Influenza merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemui dan
sangat mudah menular melalui udara. Penyakit influenza merupakan
penyakit pada saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi
virus influenza. Sama seperti infeksi virus pada umumnya, influenza
berlangsung sekitar 2-7 hari dan akan sembuh seiring dengan
meningkatnya sistem imun seseorang. [1]
Epidemiologi
Epidemiologi penyakit influenza ditemukan di seluruh semua negara di
dunia dan terutama terjadi pada musim dingin di negara 4 musim dan
sepanjang tahun di negara tropis. Ada banyak epidemi influenza yang
bersejarah dan risiko pandemi influenza di masa depan selalu hadir
dengan beberapa organisasi kesehatan seperti CDC dan WHO yang
melakukan pengamatan dan mendorong program vaksinasi influenza.
Global
Pandemi influenza telah lama dikenal sejak fenomena “Flu Spanyol” di era
tahun 1918-19 yang menyebabkan kematian hingga 50 juta jiwa dan
disebabkan oleh subtipe virus H1N1.
Indonesia
Prognosis
Komplikasi pada influenza biasanya terjadi karena adanya penyakit lain
yang menyertai influenza atau karena kondisi imunitas seseorang yang
kurang baik. Prognosis untuk influenza tergantung pada pengembangan
komplikasi, dengan komplikasi seperti pneumonia membawa prognosis
yang buruk.
Komplikasi
Prognosis
Patofisiologi
Patofisiologi influenza dimulai dari inhalasi droplet virus influenza, diikuti
replikasi virus dan kemudian infeksi virus menyebabkan inflamasi pada
saluran pernafasan.
Virus influenza masuk melalui inhalasi dari droplet yang infeksius, aerosol
partikel mikro, maupun inokulasi langsung lewat sentuhan tangan dari
penderita. Virus kemudian mengikat reseptor asam sialat yang terdapat
pada sel epitel jalan napas, khususnya di trakea dan bronkus. Kemudian,
replikasi virus mencapai puncaknya dalam 48 jam pasca infeksi dan
jumlah virus berhubungan langsung dengan derajat keparahan penyakit.
Pada kasus yang berat, terdapat perluasan infeksi virus mencapai bagian
paru-paru distal yang sesuai dengan karakteristik pneumonitis
interstisial. Kerusakan pada alveoli yang disertai pembentukan membran
hialin menyebabkan perdarahan dan eksudat keluar dari kapiler alveolar
menuju lumen yang kemudian mengakibatkan gangguan pertukaran gas
dan disfungsi napas berat.
Antibodi serum (IgM, IgG, dan IgA) terhadap hemaglutinin (HA) dan
neuraminidase (NA) baru muncul setelah satu minggu pascainfeksi dan
belum berperan dalam proteksi terhadap penyakit akut, namun dapat
memberikan imunitas dan proteksi terhadap reinfeksi oleh tipe virus yang
sama hingga beberapa tahun. [3-5]
Diagnosis
Diagnosis influenza sering bergantung pada gambaran klinis saja, namun
tes laboratorium seperti uji diagnostik cepat influenza dapat membantu
untuk mengkonfirmasi diagnosis influenza dan untuk memantau
pengembangan epidemi.
Anamnesis
Gejala sistemik yang muncul mendadak setelah 1-2 hari periode inkubasi,
yang ditandai oleh demam, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan
penurunan nafsu makan. Keluhan pernapasan seperti batuk kering, nyeri
tenggorok, dan pilek dapat terjadi bersamaan dengan gejala sistemik,
namun yang lebih menjadi keluhan utama biasanya adalah gejala sistemik
dibandingkan gejala pernapasan.
Nyeri otot terutama dikeluhkan pada tungkai dan lengan atau otot
punggung. Nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda radang sendi. Nyeri
pada mata khususnya saat melihat ke samping dan disertai rasa terbakar
atau peningkatan produksi air mata.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis umumnya menunjukkan pasien tampak lemah, flushing,
kulit teraba hangat dan lembab. Konjungtiva hiperemis dan berair,
membran mukosa hidung hiperemis, tanpa adanya eksudasi.
Pada auskultasi paru dapat ditemukan ronki kering yang transien atau
ronki basah yang terlokalisir. Pada anak-anak dapat terjadi limfadenopati
servikal dan gejala croup. [2,12,13]
Diagnosis Banding
Pada situasi dimana terjadi wabah influenza, diagnosis klinis cukup akurat
khususnya pada kelompok pasien dewasa dengan akurasi hingga
90%[13,14]. Namun, pada kondisi tertentu (misalnya pada pasien yang
dirawat di rumah rawat atau pada anak-anak), diagnosis banding berikut
ini perlu dipertimbangkan:
Infeksi respiratory syncytial virus (RSV)
Pneumonia bakterial
Faringitis streptokokal
Infeksi virus parainfluenza
Infeksi adenovirus
Infeksi virus dengue
Infeksi HIV/AIDS
Pertusis
Meningitis
Malaria. [2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Serologi
Berguna dalam diagnosis retrospektif infeksi influenza menggunakan
teknik fiksasi komplemen dan inhibisi hemaglutinasi. Pemeriksaan ini
memerlukan perbandingan serum spesimen akut (dalam 7 hari sejak
awitan gejala) dan konvalesen dengan jarak pengumpulan spesimen 10-
20 hari.
Isolasi Virus
Virus dapat diisolasi dari spesimen usap rongga hidung, tenggorok,
bilasan rongga hidung, maupun sputum. Sampel ditempatkan pada
wadah tertutup dengan medium transpor virus dan segera dikirim ke
laboratorium rujukan. Spesimen kemudian diinokulasi pada biakan sel
ginjal hewan tertentu untuk melihat efek sitopatik/hemadsorpsi. 90%
kultur menunjukkan hasil positif setelah 3 hari sejak inokulasi, atau
maksimal 7 hari. [17]
Edukasi dan Promosi Kesehatan
Edukasi upaya pencegahan influenza mengharuskan menjaga kebersihan
seperti kebiasaan mencuci tangan dan menghindari menyentuh hidung
dan mulut perlu digalakkan, bersama dengan orang-orang yang terinfeksi
influenza yang menghindari kontak dekat dengan orang lain seperti izin
tidak masuk kantor atau sekolah. Promosi kesehatan vaksinasi influenza
penting untuk mengendalikan risiko epidemi dan menghindari dampak
ekonomi.
Vaksinasi Influenza
Vaksinasi merupakan cara lain untuk mencegah terjadinya influenza dan
terutama ditujukan untuk mereka yang berisiko tinggi menderita penyakit
ini. Pemberian vaksin juga diberikan dengan tujuan untuk menghindari
penyakit ini dalam derajat yang berat, mengalami komplikasi penyakit
influenza, atau bahkan kematian.
Vaksin influenza. Sumber: D Jordan, PHIL CDC, 2011.
Salah satu hal yang dilakukan WHO untuk menangani hal tersebut adalah
dengan mengevaluasi jenis virus influenza yang menyerang manusia dan
memperbaharui isi dari vaksin 2 kali dalam setahun.
Etiologi
Etiologi penyakit influenza adalah virus influenza. Ada 3 tipe virus
influenza, yaitu tipe A, B, dan C. Penyakit influenza terjadi akibat infeksi
virus influenza tipe A atau B. Virus influenza memiliki 2 antigen protein
pada permukaannya, yang dikenal dengan komponen hemagglutinin (HA)
dan neuraminidase (NA).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk sebagian besar pasien dengan infeksi influenza
adalah pengobatan suportif dengan istirahat, paracetamol dan hidrasi
cukup. Penatalaksanaan influenza mencakup pengenalan dini komplikasi
seperti pneumonia dan pengobatan yang tepat. Obat antivirus tertentu
tersedia influenza namun memberikan sedikit pengurangan gejala atau
durasi penyakit.
Penanganan Pertama
Rawat Jalan
Obat-obatan
Untuk orang dewasa yang mengalami imunosupresi berat dan anak-anak
berusia diatas 5 tahun, zanamivir merupakan lini pertama. Jika zanamivir
tidak memungkinkan, oseltamivir dapat menjadi pilihan kedua.
Untuk pasien dengan gangguan ginjal, zanamivir merupakan obat pilihan.
Jika oseltamivir harus digunakan, lakukan penyesuaian dosis berdasarkan
derajat kerusakan ginjal.
Untuk kelompok pasien dewasa dan anak-anak lainnya (termasuk wanita
hamil), gunakan oseltamivir sebagai terapi lini pertama, kecuali terdapat
bukti adanya resistensi oseltamivir. Dalam kondisi resistensi oseltamivir,
maka pertimbangkan zanamivir untuk dewasa dan anak-anak diatas 5
tahun, atau rujuk ke spesialis penyakit infeksi untuk pertimbangan
pemberian nebulisasi zanamivir [2,18,19]
Oseltamivir
Bekerja terhadap virus influenza tipe A dan B dengan menghambat
neuraminidase
Indikasi dan dosis:
Profilaksis influenza (oral):
Usia 1-2 bulan : 2,5 mg/kg/hari selama 10 hari pasca paparan
Usia 3-11 bulan : 3 mg/kg/hari selama 10 hari pasca paparan
Usia 1-12 tahun : 30 mg/hari (untuk BB 10-15 kg); 45 mg/hari
(BB 15-23 kg); 60 mg/hari (BB 23-40 kg); 75 mg/hari (BB > 40 kg) selama
10 hari
Usia 13-17 tahun : 75 mg/hari selama 10 hari untuk
profilaksis; dan selama 6 minggu ketika epidemi
Dewasa : 75 mg/hari selama 10 hari untuk profilaksis; dan
selama 6 minggu ketika epidemi
Pengobatan influenza (oral):
Usia 1-2 bulan : 2,5 mg/kg dua kali sehari selama 5 hari
Usia 3 bulan-12 tahun : 3 mg/kg dua kali sehari selama 5 hari,
dapat ditingkatkan hingga doksis maksimum 75 mg dua kali sehari
selama lima hari
Dewasa dan anak-anak dengan BB > 40 kg : 75 mg dua kali
sehari selama 5 hari
Efek samping:
Sering : nyeri perut, gejala dispepsia, sakit kepala, mual, muntah
Jarang : gangguan kesadaran, ruam, gangguan irama jantung,
perdarahan saluran cerna, trombositopenia, sindrom Steven-Johnson,
gangguan penglihatan, dan gangguan neuropsikiatri. [20]
Oseltamivir. Sumber: Oleg Juhmas, Freepik.
Zanamivir
Bekerja dengan menurunkan replikasi virus influenza A dengan
menghambat neuraminidase
Indikasi dan dosis:
Pencegahan influenza (inhalasi serbuk):
Usia 5-17 tahun : 10 mg/hari selama 10 hari
Dewasa : 10 mg/hari selama 10 hari
Pencegahan influenza epidemik (inhalasi serbuk)
Usia 5-17 tahun : 10 mg/hari selama 28 hari
Dewasa : 10 mg/hari selama 28 hari
Pengobatan influenza (inhalasi serbuk)
Usia 5-17 tahun : 10 mg dua kali sehari selama 5-10 hari
Dewasa : 10 mg dua kali sehari selama 5-10 hari
Efek samping
Sering : ruam
Jarang : angioedema, bronkospasme, sesak, urtikaria, gangguan
neuropsikiatrik, sindrom Steven-Johnson. [2,18,19, 20]