


atau baru saja berkunjung ke daerah endemik. Gejala biasanya muncul
kurang dari 2 minggu setelah seseorang berkunjung ke daerah endemis.
[1]
Seseorang yang mengalami demam dengue (dengue fever/DF) umumnya
akan merasakan gejala prodromal, berupa menggigil atau rasa kedinginan
yang diikuti dengan demam yang berakhir 2-3 hari kemudian. Pada anak-
anak berusia kurang dari 15 tahun akan muncul demam yang tidak
spesifik, yang kadang disertai ruam makulopapular di kulit yang disebut
sebagai eritema, dan wajah kemerahan  [5,6,18]
Gejala klasik DF adalah:
 Demam tinggi onset mendadak disertai menggigil
 Demam, dapat mencapai 41 Celcius dan berakhir sekitar 2-7 hari
 Pola demam klasik, yang lebih umum terjadi pada anak-anak,
dengan pola Saddleback fever, yaitu demam turun pada satu hari
kemudian meningkat
 Sakit kepala berat secara menyeluruh
 Mialgia pada punggung bawah dan ekstremitas [2,5,13]
Gejala lain yang dapat menyertai adalah:
 Wajah kemerahan dan terasa sensitif
 Nyeri retro orbital
 Artralgia, biasanya pada lutut dan bahu
 Bercak kemerahan yang khas pada kulit berbentuk makular atau
makulopapular
 Ruam pada DF mulai timbul pada hari ke-3 dan menetap 2-3 hari
 Manifestasi perdarahan ringan, yang tampak pada kulit berupa
petekia, purpura, ekimosis
 Dapat pula terjadi perdarahan gusi, epistaksis, menorrhagia,
hematuria
 Mual, muntah, diare 
 Indra pengecap terganggu, anoreksia, lemah
 Sakit tenggorokan, dapat disertai batuk kering
Bila pada hari ke 3-4 demam ada manifestasi perdarahan, kemungkinan
DF berlanjut menjadi demam berdarah dengue (dengue hemmorhagic
fever/DHF). Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari kemungkinan
bukan infeksi dengue. Demam secara tipikal akan mereda seiring dengan
berkurangnya virus dalam darah (viremia). Masa penyembuhan DF
biasanya selama dua minggu, tanpa sekuele.
Apabila terjadi dengue shock syndrome (DSS), gejala renjatan ditandai
dengan:
 Kulit teraba lembab dan dingin
 Sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari
tangan dan kaki
 Penurunan tekanan darah
 Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam, atau saat demam
turun antara hari ke-3 dan hari ke-7 sakit.
Warning sign penting untuk diketahui pasien, keluarga pasien, dan dokter
untuk mencegah terjadinya perburukan dan komplikasi pada dengue
fever. Warning sign yang harus diwaspadai adalah:
 Tidak ada perbaikan klinis atau perburukan keadaan pasien
sebelum atau saat perpindahan ke fase afebris atau pada perkembangan
penyakit
 Muntah persisten yang diikuti dengan kegagalan rehidrasi oral
 Nyeri perut yang berat
 Letargi atau gelisah, atau perubahan perilaku secara mendadak
 Perdarahan : epistaksis, feses berwarna gelap, darah menstruasi
yang sangat banyak, haemoglobinuria, ataupun hematouria
 Pusing berat
 Pucat dan ekstremitas yang teraba dingin
 Oliguria
Pemeriksaan Fisik 

Pemeriksaan fisik pada demam dengue (dengue fever/DF) bergantung


pada stadium penyakitnya. Gejala bervariasi, mulai dari asimtomatik
hingga gejala renjatan.
Demam Dengue (DF)
Pada inspeksi biasanya akan tampak ruam kulit yang khas. Uji tourniquet
akan positif bila sudah mulai terjadi manifestasi perdarahan berupa gusi
berdarah, epistaksis, hematemesis dan melena, atau menorrhagia.
Manifestasi neurologis sangat jarang terjadi tapi pernah dilaporkan
sebagai manifestasi infeksi dengue seperti kejang, ensefalitis,
ensefalopati, sindrom Guillain-Barre dan myelitis transversa.[2,5,13]
Demam Berdarah Dengue (DHF)
Tanda yang ditemukan pada demam berdarah dengue (dengue
hemmorhagic fever/DHF) kurang lebih mirip dengan DF, namun sudah
terjadi kebocoran plasma, sehingga apabila terjadi perdarahan maka
intensitasnya bisa lebih berat dibandingkan DF. Dapat terjadi efusi
peritoneal, efusi pleura, atau keduanya. Infeksi konjungtiva dapat terjadi
pada sebagian penderita DHF. Optik neuropati juga dapat terjadi dan
dapat menjadi gangguan penglihatan permanen. [19] Infeksi faring juga
terjadi pada sebagian besar penderita DHF. Limfadenopati generalisata
juga pernah dilaporkan terjadi. Ensefalopati sebagai komplikasi yang
jarang, yang bila terjadi akan bersamaan dengan terdapatnya edema
serebral, perdarahan intrakranial, anoksia, hiponatrenemia dan kerusakan
hati.
Dengue Shock Syndrome (DSS)
Hal yang membedakan dengue shock syndrome (DSS) dari bentuk
dengue lainnya adalah adanya tanda kegagalan sirkulasi, yang dapat
berupa :
 Hipotensi
 Bradikardia yang bersifat paradoksikal, atau takikardia disertai
hipovolemik shok
 Hepatomegali
 Hipotermia
 Nadi teraba lemah (< 20 mmHg)
 Terjadi penurunan perfusi perifer
 Kriteria dari WHO untuk fase-fase infeksi dengue tidak
diikutsertakan di sini, karena ketidakakuratan sistem klasifikasi tersebut
secara klinis pada anak-anak di Indonesia [20].
Diagnosis Banding 

Diagnosis banding demam dengue (dengue fever/DF) seperti layaknya


demam biasa, mungkin tidak dapat dibedakan dari infeksi virus atau
bakteri pada umumnya. Etiologi demam pada awal penyakit umumnya
sulit diketahui, karenanya perlu diteliti infeksi pada jaringan dan organ
tubuh baik yang disebabkan bakteri maupun virus. Kultur darah, urin, CSF
dilakukan bila perlu, dalam upaya mencari penyebab pasti dan
menyingkirkan kemungkinan infeksi penyakit lain. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa sebanyak 50% kasus yang dikira dengue, ternyata
salah diagnosis.[23] Hal ini terjadi karena ketidakakuratan dalam
menganalisa gejala dan tanda klinis penyakit tersebut. Ketidakakuratan
diagnosis akan berakibat perawatan di rumah sakit yang tidak perlu dan
membuang biaya. Hal ini akan berdampak meningkatnya morbiditas dan
mortalitas, yang salah satunya terjadi karena pemberian cairan intravena,
yang kemudian berakibat kelebihan (overloading) volume darah. [2,21,22]
Campak
Pada campak, akan tampak ruam akut dengan ruam yang lebih banyak
dan bercak Koplik yang khas pada selaput lendir mulut. Selalu ditemukan
koriza, dapat menjadi tanda klinis yang spesifik untuk membedakannya
terhadap infeksi dengue.
Gangguan Hematologi
Gangguan hematologi yang tanda dan gejalanya dapat menyerupai DF
diantaranya adalah Idiopathic thrombocytopenic
purpura (ITP), Leukemia stadium lanjut, dan anemia. Cara
membedakannya dapat melalui pemeriksaan sumsum tulang yang akan
memberi kepastian mengenai diagnosis
Renjatan
Gejala renjatan yang disebabkan oleh endotoksin sulit dibedakan dengan
dengue. Umur, faktor predisposisi dan perjalanan klinis dapat membantu
membedakan keduanya.
Chikungunya
Gejala penyakit yang disebabkan virus Chikungunya (yang juga suatu
arbovirus) mirip sekali dengan dengue, terutama mengenai lama demam
dan manifestasi perdarahan. Namun, chikungunya tidak pernah
menyebabkan renjatan. Perbedaan utama yang terlihat pada anak dengan
penyakit ini adalah lebih banyak ditemukan keluhan artralgia, injeksi
konjungtiva, dan ruam makulopapular. Pada hasil laboratorium lebih
sering ditemukan lekopenia, dan sedikit sekali dijumpai kasus dengan
trombositopenia
Preeklampsia pada wanita hamil
Dengue pada wanita hamil harus dibedakan dari serangan preeklampsia.
Gejala dan tanda klinis yang tumpang tindih seperti trombositopenia,
kebocoran kapiler, gangguan fungsi hati, asites, dan penurunan urine
output, memerlukan analisa dan evaluasi teliti untuk menentukan apakah
seorang wanita hamil terkena infeksi dengue.
Malaria
Persamaan riwayat berkunjung ke daerah endemik menjadikan infeksi
dengue mesti dibedakan dengan malaria. Namun, bagi penderita yang
pertama kali terkena malaria, gejala klasik umumnya akan lebih nyata
berupa demam intermitten seperti menggigil dengan demam tinggi yang
diikuti berkeringat. Apabila gejala dan tanda klinis malaria dapat
disingkirkan, serta tidak ditemukan plasmodium pada pemeriksaan darah
tepi, maka diagnosis dengue dapat ditegakkan. Hal ini mengacu pada
prediktor seperti bercak-bercak kemerahan pada kulit, trombositopenia,
dan lekopenia
Yellow Fever
Terdapatnya kemiripan gejala dengue dengan yellow fever memerlukan
pemeriksaan penunjang yang spesifik untuk membedakan penyebabnya,
seperti pemeriksaan sampel darah dan PCR (polymerase chain reaction).
Lainnya
Diagnosis banding lainnya menurut asal penyakit dan berdasarkan
kontinental adalah:
 Afrika: Arenaviruses, Sindbis virus, Ebola virus, West Nile ensefalitis,
Orbivirus
 Amerika: Rocky Mountain Spotted Fever, Infeksi Rickettsia, demam
Mayaro, Hemorrhagic fever viruses
 Australia dan kepulauan Pasifik: demam Ross River
 Eropa: demam Scarlet
 Global: Influenza, Meningitis, Roseola infantum, infeksi virus Zika,
Leptospirosis, Rubela, infeksi Mononukleosis
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada demam dengue (dengue fever/DF) yang


paling sederhana adalah pemeriksaan darah lengkap (complete blood
count/CBC). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi DF dan
mendeteksi adanya kebocoran plasma. Pemeriksaan penunjang lain yang
bisa dilakukan adalah antigen dengue non-structural protein 1 (NS-1
antigen), dan IgM anti dengue.
Pemeriksaan CBC direkomendasikan untuk dilakukan pada pasien :
1. Pasien dengan demam untuk mendapatkan data dasar hematokrit,
leukosit, dan trombosit
2. Semua pasien dengan warning sign
3. Semua pasien dengan demam lebih dari 3 hari
4. Semua pasien dengan gangguan sirkulasi atau syok
Demam Dengue
Pada pemeriksaan penunjang demam dengue (dengue fever/DF) dapat
ditemukan:
 Trombositopenia dengan hitung trombosit < 100 x 10^9/L
 NS1 (non-structural protein 1) antigen yang akan terdeteksi dalam
serum orang yang terinfeksi virus dengue di hari pertama demam hingga
hari ke-18

 IgM antibodi dengue yang positif sebagai tanda adanya infeksi akut.


Umumnya, IgM antibodi akan terdeteksi sekitar hari ke 5-10 sakit,
kemudian akan menurun kadarnya hingga hari ke-90.

 IgG ELISA positif, sebagai tanda pernah terinfeksi dengue di masa


lalu. IgG akan terdeteksi negatif pada fase akut dengue. Kemudian bila
menjadi positif pada masa konvalesen menunjukan infeksi dengue primer.
IgG yang positif pada fase akut dengue, kemudian meningkat empat kali
pada masa konvalesen (minimal interval 7 hari) menunjukkan infeksi
dengue yang sekunder. [2,18,24]
 Leukopenia. Leukopenia, bahkan kadang limfopenia, bisa
ditemukan. Suatu penelitian dengan menggunakan metode systematic
review mengungkapkan bahwa para penderita demam yang terinfeksi
dengue akan menunjukkan leukopenia, neutropenia dan
trombositopenia yang signifikan dibandingkan dengan para penderita
demam dengan sebab lain. [18]
 Tes fungsi Hati. Kadar enzim SGOT (aspartat transaminase) dan
SGPT (alanin transaminase) akan meningkat ringan hingga moderat.
Namun, kadar enzim transaminase ini dapat meningkat sangat tinggi bila
terdapat hepatitis akut

 Urinalisis dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat makro


hematuria.

 Pendeteksian genom virus sequences pada jaringan biopsi, sampel


serum, sampel cerebral spinal fluid (CSF) dengan menggunakan PCR
(polymerase chain reaction). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dalam
suatu penelitian (scientific research), dan tidak untuk diagnostik.
 Pemeriksaan tes golongan darah dan crossmatching perlu dilakukan
sebagai persiapan jika penderita jatuh kedalam fase lanjut DHF dan DSS,
dan memerlukan transfusi darah.
Demam Berdarah Dengue
Pada demam berdarah dengue (dengue hemmorhagic fever/DHF)
biasanya ditemukan:
 Peningkatan kadar hematokrit
 Hitung jenis trombosit kurang dari 100.000 sel/mikroL, terjadi
sebelum masa turunnya demam, dan sebagai onset dari syok.
 Hipoproteinemia
 Waktu protrombin yang memanjang
 Waktu aktivasi parsial tromboplastin yang memanjang
 Fibrinogen yang menurun
 Jumlah produk fibrin yang meningkat
 Pada pasien DHF umumnya terjadi hiponatremia
 Terjadi penurunan kadar serum protein dan albumin intravascular.
 Kadar albumin yang rendah sebagai tanda dari hemokonsentrasi
 Pada kasus DHF analisa arterial gas darah perlu dilakukan untuk
mengevaluasi pH darah, oksigenasi dan ventilasi penderita [2,18,24]
Dengue Shock Syndrome
Pada dengue shock syndrome/DSS biasanya ditemukan:
 Limfositosis dapat terjadi dengan gambaran atipikal limfosit,
umumnya muncul sebelum meredanya demam atau pertanda adanya
syok
 Hitung jenis trombosit kurang dari 100.000 sel/mikroL yang terjadi
sebelum masa turunnya demam, dan sebagai onset dari syok
 Kadar hematokrit yang meningkat lebih dari 20% adalah sebagai
tanda hemokonsentrasi, ini juga menjadi tanda akan terjadinya syok
 Terjadi penurunan kadar serum protein dan albumin intravaskular
pada keadaan DSS
 Kadar albumin yang rendah sebagai tanda dari hemokonsentrasi
 Umumnya dapat terjadi hiponatremia
 Metabolik asidosis terjadi pada pasien DSS dan segera mungkin
mesti dikoreksi
 Peningkatan kadar blood urea nitrogen juga terjadi pada pasien
DSS, namun kerusakan ginjal akut jarang terjadi
 Pada kasus DSS analisa arterial gas darah perlu dilakukan untuk
mengevaluasi pH darah, oksigenasi dan ventilasi penderita  [2,18,24]
 Panel DIC (disseminated intravascular coagulation)
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah manifestasi perdarahan
memburuk yang terlihat dari waktu protrombin yang memanjang, aktivasi
parsial waktu tromboplasti yang juga memanjang, kadar fibrinogen yang
rendah, peningkatan kadar degradasi fibrin sebagai tanda-tanda klinis
terjadinya DIC.
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan untuk melihat adanya
komplikasi. Misalnya dengan melakukan rontgen thoraks, maupun
ultrasonography.
Pemeriksaan radiologi thoraks PA dapat dilakukan untuk melihat apakah
ada efusi pleura, namun rfusi pleura dalam volume yang kecil bisa tidak
tampak pada gambaran rontgen.
Efusi pleura yang tidak tampak pada pemeriksaan rontgen karena volume
yang sedikit, dapat terdeteksi dengan pemeriksaan ultrasonography
(USG). Selain itu, USG juga dapat digunakan untuk mengevaluasi adanya
cairan dalam rongga dada dan abdomen, efusi perikardial dan penebalan
dinding kantong empedu. Penebalan dinding kantong empedu ini sebagai
tanda klinis terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular [25-27]
Tabel 1. Klasifikasi WHO untuk Infeksi Dengue

DF/DH Grad
F e Gejala dan Tanda Temuan Laboratorium
Demam diserta dua gejala
dari :
1. Sakit kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Myalgia
4. Athralgia
5. Ruam kulit Leukopenia (WBC ≤
6. Manifestasi 5000sel/mm3)Trombositopenia
perdarahan (Platelet < 150.000 sel/mm3)
7. Tanpa bukti Peningkatan hematokrit (5-
DF kebocoran plasma 10%)Tanpa bukti kebocoran plasma
Demam dan manifestasi
Trombositopenia (Platelet ≤
perdarahan (torniquet test
positif), disertai bukti 100.000 sel/mm3)Peningkatan
DHF I kebocoran plasma hematokrit (≥ 20%)

Trombositopenia (Platelet ≤
Seperti grade I dengan
manifestasi perdarahan 100.000 sel/mm3)Peningkatan
II spontan hematokrit (≥ 20%)
Seperti grade I atau II
Trombositopenia (Platelet ≤
disertai dengan kegagalan
sirkulasi (pulsasi lemah, 100.000 sel/mm3)Peningkatan
III hipotensi, gelisah) hematokrit (≥ 20%)
Seperti grade III disertai
dengan gejala syok yang
Trombositopenia (Platelet ≤
berat dengan tekanan
darah dan pulsasi yang 100.000 sel/mm3)Peningkatan
IV sulit dinilai hematokrit (≥ 20%)

Edukasi dan promosi kesehatan pada demam berdarah (dengue fever/DF)


dilakukan pada pasien, keluarga pasien, dan masyarakat yang tinggal di
sekitar pasien. Untuk pencegahan DF, bisa dilakukan imunisasi
Edukasi

Edukasi yang harus dilakukan pada pasien dan keluarga pasien demam
dengue (dengue fever/DF) yang dirawat jalan antara lain :
 Pasien harus istirahat cukup
 Diperlukan asupan cairan yang cukup. Cairan dapat berupa susu,
jus, cairan isotonik, maupun oralit.
 Jaga suhu tubuh di bawah 39 C
 Awasi munculnya warning sign
 Pasien diminta untuk kontrol kadar leukosit, hematokrit, dan
trombosit setiap 24 jam
 Lingkungan sekitar rumah pasien harus dibersihkan agar
penyebaran penyakit dapat terkontrol
Edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat pada umumnya
berupa peningkatan kesadaran masyarakat, dalam upaya untuk
mengendalikan dan mencegah penularan virus dengue, dengan cara
membasmi nyamuk melalui pemberantasan sarang nyamuk.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Upaya pengendalian dan pemberantasan penyakit perlu terus dilakukan


untuk memutus rantai penularan penyakit. Upaya pemerintah untuk
mengajak masyarakat turut berpartisipasi dalam pemberantasan sarang
nyamuk, adalah dengan cara 3M, yaitu :
1. Menguras
Yaitu membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air  seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,
ataupun penampung air lemari es
2. Menutup
Yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, ataupun bak mandi
3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang
memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular
DF
Sedangkan yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan 3M yang diikuti dengan :
1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang
sulit dibersihkan
2. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
3. Menggunakan kelambu saat tidur
4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
5. Menanam tanaman pengusir nyamuk
6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang
bisa menjadi tempat istirahat nyamuk
Upaya pencegahan ini perlu digiatkan terutama pada musim penghujan
dan pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan
tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DF. Program
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus
dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim
penghujan. [37]
Imunisasi Dengue

Sekitar akhir tahun 2015, dan awal tahun 2016, vaksin pertama dengue
dipasarkan oleh Sanofi Pasteur dengan nama Dengvaxia (CYD-
TDV). Vaksin ini diindikasikan untuk pencegahan terhadap virus dengue
serotipe 1, 2, 3 dan 4.
WHO merekomendasikan kepada negara-negara yang memiliki
tanggungan beban penyakit dengue yang tinggi (high burden of
disease) untuk menggunakan vaksin recombinant tetravalent ini. Hal ini
disarankan mengingat adanya bukti ilmiah yang mengungkapkan bahwa
seseorang yang pernah mendapatkan DF memiliki risiko tinggi mengidap
DHF, atau DSS bila mereka terinfeksi dengan virus dengue strain yang
lain. Karenanya, vaksin yang diterima haruslah memberikan imunitas
tubuh yang tinggi terhadap ke-4 serotipe virus dengue agar berguna
secara klinis
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah menyetujui
izin edar vaksin dengue Dengvaxia sejak 31 Agustus 2016. Sebelumnya,
Indonesia adalah salah satu negara yang berpartisipasi dalam fase ke-
3 randomized clinical trials untuk evaluasi vaksin tersebut. Vaksin
Dengvaxia ini diberikan 3 dosis kepada anak usia 9-16 tahun, dengan
jadwal pemberian 0, 6 dan 12 bulan. Namun, pemberian vaksin tersebut
memiliki kontraindikasi terhadap orang dengan riwayat reaksi alergi
terhadap komponen vaksin ini, individu dengan defisiensi imunitas tubuh,
penderita HIV, wanita hamil dan menyusui, dan orang yang sedang
menderita demam.[6, 32-35]
Data terbaru menemukan efek samping terkait penggunaan vaksin ini
pada orang yang sebelumnya belum pernah terinfeksi. Di Indonesia
sendiri, IDAI membuat pernyataan untuk menangguhkan pemberian
vaksin Dengue ini.[36]

Etiologi demam dengue (dengue fever/DF) adalah virus dengue dengan


nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penularnya.
Etimologi 

Kata dengue berasal dari bahasa Spanyol. Kemungkinan kata ini


diturunkan dari bahasa Swahili, Afrika Timur, dinga, atau sebagai
frasa Ka-dinga pepo, yang melukiskan penyakit ini sebagai akibat dari roh
jahat. Jaman dahulu kala, para budak di Hindia barat, daerah Atlantik
utara samudera Karibia yang mengidap dengue dikatakan memiliki postur
dan cara berjalan seperti dandy sehingga kemudian penyakit ini dikenal
dengan istilah “dandy fever”. Seiring dengan perkembangan dunia
kedokteran istilah penyakit ini berubah dari waktu ke waktu.
Istilah dengue fever secara umum mulai digunakan sejak tahun 1828.[8,9]
Agen

DF disebabkan oleh virus dengue (DENV). DENV merupakan single-


stranded RNA virus dengan panjang sekitar 11 kilobases, golongan
family Flaviviridae, genus Flavivirus. DENV memiliki 4 serotipe yang
berhubungan satu sama lain tapi secara antigen berbeda: DENV-1, DENV-
2, DENV-3 dan DENV-4. Tiap serotipe ini mempunyai beberapa genotipe
tersendiri. Jadi infeksi virus dengan genotipe dan serotipe tertentu, dan
rentetan infeksi dengan serotipe yang berbeda akan memengaruhi tingkat
keparahan penyakit ini [2,6,10]
Vektor 

Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies yang paling utama sebagai vektor


penular dengue. Spesies nyamuk lain yang dapat menularkan penyakit ini
adalah Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan Aedes scutellaris.
Serangga penyebar penyakit ini masuk ke dalam klasifikasi ilmiah dalam
filum Arthropoda, sehingga virus dengue ini juga dinamakan
sebagai Arbovirus. [1,2,11,12]

Penatalaksanaan demam dengue (dengue fever/DF) karena bersifat self-


limited hanya membutuhkan rehidrasi dan antipiretik. Walau demikian,
jika kondisi memburuk, diperlukan monitoring dan bahkan pasien
terkadang perlu dimasukkan dalam ICU pada kondisi dengue shock
syndrome.
Demam Dengue

Pada awalnya demam dengue (dengue fever/DF) sukar dibedakan dengan


infeksi virus lainnya seperti flu umpamanya sehingga kebanyakan orang
akan mengobatinya sendiri di rumah, dengan membeli obat-obatan yang
dijual bebas untuk menurunkan demam dan gejala lain yang dirasakan.
Pasien yang terinfeksi virus dengue, yang datang ke ruang gawat darurat,
atau ke klinik praktek dokter bisa jadi sudah dalam keadaan fase lanjut
dari sekedar demam saja
DF biasanya self-limiting disease. Tidak ada obat anti virus yang spesifik
untuk DF.
Penanganan suportif dengan analgesik, penggantian cairan, dan tirah
baring biasanya memadai untuk penyembuhan DF. Paracetamol dapat
diberikan untuk menurunkan demam dan meredakan gejala-gejala
lainnya. Hindari pemberian aspirin, nonsteroid anti-inflammatory drugs
(NSAID), dan kortikosteroid.
Pasien dengan demam tinggi dan bahkan muntah dianjurkan untuk
mendapatkan rehidrasi oral.
Monitoring keadaan umum penderita secara berkala, hitung harian
trombosit dan hematokrit per 24 jam haruslah dilakukan mulai hari ke-3
sakit, sampai 1-2 hari setelah masa demam hilang, sebagai deteksi dini
terhadap berlanjutnya penyakit ke fase DHF. Penderita DF yang
mengalami penurunan demam, dapat mengalami renjatan berupa DHF
atau DSS.
Nyeri abdomen, gelisah, perubahan status mental, hipotermia dan
trombositopenia adalah petunjuk perkembangan fase penyakit ini ke arah
DHF
Bagi pasien dengan tanda klinis dehidrasi dan terdapat kadar hematokrit
tinggi atau trombosit rendah dianjurkan dirawat untuk diobservasi.
Penggantian cairan dilakukan melalui cairan intravaskular. Pasien yang
ada perbaikan setelah menjalani perawatan, dapat dipulangkan dan
berobat jalan. Apabila tidak ada perbaikan, dianjurkan untuk dirawat di
rumah sakit untuk penanganan selanjutnya.
Wanita hamil dengan DF akan responsif terhadap terapi biasa seperti
rehidrasi, istirahat baring, dan antipiretik. Namun, monitoring tes darah
laboratorium perlu dilakukan, sebagai deteksi dini terhadap manifestasi
klinis infeksi dengue yang berlanjut, sehingga penanganan dan perawatan
yang tepat dapat segera dilakukan. Konfirmasi diagnosis dilakukan
dengan cara pemeriksaan serologi. Sebagai tambahan, bayi baru lahir
yang ibunya terkena infeksi dengue pada masa kehamilannya,
memerlukan serial hitung trombosit dan tes serologi.
Demam Berdarah Dengue (DHF)

Pasien yang sakitnya berlanjut dengan tanda-tanda jatuh ke dalam DHF


memerlukan observasi ketat. Waspadai keadaan pasien yang
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti: takikardia, bercak-bercak
kemerahan pada kulit, kulit terasa dingin, denyut nadi kadang hilang
timbul dan lemah, pasien yang tidak responsif karena status mental
terganggu, urine output berkurang, hematokrit meningkat, dan hipotensi.
Penanganan yang cepat dan upaya rehidrasi melalui intravaskular
dibutuhkan untuk fase penyakit ini. Pada pasien dengan DHF, kadar
hematokrit ini diperiksa tiap 3-4 jam sekali. Evaluasi arterial gas darah
penderita secara berkala.
Cairan intravena mungkin diperlukan pada pasien DHF grade I dan II yaitu
pada keadaan dimana pasien muntah dan tidak dapat melakukan
rehidrasi oral, atau pada keadaan dimana kadar hematokrit terus
menerus naik. Cairan dapat diberikan sebanyak jumlah kebutuhan cairan
haria + 5% defisit, dan diberikan selama 48 jam. 
Dengue Shock Syndrome (DSS)

Bila pasien yang menemui dokter sudah dalam keadaan DSS, akan segera
dirawat di ruang ICU. Keberhasilan mengatasi kondisi parah pasien ini
membutuhkan penanganan yang prima terhadap pemberian cairan dan
mengatasi perdarahan yang terjadi.
Monitoring dilakukan terhadap:
 Tekanan darah
 Tes darah lengkap (complete blood count/CBC) serial, bahkan
terkadang dibutuhkan pemeriksaan kadar hematokrit setiap 2-4 jam
 Urine output dengan pemasangan uretral kateter
 Evaluasi arterial gas darah penderita secara berkala
Rehidrasi:
Cairan isotonik seperti Ringer Laktat bolus 10 ml/kg BB pada anak-anak
atau sebanyak 300-500 ml pada dewasa, diberikan selama 1 jam,
biasanya akan adekuat pada kasus DHF derajat III. Setelah itu, lakukan
evaluasi, dan apabila terjadi perbaikan maka cairan dapat dikurangi
menjadi 7.5 ml/kgBB, kemudian 5 ml/kgBB, dan seterusnya. Bila
pemberian cairan ini gagal memperbaiki keadaan pasien, dengan kadar
hematokrit yang meningkat sebagai penentu, pasien dapat diberi plasma
expander. Plasma expander yang dapat digunakan adalah Dextran 40,
atau albumin 5% 10-20 mL/kg BB. Apabila pasien alergi terhadap
dextran, Starch (Hydroxyethyl starch) mungkin diberikan sebagai
penggantinya.[28] Namun, penggunaan Starch ini masih kontroversi,
karena dapat kerusakan ginjal.[29,30] 
Apabila resusitasi cairan sudah adekuat namun pasien belum
menampakkan perbaikan, kemungkinan pasien mengalami pendarahan.
Pasien dengan perdarahan internal, atau perdarahan gastrointestinal
membutuhkan transfusi darah, dan bila pasien
mengalami koagulopati kemungkinan membutuhkan fresh frozen plasma.
Pada DHF grade IV atau DSS berat, resusitasi cairan harus dilakukan lebih
agresif. Cairan dapat diberikan 10 ml/kgBB bolus dan dimasukkan
secepatnya, idealnya dalam 10-15 menit. Apabila tekanan darah
membaik, maka tatalaksana cairan dapat dilanjutkan seperti pada DHF
grade III. Namun apabila tidak ada perbaikan, bolus dapat diulangi, dan
apabila diperlukan dapat disiapkan transfusi darah. Monitoring harus
dilakukan secara ketat, dan pemeriksaan penunjang harus dikejar agar
selesai dalam waktu yang singkat agar dapat segera mendeteksi
permasalahn klinis pasien.
Apabila sumber perdarahan sudah ditemukan, tatalaksana definitif untuk
menghentikan perdarahan harus segera dilakukan. Misalnya, tampon
hidung pada kasus epistaksis.
Proses pemulihan

Setelah pasien yang mengalami dehidrasi ada perbaikan dan keadaannya


stabil, cairan intravena tetap dibutuhkan sampai sekitar 24─48 jam
selanjutnya. Pemberian cairan dihentikan bila hematokrit turun dibawah
40% dan volume intravaskular sudah adekuat. Pada keadaan ini, tubuh
pasien meresorpsi cairan ekstravaskular, dan akan memiliki risiko
kelebihan volume darah (overloading) bila pemberian cairan intravena
dilanjutkan terus.
Tanda-tanda pemulihan diantaranya adalah tanda vital yang stabil, suhu
badan normal, tidak ada tanda perdarahan, perbaikan nafsu makan, tidak
ada nyeri perut dan muntah, volume urin adekuat, hematokrit stabil, dan
hilangnya petekie ataupun ruam dan gatal pada kulit.
Indikasi Pulang

Pasien demam dengue (dengue fever/DF) yang dirawat inap dapat


dipulangkan apabila sudah tercapai keadaan sebagai berikut : 
 Demam hilang selama 24 jam tanpa obat antipiretik
 Secara klinis, keadaan umum pasien ada perbaikan, seperti mau
makan
 Urine output yang adekuat
 Setidaknya sudah 48 jam berlalu setelah lewat masa DSS
 Tidak ada gangguan pernafasan
Hitung trombosit 50000 sel/mikroL [2,13

Anda mungkin juga menyukai