Anda di halaman 1dari 17

Konsensus

Panduan Vaksinasi Influenza


pada Pasien Diabetes
Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI,
PERKENI,
dan Indonesia Influenza Foundation
Konsensus Panduan Vaksinasi Influenza Pada Pasien Diabetes

Pendahuluan
Influenza dan Influenza Like Illness (ILI) adalah infeksi saluran pernapasan yang sulit dibedakan
secara klinis karena jarang dilakukan diagnosa secara rutin. Influenza di Indonesia terjadi
sepanjang tahun dengan lonjakan di bulan tertentu, setiap tahunnya juga berbagai strain virus
influenza A (A/H1N1, A/H3N2) dan B (B/Victoria dan B/Yamagata) bersirkulasi secara
bersamaan. 1 Dalam studi tahun 2019 terkait kejadian Influenza Like Illness (ILI) & Severe Acute
Respiratory Infection (SARI) di Jakarta Timur, jumlah kontribusi Influenza di Indonesia
menunjukkan angka yang signifikan (31% pada ILI, 15% pada SARI)2. Penelitian pada tahun 2011
memperkirakan bahwa sekitar total 4 juta kasus flu di Indonesia setiap tahunnya dan
mengakibatkan hampir 200.000 rawat inap terkait dengan flu.3
Diabetes melitus (DM), baik tipe 1 dan tipe 2, juga masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi penyakit
diabetes melitus di Indonesia meningkat dari 6,9% menjadi 8,5 %.4 International Diabetes
Federation (IDF) tahun 2021 menyebut sekitar 19,46 juta orang dewasa dengan DM sehingga
menempatkan Indonesia sebagai negara peringkat ke-5 untuk penderita DM di dunia. 5
DM dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh lebih sulit melawan
infeksi. Selain itu, kadar gula darah yang tinggi mempermudah pertumbuhan bakteri dan virus,
sehingga meningkatkan risiko infeksi. DM juga dapat merusak pembuluh darah dan saraf,
menyebabkan sirkulasi yang buruk dan waktu penyembuhan yang lebih lambat. Sehingga
penderita DM berisiko lebih tinggi terkena infeksi, termasuk influenza.6
Beban penyakit influenza pada populasi diabetes, dibandingkan pasien influenza tanpa
diabetes meningkat menjadi sampai 6 kali lebih besar untuk risiko rawat inap, 4 kali peningkatan
resiko perawatan intensif di ICU8, dan 6 kali peningkatan resiko kematian.9 Pasien yang pernah
terinfeksi influenza memiliki rata-rata skor Diabetes Complications Severity Index (DCSI) yang
lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok non-influenza dengan kunjungan
rawat jalan, kunjungan IGD, dan rawat inap yang lebih tinggi, sehingga terjadi lonjakan total biaya
kesehatan pada pasien diabetes dengan influenza.10 Menurut berbagai laporan, penanganan
influenza dapat menelan biaya yang sangat tinggi, baik biaya langsung yang berhubungan dengan
penanganan rawat jalan dan rawat inap maupun biaya tidak langsung yang terkait dengan biaya
transportasi, penanganan penyakit dan kematian.
Konsensus ini disusun sebagai panduan para dokter untuk melaksanakan vaksinasi
influenza pada pasien DM. Saat ini, vaksinasi influenza pada pasien DM sudah direkomendasikan
dalam Jadwal Imunisasi Dewasa Rekomendasi Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI 2023 dan
Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia dari
Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2021.

Virus influenza
Jenis virus
Terdapat 4 tipe virus influenza, yaitu influenza tipe A, B, C dan D. Influenza A dan B
menyebabkan epidemi musiman pada populasi (yang disebut flu musiman) hampir setiap musim
dingin di Amerika Serikat. Virus influenza A merupakan virus yang diketahui menyebabkan
pandemi flu. Virus influenza C secara umum menyebabkan gejala ringan dan tidak menyebabkan
epidemi pada manusia. Virus influenza C terutama menyerang hewan ternak dengan penularan
kepada hewan lainnya namun tidak diketahui menular kepada manusia. Virus influenza A terbagi
atas subtipe yang didasarkan dari dua protein pada permukaan virus, yaitu hemagglutinin (H) dan
neuraminidase (N). Terdapat 18 subtipe hemagglutinin yang berbeda dan 11 subtipe
neuraminidase yang berbeda (H1 sampai H18 dan N1 sampai N11). Terdapat lebih dari 130
kombinasi subtipe influenza A yang diketahui di alam, terutama dari burung liar, dan kedepannya
kombinasi subtipe influenza berpotensial akan muncul kembali disebabkan pertukaran segmen
dari gen virus tersebut (reassortment). Reassortment dapat terjadi ketika dua jenis virus influenza
menginfeksi inang pada waktu yang sama dan bertukar informasi genetik. Subtipe influenza A
yang secara rutin bersirkulasi diantara manusia antara lain jenis H1N1 dan H3N2. Sedangkan
influenza B berjenis Victoria dan Yamagata. Subtipe ini kemudian dapat dipecah kembali menjadi
bagian genetik yang lebih kecil yang disebut “clades” dan “subclades”. Influenza tipe A dan B ini
berperan dalam flu musiman setiap tahunnya. Influenza A (H3N2 ataupun H1N1) mengalami
perubahan genetik secara musiman dan menyebabkan respons tubuh manusia yang kurang baik
terhadap virus tersebut. Influenza B juga dapat mengalami hal yang sama, namun dengan
perubahan yang lebih lambat dibandingkan influenza A. Partikel virus influenza berdiameter 80-
120 nanometer dan berbentuk seperti bola. Komposisi partikel virus berupa kapsul yang
mengandung dua tipe glikoprotein, yang membungkus suatu inti pusat. Inti tersebut mengandung
genom RNA dan protein viral lain yang membungkus RNA tersebut.34,35

Gejala dan tanda


Infeksi influenza musiman dicirikan dengan demam yang mendadak, batuk (biasanya kering),
pusing, nyeri otot dan sendi, malaise berat, nyeri tenggorokan dan pilek. Batuk dapat timbul
dengan gejala berat dan terjadi selama 2 minggu atau lebih. Penularan virus influenza dapat mudah
terjadi, khususnya pada tempat yang ramai seperti sekolah atau panti jompo dan ditularkan melalui
droplet. Periode inkubasi virus sekitar 2 hari, bervariasi antara 1 sampai 4 hari. Umumnya individu
yang terinfeksi akan sembuh dari demam dan gejala lainnya dalam 1 minggu tanpa memerlukan
perhatian khusus. Namun influenza dapat menyebabkan penyakit yang berat dan kematian pada
kelompok risiko tinggi. Kelompok risiko tinggi ini mencakup:36,37
● Kelompok wanita hamil, anak-anak dibawah usia 59 bulan, populasi lanjut usia, individu
dengan penyakit kronik seperti penyakit jantung kronik, penyakit ginjal kronis, kondisi
gangguan metabolik seperti diabetes melitus, gangguan hati ataupun hematologi) serta
individu dengan kondisi imunokompromais (mis: HIV, mendapatkan kemoterapi atau
steroid, dan keganasan).
● Tenaga kesehatan berisiko tinggi untuk tertular virus infleunza akibat pajanan yang tinggi
terhadap pasien dan rentan untuk menularkan kepada individu yang berisiko tinggi.

Epidemiologi
Di seluruh dunia, influenza diperkirakan menyebabkan penyakit berat hingga 3-5 juta kasus setiap
tahunnya dan kematian 290.000 sampai 650.000 setiap tahunnya. Sebuah studi surveilans
influenza di Indonesia pada tahun 2003-2007 melaporkan terdapat 21.030 laporan kasus dengan
manifestasi klinis seperti influenza. Dari jumlah tersebut, 4.236 (20.1%) terbukti terinfeksi virus
influenza, dengan proporsi yang serupa antara pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap. Kelompok usia terbanyak penderita influenza adalah kelompok anak usia sekolah. Studi ini
juga menemukan bahwa 64.9% dari seluruh kasus influenza yang ditemukan merupakan infeksi
virus influenza A (dengan klasifikasi sub tipe H3N2 sebanyak 64.6%, H1N1 sebanyak 34.9%, dan
H5N1 sebanyak 0.4%) dan 35.1% lainnya merupakan infeksi virus influenza B. Ditemukan adanya
aktivitas musiman dari virus influenza A yang mencapai puncaknya pada bulan Desember dan
Januari, di saat musim hujan terjadi, terutama di Indonesia bagian barat dan tengah. Sedangkan
untuk Indonesia bagian timur, didapatkan aktivitas kedua jenis virus influenza, baik jenis A
ataupun B.37,38

Diagnosis
Secara umum, infeksi influenza didiagnosis secara klinis. Namun, infeksi dari virus pernapasan
lain seperti rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza dan adenovirus dapat juga
menyebabkan gejala seperti infeksi influenza (influenza like illness/ILI). Hal ini mengakibatkan
sulitnya membedakan gejala klinis akibat infeksi influenza dengan patogen lainnya. Mendapatkan
sampel pernapasan yang baik untuk uji diagnostic laboratorium diperlukan untuk menegakkan
diagnosis definitif. Konfirmasi di laboratorium dari tenggorokan, hidung dan nasofaring umum
dilakukan menggunakan pemeriksaan seperti tes antigen ataupun PCR.35,37

Pengobatan dan pencegahan


Pasien yang tidak termasuk risiko tinggi dapat ditatalaksana dengan pengobatan simtomatik.
Pasien dengan gejala yang berat ditatalaksana dengan obat antiviral seperti neuraminidase inhibitor
(mis: oseltamivir) yang disarankan diberikan secepatnya dalam 48 jam sejak timbulnya gejala dan
diberikan minimal 5 hari bergantung dari perbaikan gejala klinis. Kortikosteroid tidak umum
diberikan kecuali pada kasus tertentu seperti adanya asma. Pemberian kortikosteroid juga
berpotensi menyebabkan imunosupresi dan memperlama pembersihan virus. Pencegahan yang
paling efektif adalah vaksinasi. Vaksinasi aman dilakukan dan memiliki efektivitas yang baik.
WHO merekomendasikan vaksinasi influenza setiap tahun untuk kelompok: ibu hamil, anak usia
6 bulan sampai 5 tahun, kelompok lanjut usia, individu dengan kondisi penyakit kronik dan tenaga
kesehatan.34,37

Infeksi Influenza dan Diabetes Melitus


Pasien dengan DM memiliki respons imun yang melemah, gangguan kemotaksis, fagositosis dan
presentasi antigen dalam respons terhadap infeksi. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi dan
proliferasi sel T dan pada akhirnya memperberat gejala penyakit infeksi.39 Gangguan pada
imunitas alami/innate pada pasien DM berhubungan dengan komplemen,sitokin dan
hiperglikemia. Studi yang dilakukan pada 86 pasien ditemukan bahwa 26% dari mereka memiliki
nilai komplemen (C4) yang rendah sehingga mengakibatkan disfungsi neutrophil dan respons yang
tidak adekuat terhadap sitokin. Sekresi interleukin-1 (IL-1) dan interleukin-6 (IL-6) yang lebih
rendah oleh sel mononuklir dan monosit juga terlihat pada pasien DM saat distimulasi oleh
komponen bakteri berupa lipopolisakarida (LPS), yang diaktivasi oleh fagositosis.40 Pada kondisi
hiperglikemia, berkurangnya degranulasi neutrophil, aktivasi komplemen dan fagositosis yang
terganggu telah dilaporkan. Hal ini mengakibatkan gejala yang lebih berat dari infeksi pernapasan,
termasuk infeksi influenza.41 Studi yang dilakukan di Kanada melaporkan bahwa pasien DM
memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi untuk gejala lebih berat dan rawat inap saat terjadinya
pandemic H1N1 tahun 2009. Pasien yang dirawat di ICU lebih tinggi empat kali lipat pada pasien
DM dibanding non-DM.8 Studi di Jerman oleh Wilking dkk melaporkan bahwa kematian akibat
strain influenza yang beredar tahun 2009 pada pasien DM mencapai dua kali lipat lebih tinggi
dibandingkan pasien non-DM. Infeksi influenza juga dapat memperburuk derajat kontrol gula
darah dan meningkatkan komplikasi DM.39 Selain menyebabkan komplikasi yang lebih berat,
infeksi influenza juga diketahui dapat memicu terjadinya DM. Dari studi Nenna dkk di Roma,
ditemukan adanya peningkatan DM tipe 1 yang baru terdiagnosis setelah terjadinya pandemi
H1N1 (Oktober 2009-Januari 2010) dibandingkan dengan tahun 2004-2005. Selain itu, pada tahun
1970 juga dilaporkan adanya peningkatan DM tipe 1 yang terdiagnosis pasca epidemi influenza.42
Infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh virus influenza, ditransmisikan melalui droplet
dan aerosol, sehingga sangat mudah menular dan dapat mengakibatkan komplikasi serius pada
orang yang mengalami penurunan kekebalan tubuh.7 Beban penyakit influenza pada populasi
diabetes, dibandingkan pasien influenza tanpa diabetes meningkat menjadi sampai 6 kali lebih
besar untuk risiko rawat inap, 4 kali peningkatan resiko perawatan intensif di ICU8, dan 6 kali
peningkatan resiko kematian.9
Selain itu, dari satu studi retrospektif menunjukkan angka komplikasi diabetes meningkat
setelah paparan virus influenza. Pasien yang pernah terinfeksi influenza memiliki rata-rata skor
Diabetes Complications Severity Index (DCSI) yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
dengan kelompok non-influenza.10 Studi yang sama juga menunjukkan pemanfaatan layanan
kesehatan (kunjungan rawat jalan, kunjungan IGD, dan rawat inap) yang lebih tinggi, sehingga
terjadi lonjakan total biaya kesehatan pada pasien diabetes dengan influenza.
Berdasarkan penelitian Kosen dkk pada tahun 2017, dampak yang disebabkan oleh infeksi saluran
napas bawah yang disebabkan influenza di Indonesia sangat signifikan. Beban penyakit
diperkirakan mencapai 3.358.418 kasus influenza yang berhubungan dengan infeksi saluran napas
bawah, termasuk 40.435 rawat inap dan 4.097 kematian. Biaya yang dikeluarkan diperkirakan
mencapai US$ 866,7 juta . Jumlah ini mencakup biaya tidak langsung sebesar US$ 847,5 juta yang
terkait dengan hilangnya produktivitas dan US$ 19,2 juta yang terkait dengan biaya langsung
untuk pengobatan.3 Sedangkan dari penelitian Akin dkk, di Turki didapatkan bahwa dengan
meningkatkan cakupan vaksinasi influenza mencapai 20% pada populasi dewasa dengan DM tipe
2, diprediksi dapat mencegah 19.777 kasus influenza, 2.376 kasus rawat inap, dan 236 kematian.
Biaya yang dapat dihemat dari pengobatan influenza mencapai 8,3 juta lira Turki, sedangkan biaya
untuk vaksinasi mencapai sekitar 8,4 juta lira Turki.21 Penelitian Wang dkk di Taiwan,
menunjukkan bahwa vaksinasi influenza memberikan considerable cost benefits pada pasien
dengan DM. 1.283 USD dapat dihemat per kejadian rawat inap pada pasien DM yang divaksin
influenza dibandingkan dengan yang tidak divaksin.20 Vaksinasi influenza merupakan upaya
pencegahan yang utama dalam menurunkan resiko angka kejadian rawat inap dan kematian karena
virus influenza.11 Pada dasarnya, vaksinasi influenza diindikasikan bagi orang dewasa, dan sangat
direkomendasikan pada populasi lansia, perempuan hamil, anak di bawah usia 5 tahun, pelancong,
penderita penyakit kronik, dan petugas kesehatan.12

Jenis Vaksin Influenza


WHO mengeluarkan rekomendasi setiap bulan Februari dan September setiap tahun untuk
merekomendasikan jenis strain virus yang dimasukkan ke dalam vaksin untuk belahan bumi utara
(Northern hemisphere) dan belahan bumi selatan (Southern hemisphere). Di Indonesia, vaksinasi
dapat dilaksanakan sepanjang tahun dan digunakan dengan vaksin influenza yang tersedia pada
saat itu. Sedangkan untuk pelancong, vaksin disesuaikan dengan daerah tujuan Jenis vaksin
influenza terbagi menjadi live-attenuated influenza vaccine (LAIV), inactivated Influenza Vaccine
(IIV), dan recombinant Influenza Vaccine (RIV) dan penggunaannya disesuaikan untuk kelompok
umur yang berbeda-beda.13 Di Indonesia, vaksin influenza yang tersedia yaitu Inactivated
Influenza Vaccine (IIV). Berdasarkan jenis strain yang terkandung, terdapat dua jenis vaksin
influenza:
1. Inactivated Influenza Vaccine trivalen (IIV3) melindungi terhadap dua strain influenza A
(A/H1N1 dan A/H3N2) dan satu strain influenza B (B/Victoria atau B/Yamagata)
2. Inactivated Influenza Vaccine kuadrivalen (IIV4) melindungi terhadap dua strain influenza
A (A/H1N1 dan A/H3N2) dan dua strain influenza B (B/Victoria dan B/Yamagata).
Vaksin influenza kuadrivalen memberikan proteksi tambahan dibandingkan dengan vaksin
influenza trivalen, karena perlindungan mencakup dua strain influenza B (B/Victoria dan
B/Yamagata) yang bersirkulasi bersamaan di alam bebas.14

Manfaat Vaksinasi Influenza Pada Populasi Diabetes


Pasien diabetes termasuk dalam populasi resiko tinggi dan lebih mungkin mengalami komplikasi,
rawat inap, dan mortalitas akibat infeksi influenza. Sehingga vaksinasi influenza pada pasien DM
direkomendasikan sebagai standard-of-care pada tatalaksana semua pasien DM tipe 1 dan 2.15
Terlebih, pasien DM dengan kondisi komorbid di bawah sangat dianjurkan untuk mendapatkan
vaksinasi influenza:12
● Gangguan sistem pernapasan kronik
● Penyakit ginjal kronik
● Gangguan kardiovaskular (gagal jantung, penyakit jantung koroner, sindroma koroner
akut, hipertensi, aritmia, gangguan katup jantung, defek kongenital)
● Imunokompromais (HIV/AIDS, kanker, dll)
● Kanker
● Anemia/ Hemoglobinopati
● Obesitas morbid
● Lansia
Respon imun pasien DM (seroproteksi dan serokonversi) setelah vaksinasi influenza cukup
sebanding dengan dewasa sehat. Satu bulan setelah vaksinasi, tingkat serokonversi mencapai
58,0% dan seroproteksi mencapai 99,0%. Hasil tinjauan ini menunjukkan vaksinasi influenza akan
melindungi mereka dari infeksi influenza yang berat dan komplikasinya.16
Meta-analisis menunjukan vaksinasi influenza pada pasien DM dewasa (18-64 tahun)
dapat menurunkan angka kematian dan angka kejadian rawat inap karena pneumonia.17 Studi lain
menilai vaksinasi influenza pada pasien diabetes dewasa dapat secara signifikan menurunkan
jumlah kasus influenza dan angka rawat inap yang berhubungan dengan kejadian influenza. 18
Manfaat vaksinasi influenza pada pasien diabetes usia lanjut (65 tahun ke atas) juga secara
signifikan menurunkan angka kejadian influenza like illness, rawat inap karena pneumonia atau
karena alasan lain, dan penurunan mortalitas karena infeksi saluran pernafasan maupun penyebab
apapun. 17 Studi yang dilakukan di Inggris dengan 124.503 subjek pasien DM antara tahun 2003-
2010 memperlihatkan bahwa vaksinasi influenza berhubungan dengan risiko rawat inap dan
kematian yang lebih rendah pada pasien yang mendapat vaksinasi dibandingkan dengan yang tidak
mendapatkan vaksinasi. Studi ini menemukan berkurangnya kejadian kardiovaskular secara
signifikan termasuk didalamnya infark miokard akut (19%), stroke (30%), gagal jantung (22%)
dan pneumonia (15%).43 Studi lainnya yang dilakukan Wang dkk pada pasien lanjut usia dengan
diabetes, didapatkan penurunan angka rawat inap mencapai 11% pada pasien yang mendapatkan
vaksinasi influenza dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan vaksinasi.44
Pada penderita diabetes dengan penyakit kardiovaskular, vaksinasi influenza dikaitkan
dengan penurunan resiko mortalitas karena penyebab apapun, resiko mortalitas karena penyakit
kardiovaskular, dan angka kejadian kardiovaskular.19 Data dari berbagai negara juga menunjukkan
bahwa meningkatkan cakupan vaksinasi influenza pada kelompok diabetes, selain mengurangi
jumlah kasus, rawat inap, dan kematian, dapat memberikan penghematan biaya yang
signifikan.20,21

Pemberian Vaksin Influenza


Di Indonesia, vaksinasi dapat dilaksanakan sepanjang tahun dan digunakan dengan vaksin
influenza yang tersedia pada saat itu.12 Vaksinasi influenza tahunan pada pasien DM tipe 1 dan 2
dapat dimulai sejak usia 6 bulan dan diberikan kembali setiap tahunnya.22 American Diabetes
Association (ADA) merekomendasikan penggunaan vaksin influenza inaktif dan rekombinan pada
pasien diabetes, dan disarankan untuk menghindari penggunaan vaksin hidup yang dilemahkan
(LAIV).23 Vaksin influenza yang tersedia di Indonesia berupa vaksin jenis inactivated yang
diberikan secara intramuskular (IM).
Vaksinasi influenza setahun sekali diperlukan karena virus influenza terus bermutasi
(antigenic drift), dan dapat berlangsung pada semua strain.24 Sehingga, vaksin influenza terus
diperbaharui setiap tahunnya untuk melindungi terhadap virus yang akan beredar di musim
selanjutnya. Pemberian vaksinasi influenza melebihi satu tahun setelah vaksinasi sebelumnya tetap
bermanfaat, namun respon imun dari vaksinasi sebelumnya akan menurun seiring berjalannya
waktu.25 Maka dari itu, jika strain virus tidak berubah, vaksinasi influenza tahunan tetap diperlukan
untuk memaksimalkan proteksi. Pada keperluan tertentu di mana strain yang ada di dalam vaksin
berbeda dengan strain virus yang beredar di wilayah tujuan, maka vaksinasi ulang dapat diberikan
sebelum satu tahun untuk meningkatkan proteksi.26 CDC merekomendasikan pelancong yang
bepergian ke luar negeri untuk mendapatkan vaksinasi influenza setidaknya 2 minggu sebelum
perjalanan.27
Pada dasarnya tidak ada kontraindikasi mutlak vaksinasi influenza, kecuali adanya riwayat
reaksi hipersensitivitas berat dengan vaksin influenza sebelumnya. Pada kondisi tertentu,
sebaiknya vaksinasi ditunda dahulu apabila ada kondisi akut berat.13 Kondisi akut berat pada
pasien DM antara lain berupa hipoglikemia, ketoasidosis diabetikum dan hiperglikemia
hiperosmolar. Selama tidak dalam kondisi tersebut, kondisi gula darah yang belum terkontrol juga
tetap direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi.Vaksinasi influenza dapat diberikan secara
bersamaan dengan vaksinasi lainnya. Jika vaksinasi influenza berikutnya diberikan kurang dari 1
tahun setelah vaksinasi sebelumnya, pada dasarnya tetap aman dan tidak ada efek simpang yang
signifikan.12
Vaksinasi influenza juga perlu dipertimbangkan pada pasien diabetes sebagai bagian dari
perawatan di rumah sakit setelah episode infark miokard. Vaksinasi influenza dapat diberikan
dalam 72 jam setelah episode infark miokard.28 Selain pasien DM, penting untuk tenaga kesehatan
yang menangani pasien tersebut untuk mendapatkan vaksinasi influenza, karena lebih beresiko
terpapar virus influenza sehingga beresiko menyebarkan ke pasien lain yang rentan terkena
infeksi.29 Selain tenaga kesehatan, vaksinasi juga direkomendasikan bagi individu yang hidup
berdampingan dengan penyandang diabetes, termasuk anggota keluarga pasien dan caregiver
pasien.30

Profil Keamanan dan Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Vaksinasi Influenza
Selain efektif, vaksinasi influenza juga aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien
diabetes dewasa maupun lansia.16 Secara umum, efek simpang yang timbul berupa reaksi lokal
yang ringan seperti nyeri di lokasi injeksi, bengkak ataupun kemerahan. Efek samping sistemik
yang timbul juga bersifat ringan seperti myalgia dan demam ringan. Jika efek simpang ini muncul,
biasanya dapat dibantu dengan pemberian parasetamol.12 Sebuah studi mencatat bahwa ada
kemungkinan gula darah naik hingga 24 jam pasca vaksinasi namun bersifat sementara dan
kembali kepada rentang gula darah sebelumnya sehari setelah vaksinasi.31 Hal ini menegaskan
bahwa manfaat vaksinasi influenza lebih besar dari resikonya dan menjawab kekhawatiran pasien
diabetes yang dapat menyebabkan penurunan tingkat vaksinasi. Meski demikian, pasien diabetes
dengan kondisi di bawah ini tidak dapat melakukan vaksinasi influenza: 32
● Dengan alergi serius yang mengancam jiwa terhadap bahan apa pun dalam vaksin influenza
(baik protein telur ataupun komponen lainnya) tidak boleh mendapatkan vaksin tersebut.
● Pernah mengalami reaksi alergi berat terhadap satu dosis vaksin influenza sebaiknya tidak
mendapatkan vaksin flu itu lagi dan mungkin tidak dapat menerima vaksin influenza
lainnya.
Individu yang menggunakan imunosupresan pada dasarnya aman untuk diberikan vaksinasi
inaktif, termasuk influenza. Akan tetapi, respon imun yang ditimbulkan mungkin berkurang. 33
Pasien diabetes dengan riwayat alergi telur yang tidak berat dapat menerima vaksin influenza yang
berlisensi dan direkomendasikan (yaitu, inactivated Influenza Vaccine (IIV) dan recombinant
Influenza Vaccine (RIV). Vaksin yang dipilih harus diberikan dalam pengawasan medis yang ketat.
Pemberian vaksin harus diawasi oleh penyedia layanan kesehatan yang mampu mengenali dan
mengelola kondisi alergi yang berat.34

Kesimpulan

Influenza merupakan penyakit yang tidak saja menyebabkan dampak morbiditas dan mortalitas
yang masih tinggi, juga memberikan dampat pembiayaan baik langsung mapun tidak langsung
yang tinggi.

Penderita DM merupakan kelompok populasi yang rentan mendapatkan infeksi influenza dan
juga menyebabkan komplikasi yang lebih berat dibandingkan mereka tanpa DM.

Salah satu pencegahan terpenting dan telah memberikan bukti efektivitas dan keamannya adalah
pemberian vaksinasi influenza kepada penderita DM. Vaksinasi influenza dapat mengurangi
beratnya gejala influenza dan sekaligus juga menurunkan kejadian komplikasi baik terkait
infeksi influenzanya maupun terkait diabetesnya.

Berdasarkan hal diatas, Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI, PP PERKENI, dan IIF berinisiatif
untuk membuat panduan tentang vaksinasi influenza pada diabetes dan sekaligus
merekomendasikan pemberian vaksin Influenza pada pasien diabetes.

• Vaksinasi influenza merupakan standard-of-care pada pasien Diabetes Mellitus tipe 1 maupun
tipe 2, dan dapat diberikan sejak usia enam bulan ke atas. Vaksinasi dilakukan setiap tahun
satu kali dan dapat dilakukan sepanjang tahun.
• Secara umum, semua kondisi pasien DM stabil atau rawat jalan dapat divaksinasi, kecuali pada
kondisi akut berat.
Kondisi akut berat pada pasien DM antara lain berupa hipoglikemia, ketoasidosis diabetikum
dan hiperglikemia hiperosmolar. Selama tidak dalam kondisi tersebut, kondisi gula darah yang
belum terkontrol direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi.

• Pasien DM dengan kondisi komorbid lainnya sangat direkomendasikan untuk mendapatkan


vaksinasi influenza tahunan, antara lain:
1. Gangguan sistem pernapasan kronik,
2. Penyakit ginjal kronik,
3. Gangguan kardiovaskular (gagal jantung, penyakit jantung koroner, sindroma koroner
akut, hipertensi, aritmia, gangguan katup jantung, defek kongenital),
4. Imunokompromais (HIV/AIDS, kanker, dll),
5. Kanker,
6. Anemia/ Hemoglobinopati,
7. Obesitas morbid,
8. Lansia

• Populasi dengan kondisi kronis seperti diabetes diperingatkan untuk tidak menggunakan
vaksin influenza hidup yang dilemahkan (Live attenuated Influenza Vaccine) dan disarankan
untuk menerima vaksinasi influenza yang inaktif (IIV) atau rekombinan (RIV).

• Individu yang menggunakan imunosupresan pada dasarnya aman untuk diberikan vaksinasi
inaktif, termasuk influenza. Akan tetapi, respon imun yang ditimbulkan mungkin berkurang.

• Vaksinasi influenza perlu dipertimbangkan pada pasien diabetes sebagai bagian dari perawatan
di rumah sakit setelah episode Infark Miokard. Vaksinasi dapat diberikan dalam 72 jam setelah
episode Infark Miokard.

• Vaksinasi influenza dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksinasi lainnya.

• Jika vaksinasi influenza berikutnya diberikan kurang dari 1 tahun setelah vaksinasi
sebelumnya, pada dasarnya tetap aman dan tidak ada efek simpang yang signifikan.

• Penting untuk tenaga kesehatan yang menangani pasien diabetes untuk mendapatkan Vaksinasi
Influenza, karena lebih beresiko terpapar virus influenza sehingga beresiko menyebarkan ke
pasien lain yang rentan terkena infeksi.

• Selain tenaga kesehatan, Vaksinasi juga direkomendasikan bagi individu yang hidup
berdampingan dengan diabetisi, antara lain anggota keluarga pasien dan caregiver pasien

• Pasien Diabetes dengan kondisi di bawah ini tidak dapat melakukan vaksinasi Influenza:
1. Dengan alergi serius yang mengancam jiwa terhadap bahan apa pun dalam vaksin flu
(selain protein telur) tidak boleh mendapatkan vaksin tersebut. (termasuk gelatin,
antibiotik, atau bahan lainnya.)
2. Pernah mengalami reaksi alergi parah terhadap satu dosis vaksin influenza sebaiknya tidak
mendapatkan vaksin flu itu lagi dan mungkin tidak dapat menerima vaksin influenza
lainnya.

• Orang diabetes dengan riwayat alergi telur dapat menerima vaksin flu yang berlisensi dan
direkomendasikan (yaitu, segala bentuk IIV atau RIV)
Vaksin yang dipilih harus diberikan dalam pengaturan medis rawat inap atau rawat jalan
(termasuk, namun tidak terbatas pada rumah sakit, klinik, departemen kesehatan, dan
kantor dokter). Pemberian vaksin harus diawasi oleh penyedia layanan kesehatan yang
mampu mengenali dan mengelola kondisi alergi yang parah.

Referensi

1. Agustian D, Mutyara K, Murad C, Uyeki TM, Kartasasmita, CB, et al. The Epidemiology
and Population-based Incidence Of Influenza In Two Communities, Bandung District,
West Java, Indonesia, 2008-2011. Research Square.2019.doi.org/10.21203/rs.2.13626/v1
2. Lafond KE, Praptiningsih CY, Mangiri A, et al. Seasonal Influenza and Avian Influenza
A(H5N1) Virus Surveillance among Inpatients and Outpatients, East Jakarta, Indonesia,
2011-2014. Emerg Infect Dis. 2019;25(11):2031-2039.
3. Kosen S, Indriasih E, Rosita T, Setiawaty V, Karyana M, Kosasih H, Rengganis I, Taurel
AF, Nealon J, Nawawi S, Kartasasmita C. Influenza disease burden and cost estimates in
Indonesia. Researchgate (poster). 2019.
4. Kementrian Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Laporan
Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018.
5. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas, 10th Edition, Brussels, 2021.
6. Wensveen TT, Gasparani D, Rahelic D, Wensveen FM. Type 2 diabetes and viral infection;
cause and effect of disease. Diabetes Research and Clinical Practice. 2021; 172: 108637.
7. CDC. Key Facts About Influenza (Flu) [Internet]. October 2022 [cited July 2023] Available
from: https://www.cdc.gov/flu/about/keyfacts.htm
8. Allard R, Leclerc P, Tremblay C, Tannenbaum TN. Diabetes and the severity of pandemic
influenza A (H1N1) infection. Diabetes Care. 2010; 33:1491–3.
9. Valdez R, Narayan KM, Geiss LS, Engelgau MM. Impact of diabetes mellitus on mortality
associated with pneumonia and influenza among non-Hispanic black and white US adults.
Am J Public Health. 1999; 89(11): 1715-21.
10. Lewing BD, Wallick C, To TM, Masters H, et al. Short and long-term impact of influenza
infection on individuals with type 2 diabetes: Effect on healthcare utilization and diabetes
complications. Diabetes Manag. 2021; 11(2): 171-179
11. International Diabetes Federation (IDF) Europe Position Paper on Vaccination of People
living with Diabetes, 2021.
12. Djauzi S, Rengganis I, Sundoro J, Koesnoe S, Soegiarto G, et al. Pedoman Imunisasi
Pada Orang Dewasa 2022. Interna Publishing. 2023
13. Prevention and Control of Seasonal Influenza with Vaccines: Recommendations of the
Advisory Committee on Immunization Practices – United States, 2022-2023 Influenza
Season. MMWR Recomm Rep. 2022;71(No. RR-1):1–28.
14. Ambrose CS, Levin MJ. The rationale for quadrivalent influenza vaccines. Hum Vaccin
Immunother. 2012; 8(1): 81–88.
15. CDC. What You Need to Know About Diabetes and Adult Vaccinations [Internet].
October 2022 [cited July 2023]. Available from:
https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/adults/downloads/fs-diabetes-vaccines.pdf
16. Santos GD, Tarat H, Berkani RB. Immunogenicity, safety, and effectiveness of seasonal
influenza vaccination in patients with diabetes mellitus: A systematic review. Hum Vaccin
Immunother. 2018; 14(8): 1853-1866.
17. Remschmidt C, Wichmann O, Harder T. Vaccines for the prevention of seasonal influenza
in patients with diabetes: systematic review and meta-analysis. BMC Med. 2015; 13:53.
18. Goeijenbier M, Sloten TT, Slobbe L, Mathieu C, Van Genderen P, et al. Benefits of flu
vaccination for persons with diabetes mellitus: a review.Vaccine. 2017; 35(38): 5905-5101.
19. Yedlapati SH, Khan SU, Talluri S, Lone AN, Zia Khan M, et al. Effects of Influenza
Vaccine on Mortality and Cardiovascular Outcomes in Patients with Cardiovascular
Disease: A Systematic Review and Meta-Analysis. J Am Heart Assoc. 2021; 10(6):
e019636.
20. Wang IK, Li Lin C, Lin PC, Liang CC, Liu YL, et al. Effectiveness of influenza vaccination
in patients with end-stage renal disease receiving hemodialysis: a population-based study.
PLoS One. 2013; 8(3): e58317.
21. Akin L, Macabeo B, Caliskan Z, Altinel S, Satman I. Cost-Effectiveness of Increasing
Influenza Vaccination Coverage in Adults with Type 2 Diabetes in Turkey. PLoS One.
2016; 11(6): e0157657.
22. Blonde L, Umpierrez GE, Reddy SS, McGill JB, Berga SL,et al. American Association of
Clinical Endocrinology Clinical Practice Guideline: Developing a Diabetes Mellitus
Comprehensive Care Plan—2022. Endocr Pract. 2022; 28(10): 923-1049.
23. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes - 2023. Diabetes
Care Volume 46. 2023.
24. Chen Z, Bancej C, Lee L, Champredon D. Antigenic drift and epidemiological severity of
seasonal influenza in Canada. Sci Rep. 2022; 12: 15625.
25. Ferdinans, et al. Clinical Infectious Diseases, Volume 73, Issue 4, 15 August 2021, Pages
726–72.
26. Tam YH, Valkenburg SA, Perera RAP, Wong JHF, Fang VJ, et al. Immune Responses to
Twice-Annual Influenza Vaccination in Older Adults in Hong Kong. Clin Infect Dis. 2018
Mar 5;66(6):904-912.
27. CDC. Influenza Prevention: Information for Travelers | CDC [Internet]. October 2021
[cited July 2023]. Available from: https://www.cdc.gov/flu/school
business/travelersfacts.htm
28. Fröbert O, Gotberg M, Angeras O, Jonasson L, Erlinge D, et al. Design and rationale for
the Influenza vaccination After Myocardial Infarction (IAMI) trial. A registry-based
randomized clinical trial. Am Heart J. 2017; 189:94-102.
29. Kuster SP, Shah PS, Coleman BL, Lam P, Tong A, et al. Incidence of influenza in healthy
adults and healthcare workers: a systematic review and meta-analysis. PloS One. 2011;
6(0): e26239.
30. CDC. Flu information for People with Diabetes and Caregivers of People with Diabetes
[Internet]. Jan 2010 [cited July 2023]. Available from:
https://www.cdc.gov/h1n1flu/diabetes/diabetes_factsheet.ht
31. Hulsizer AL, Witte Ap, Attridge RL, Urteaga EM, et al. Hyperglycemia Post-Influenza
Vaccine in Patients With Diabetes. Ann Pharmacother. 2023 Jan;57(1):51-54.
32. CDC. Who Should and Who Should not Get a Flu Vaccine. [Internet]. Sep 2022 [cited July
2023]. Available from: https://www.cdc.gov/flu/professionals/vaccination/vax-
summary.html
33. CDC. Flu vaccine and People with Egg Allergies. [Internet]. Sep 2022 [cited July 2023].
Available from: https://www.cdc.gov/flu/professionals/vaccination/vax-summary.html
34. Bouvier NM, Palese P. The biology of influenza viruses. Vaccine. 2008; 26 Suppl 4: D49–
53.
35. CDC. Types of Influenza Viruses [Internet]. March 2023 [cited July 2023]. Available from:
https://www.cdc.gov/flu/about/viruses/types.htm
36. Nair H, Abdullah Brooks W, Katz M et al. Lancet 2011; 378: 1917–3. Global burden of
respiratory infections due to seasonal influenza in young children: a systematic review and
meta-analysis.
37. World Health Organization. Influenza (Seasonal) [Internet]. January 2023 [cited July
2023]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/influenza-
(seasonal)
38. Kosasih H, Roselinda, Nurhayati, Klimov A, Xiyan X, Lindstrom S, et al. Surveillance of
Influenza in Indonesia, 2003-2007. Influenza Other Respi Viruses. 2013;7(3):312–20.
39. Restrepo BI, Camerlin AJ, Rahbar MH, Wang W, et al. Cross-sectional assessment reveals
high diabetes prevalence among newly-diagnosed tuberculosis cases. Bull World Health
Organ. 2011; 89(5), p. 352-359.
40. Thomas S, Ouhtit A, Khatib HA, Eid AH, Mathew S, et al. Burden and disease
pathogenesis of influenza and other respiratory viruses in diabetic patients. Journal of
Infection and Public Health. 2022; 15(4): 412-424.
41. Stranga ME, Van der Crabben SN, Blumer RME, Levi M, et al. Hyperglycemia enhances
coagulation and reduces neutrophil degranulation, whereas hyperinsulinemia inhibits
fibrinolysis during human endotoxemia. Blood. 2009; 112(1): 82-89.
42. Nenna R, Papoff P, Moretti C, Pierangeli A, Sabatino G, et al. Detection of respiratory
viruses in the 2009 winter season in Rome: 2009 Influenza A (H1N1) complications in
children and concomitant type 1 diabetes onset. International Journal of Immunopathology
and Pharmacology. 2011; 24(3): 651-659.
43. Vamos EP, Pape UJ, Cucin V, Harris MJ, Valabhji J, et al. Effectiveness of the influenza
vaccine in preventing admission to hospital and death in people with type 2 diabetes.
CMAJ. 2016; 188(4): p. e342-e351.
44. Wang IK, Lin CL, Chang YC, Lin PC, et al. Effectiveness of influenza vaccination in
elderly diabetic patients: A retrospective cohort study. Vaccine. 2013; 31(4): p.718-724.
Lampiran
Jadwal Imunisasi Dewasa Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI 2023

Anda mungkin juga menyukai