Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN

“Cold and Flu (Virus)”

Dosen Pengampu Matakuliah :


Opstaria Saptarini, M.Si., Apt., Dr

Kelompok : 2

Anggota Kelompok :

1. Didik Siswanto R232210347


2. Khairun Nisa Yasmin R232210349
3. Ratna Sari Dewi R232210353
4. Wahyuni R232210358

PROGRAM STUDI S2 FARMASI (FARMASI SAINS)


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022
Pendahuluan Penyakit

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya

antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin

sejak anak masih dalam kandungan.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber

daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan

negara. Pencapaian ini meliputi 3 indikator yaitu tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan

kemampuan ekonomi masyarakat. Menurut Depkes RI bahwa Kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa, sosial, yang memungkinkan hidup produktif secara Sosial dan

Ekonomi. Sehat juga merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan

diri dengan perubahan-perubahan internal maupun eksternal dalam mempertahankan

Kesehatannya.

Penyakit infeksi merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity)

dan angka kematian (mortality) terutama pada negaranegara berkembang. Penyakit infeksi

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme baik bakterial, virus, maupun

fungi. Salah satu penyakit infeksi yang angka kejadiannya cukup sering baik di dunia maupun

di Indonesia adalah common cold. Common cold yang juga disebut Infeksi Saluran

Pernapasan Atas (ISPA) adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering

mengeluarkan cairan, penyakit ini banyak dijumpai pada bayi dan anak.

Beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain faktor lingkungan,

perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari keempat faktor tersebut, salah satunya

adalah faktor lingkungan dimana faktor ini memegang peranan yang cukup penting dalam

menentukan proses interaksi antara penjamu dan unsur penyebab dalam proses terjadinya

penyakit. Kondisi lingkungan yang kurang sehat akan mempengaruhi derajat kesehatan
seseorang. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang kurang bersih adalah

Common cold.

Common Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai

pada bayi dan anak. Penyakit ini sangat umum terjadi pada anak-anak. Menurut penelitian,

dalam setahun seorang anak bisa menderita flu atau common cold sebanyak 8 hingga 12 kali.

Pada bayi-bayi ini, gejala flu atau common cold malah bisa berkembang dengan cepat

menjadi penyakit yang serius seperti Bronchiolitis atau Pneumonia. Penyakit ini biasanya

akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Gejala yang menyertai flu atau common cold

seperti demam, bersin, batuk, dan pilek. Hal ini memang kadang tampak mengkhawatirkan

ditambah lagi bila anak mengalami batuk tak henti-hentinya disertai muntah. Common cold

selain disebabkan oleh virus Rhinovirus atau virus selesma, ada hal yang mendukung

terjadinya common cold yaitu bahwa yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi saluran

pernafasan berupa Common cold, Pneunomia, Ispa dan lain-lain dimana faktor penyebab di

antaranya yaitu sanitasi rumah yang buruk seperti ventilasi, kepadatan hunian, pencahayaan

alami, dan adanya perokok dalam rumah.

Common cold merupakan salah satu jenis penyakit infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) atau infeksi virus. Common cold atau salesma, pada masyarakat sering diidentifikasi

sebagai batuk pilek. Selesma adalah iritasi atau peradangan selaput lendir hidung akibat

infeksi dari suatu virus. Selaput lendir yang meradang memproduksi banyak lendir sehingga

hidung menjadi tersumbat dan sulit bernafas. Tandanya di antaranya pilek, mata

mengeluarkan banyak air, kepala pusing dan seringkali demam ringan. Lendir yang terbentuk

mengakibatkan batuk dan bersin. Virus yang menyebabkan adalah rhinovirus (dalam bahasa

Yunani, Rhino adalah hidung, dan virus adalah jasad renik terkecil dengan ukuran 0,02 – 0,3

mikron jauh lebih kecil dari bakteri biasa)


Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus

influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat. Setiap orang

sudah mengenal dan sudah pernah menderita penyakit ini. Bila terserang penyakit ini

pekerjaan sehari-hari akan terhalang, karena gejala penyakit ini ialah rasa tidak enak badan,

demam, rasa pegal linu, lemas, lesu, bersin-bersin dan terasa nyeri di otot-otot dan sendi.

Penyebab influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae yang

dapat menyerang burung, mamalia termasuk manusia. Virus ditularkan melalui air liur

terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan

sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita. Ada dua jenis virus influenza yang utama menyerang

manusia yaitu virus A dan virus B. Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat

mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Influenza diketahui

menyebabkan epidemi tahunan dan umumnya mencapai puncaknya pada musim dingin di

daerah beriklim sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan beberapa vaksin yang bisa

menangani virus influenza. Untuk menghilangkan gejala yang menyertai dapat menggunakan

obatobatan yang sesuai bila diperlukan. Perlu diperhatikan bahwa obat- obatan ini hanya

digunakan untuk meringankan gejala bukan untuk mengatasi virus penyebabnya. Obat-obatan

ini dapat diperoleh tanpa resep karena termasuk obat bebas. Untuk itu dalam pemilihan obat

flu diperlukan kehati-hatian dan harus didasarkan pada gejala flu yang muncul. Pengetahuan

tentang influenza sangat diperlukan dalam pemilihan obatnya sehingga masyarakat dapat

memperhatikan komposisi obat flu yang diminum agar komponen obat sesuai dengan gejala

yang flu yang dialami.

Influenza adalah infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan

menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat

mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Flu sendiri merupakan suatu

penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain, maka
setelah 4-7 hari penyakit akan sembuh sendiri. Daya tahan tubuh seseorang akan sangat

berpengaruh terhadap berat ringannya penyakit tersebut. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh

pola hidup seseorang.

Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus

family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit

influenza pada unggas (Avian Influenza) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Virus ini dapat menimbulkan

gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low pathogenic) sampai

pada yang bersifat fatal (highly pathogenic). Semua wabah highly pathogenic avian influenza

(HPAI) disebabkan oleh virus influenza tipe A sub tipe H5 dan H7.

Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling sering

mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat mudah tertular,

penularan masih tetap terjadi karena seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya

karena rasa gatal atau membuang ingusnya. Jika tidak segera mencuci tangan akan menjadi

sumber penularan. Batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang sering

mengenai bayi dan anak, pengeluaran lendir atau gejala pilek terjadi pada penyakit flu ringan

disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus atau coronavirus. Penyakit ini

dapat disertai demam pada anak selama beberapa sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran

udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran napas bagian atas. Penyakit batuk

pilek juga dapat mengenai orang dewasa tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi dan anak

penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat karena karena infeksi mencangkup daerah

sinus paranasal, telinga tengah, dan nasofaring disertai demam tinggi, sedangkan pada orang

dewasa hanya terbatas, dan tidak menimbulkan demam yang tinggi.


Epidemiologi/ Prevalesi

Common cold sebagian besar (90%) disebabkan oleh virus saluran pernapasan

(rhinovirus), dan penderita dapat sembuh sendiri (self limiting disease) bergantung pada daya

tahan tubuhnya. Puncak gejala biasanya sekitar hari ke-3 atau ke-4, dengan rhinorrhoea yang

awalnya berupa cairan bening, kemudian dapat berubah menjadi lebih kental, kemungkinan

dapat didiagnosis keliru (misdiagnosed) sebagai infeksi sinus bacterial.

Common cold merupakan penyakit menular yang dapat bertransmisi lewat partikel

udara dan terletak di traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel

(droplet) yang membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran nafas. Virus common cold

dapat menular melalui inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Seseorang

yang terserang dengan dosis infeksi 10 virus/droplet, 50% akan menderita common cold.

Prevalensi common cold pada anak-anak usia prasekolah adalah 3–8 kasus per tahun dengan

insidensi meningkat pada anak-anak yang dititipkan di fasilitas penitipan anak. Pada

kelompok remaja dan dewasa di Amerika Serikat, rata-rata prevalensi common cold adalah

2–4 kasus per tahunnya.

Anatomi Normal

Gambar 1. Anatomi saluran pernafasan

Saluran pernafasan bagian atas, yaitu:

1. Hidung

Hidung adalah bengunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi
rongga hidung kiri dan kanan. Masing–masing rongga di bagian depan berhubungan

keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan

bagian farings (nasofarings). Masing–masing rongga hidung dibagi menjadi bagian

vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior dan bagian

respirasi.

2. Faring

Farings dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak di bawah dasar tenggorokan,

belakang dan atas palatum molle; orofarings, di belakang rongga mulut dan

permukaan belakang lidah dan laringofarings, di belakang larings. Tuba Eustaschii

bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara

pada kedua sisi membran timpani. Bila tidak sama, telinga terasa sakit. Misalnya naik

pesawat terbang. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan.

3. Laring

Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya,

namun juga menghasilkan besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi. Larings

dutunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan

tiroid, yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat

tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea.

4. Trakea

Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10–12 cm, meluas dari

laring sampai ke puncak paru, tempat bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan.

Tetap terbukanya trakea disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah)

yang terbentuk tapal kuda, dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (esofagus).

Trakea dilapis epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Sel goblet menghasilkan

mukus dan silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan di
hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan.

Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.

5. Cabang Tenggorokan

Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra

torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan dilapisi

oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan ke samping ke

arah tampuk paru- paru.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin

mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari pada

bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-

cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkhioli). Pada bronkhioli

tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkhioli terdapat gelembung paru,

gelambung hawa atau alveoli.

Saluran pernafasan bagian bawah :

1. Paru - paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung (gelembung hawa dan alveoli), gelembung hawa alveoli

ini terdiri dari sel- sel epitel dan endotel, jika bentangkan luar permukaannya

(Gibson 1995).

Patofisiologi

Terdapat lebih dari 200 virus penyebab common cold dan yang tersering adalah

Rhinovirus (khususnya pada dewasa). Virus influenza terdiri dari 3 tipe yaitu A, B, dan C.

Virus influenza yang sering menimbulkan penyakit pada manusia adalah tipe A dan B.
Virus influenza A merupakan virus RNA rantai tunggal dengan 8 genom termasuk dalam

famili Orthomyxoviridae, virus ini mempunyai glikoprotein haemagglutinin (HA) and

neuraminidase (NA),5,6 dan memasukkan virus ini ke dalam turunan jenis (subtipe) 16

HA dan 9 NA.5 Secara umum influensa babi (swine influenza) terikat ke penerima

(receptor) SAa2,6Gal. Virus influensa babi turunan jenis (Swine virus subtype) H1N1,

H3N2 dan H1N2 mempunyai beberapa jalur penularan, yaitu penularan melalui hewan

yangdapat menyebabkan penyakit ILI di manusia dan berakibat kematian (fatal) di 17%

kasus. Antibodi terhadap Virus influensa babi/swine virus (H1N1, H1N2) ditemukan di

manusia yang terpajan influensa tersebut.6,7 Contoh/penampakan (Manifestasi) Klinis

Virus H1N1 2009 muncul dengan gejala: panas, batuk, nyeri tenggorokan dan nyeri

kepala. Ciri (Karakteristik) H1N1 2009 sering ditandai Karakteristik) H1N1 2009 sering

ditandai dengan diare dan muntah, gejala tersebut jarang terdapat di penderita influenza.

Penelitian terkini menunjukkan hasil radang paru (pneumonia) dan 25% sindroma

mendadak pernapasan sangat nyeri/ acute respiratory distress syndrome (ARDS).9

Penularan H1N1 sedang dipelajari sebagai bagian penelitian wabah, tetapi berdasarkan

data yang diperoleh, jalur penularannya sama dengan virus influensa (influenza) lainnya.

Penularan virus terutama dari manusia ke manusia melalui tetesan kecil pernapasan

(droplet respirasi) yang besar (ketika orang yang terjangkit/infeksi batuk atau bersin di

dekat orang yang peka/sensitif), penularan melalui tetesan kecil (droplet) yang besar

memerlukan sentuhan (kontak) tertutup antara sumber dan penerima (resipien) karena

tetesan kecil besar tidak tinggal di udara.13 Persentuhan dengan sumber penularan

mungkin juga melalui tetesan kecil (droplet) nukleus (sering disebut bawaan

udara/airborne), tetapi karena data penularan H1N1 masih terbatas, maka kemungkinan

jangkitan (infeksi) mata (okuli), selaput mata (konjungtiva) atau saluran lambung usus

(gastrointestinal) masih belum jelas, semua kelenjar pernapasan (sekret respirasi) dan
cairan tubuh termasuk tinja (feses) bermungkinan (potensial) menjadi sumber

penjangkitan (infeksi).13

Manifestasi Klinik

Gejala pada umumnya terlihat sekitar 1-3 hari setelah penularan dari batuk yang mengandung

virus. Tanda dan gejala meliputi :

a. Hidung yang berair dan tersumbat

b. Sakit tenggorokan

c. Batuk

d. Sakit kepala ringan

e. Bersin-bersin

f. Mata berair

g. Sedikit demam atau kadang tidak ada (dewasa : < 390°C ; anak-anak :< 380°C)

h. Merasa sedikit lelah

Common cold berbeda dengan influenza, perbedaan di antara kedua penyakit ini sebagai

berikut:

Gejala Common Cold Influenza


Demam Tidak ada/ tidak tinggi Sering (tinggi)
Biasanya 3 – 4 hari
Nyeri kepala Tidak ada/ ringan Hampir selalu ada
Nyeri badan Ringan, jika ada Sering berat
Lesu dan kelelahan Ringan, jika ada Kelelahan bisa berat, dapat
berlangsung 2-3 minggu
Mampet Hampir selalu Kadang – kadang
Bersin Sangat sering Kadang – kadang
Nyeri tenggorokan Sering Kadang – kadang
Dada tidak nyaman dan batuk Ringan sampai sedang Sering, bisa berat
(hacking cough)

Diagnosa

Tatalaksana Terapi

Common cold merupakan penyakit yang disebabkan oleh rhinovirus yang bersifat

akan sembuh dengan sendirinya saat virus mati karena masa hidup virus terbatas atau disebut
self limiting disease bergantung pada daya tahan tubuhnya. Namun, karena belum ditemukan

antivirus khususnya untuk rhinovirus ini, maka hanya gejala-gejala yang muncul saja yang

diobati jika dirasakan mengganggu penderita. Jadi pengobatan hanya bersifat meringankan

atau menghilangkan gejala saja, tanpa membunuh virus penyebabnya

Farmakologi

1. Dekongestan merupakan pilihan terapi untuk pilek. Hidung tersumbat diobati

dengan dekongestan topikal atau oral. Antihistamin dapat mengurangi bersin,

sedangkan batuk biasanya sembuh sendiri, tetapi dapat diobati dengan

dextromethorpan atau antitusif, dan demam diobati dengan antipiretik.

Dekongestan Dekongestan adalah stimulan reseptor alpha-1 adrenergik.

Mekanisme kerja dekongestan (nasal decongestant) melalui vasokonstriksi

pembuluh darah hidung sehingga mengurangi sekresi dan pembengkakan

membran mukosa saluran hidung. Mekanisme ini membantu membuka sumbatan

hidung. Namun, dekongestan juga dapat menyebabkan vasokonstriksi di tempat

lainnya pada tubuh, sehingga dikontraindikasikan bagi penderita hipertensi yang

tidak terkontrol, hipertiroid serta penderita penyakit jantung. Untuk

farmakokinetik, dekongestan sistemik dengan cepat dimetabolisme oleh

monoamine oxidase dan katekol-Omethyltransferase di gastrointestinal mukosa,

hati, dan jaringan lain. Pseuodoephedrine diserap dengan baik setelah pemberian

oral, penylephrine memiliki bioavailabilitas oral rendah. Pseuodoephedrine dan

penylephrine memiliki distribusi volume besar (2,6-5 L/kg) dan durasi pendek (6

jam untuk pseudoefedrin dan 2,5 jam untuk phenylephrine), konsentrasi puncak

untuk kedua obat terjadi pada 0,5 jam sampai 2 jam setelah pemberian oral.

Indikasi dari dekongestan untuk mengurangi rasa sakit dari hidung serta untuk

hidung tersumbat. Efek samping yang ditimbulkan dekongestan seperti takikardi


(frekuensi denyut janting berlebihan, aritmia (penyimpangan irama jantung),

peningkatan tekanan darah atau stimulasi susunan saraf pusat.

2. Antihistamin digunakan karena adanya efek antikolinergik, yang antara lain dapat

mengurangi sekresi mukus. Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala bersin,

rhinorrhoea, dan mata berair. Efek samping yang paling mengganggu dari

antihistamin generasi pertama ini adalah sedasi atau mengantuk. Mekanisme kerja

antihistamin adalah antagonis reseptor H1 berikatan dengan H1 tanpa

mengaktivasi reseptor, sehingga mencegah terjadi ikatan dan kerja histamin. Efek

sedatif antihistamin tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak.

Kebanyakan antihistamin bersifat larut lemak dan melewati sawar otak dengan

mudah. Mengantuk adalah efek samping yang paling sering ditimbulkan oleh

antihistamin. Selain juga hilang nafsu makan, mual, muntah, dan gangguan ulu

hati. Antihistamin lebih efektif jika dimakan 1-2 jam sebelum diperkirakan

terjadinya paparan pada allergen. Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh

tanpa resep dokter antara lain: klorfeniramin maleat (CTM), promethazin,

triprolidin, dll. Dosis CTM untuk anak umur 2-6 tahun 1 mg dan untuk anak umur

6-12 tahun 2 mg, dan triprolidin untuk anak 4-6 tahun 0,9 mg 3-4 kali sehari.

3. Analgesik dan Antipiretik Parasetamol adalah analgesik-antipiretik yang terdapat

dalam komposisi produk obat flu untuk mengatasi nyeri dan demam, dan

umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Dosis yang dapat diberikan untuk anak 2

– 6 tahun adalah 1 – 2 sendok teh atau 120 – 250 mg dan untuk anak 6–12 tahun

di minum setiap 4 atau 6 jam. Dengan efek samping kerusakan hati (jika

digunakan jangka lama dan penggunaan dalam dosis besar), selain itu juga dapat

menimbulkan tukak lambung.


4. Antitusif adalah obat batuk yang digunakan untuk batuk tidak berdahak atau batuk

kering. Obat tersebut bekerja dan menaikkan ambang rangsang batuk. Ketika

batuk tidak produktif dapat ditekan dengan antitusif yang bekerja dengan menekan

sistem saraf pusat. Beberapa antitusif dapat diperoleh tanpa resep dokter

diantaranya, difenhidramin HCl dan dextrometorpan yang efektif untuk pilek.

Dosis yang diberikan pada anak usia 2 – 12 tahun, 2,5 – 5 ml, 3 – 4 kali sehari

5. Ekspektoran dan Mukolitik Ekspektoran umumnya diberikan untuk

mempermudah pengeluaran dahak pada batuk kering (nonproduktif) agar menjadi

lebih produktif. Ekspektoran bekerja dengan cara membasahi saluran napas

sehingga mukus (dahak) menjadi lebih cair dan mudah dikeluarkan (dibatukkan).

Beberapa contoh ekspektoran yang dapat digunakan pada swamedikasi, antara lain

amonium klorida, gliseril guaiakolat, dan succus liquiritiae yang merupakan salah

satu komponen dari obat batuk hitam (OBH). Mukolitik, mirip dengan

ekspektoran, diberikan untuk mempermudah pengeluaran dahak, namun dengan

mekanisme kerja yang berbeda. Mukolitik memecahkan ikatan protein mukus,

sehingga mukus menjadi cair dan mudah dikeluarkan.Beberapa contoh mukolitik

yang dapat digunakan dalam swamedikasi, antara lain bromheksin dan

asetilsistein.

6. Vitamin Suplemen yang dapat diberikan seperti vitamin C, jus lemon, teh herbal,

bioflavonoid, betakaroten. Vitamin C pada dosis tinggi (1-1,5 mg) berkhasiat

meringankan gejala, mempersingkat lamanya infeksi dan sebagai stimulan sistem

imun. Pada dosis tinggi limfosit dirangsang perbanyakan aktivitasnya sehingga

pembasmian virus berlangsung lebih cepat. Dosis yang dapat diberikan 50- 75 mg.

Non Farmakologi
Terapi tanpa obat untuk anak mencakup peningkatan retensi cairan, istirahat cukup, makan

bernutrisi, termasuk hati-hati membersihkan saluran hidung, meningkatkan kelembaban udara

atau penguapan hangat, larutan garam, dan larutan nasal. Larutan garam dapat membantu

membran mukosa mengeluarkan mukus. Makanan dan minuman seperti teh dengan lemon

dan madu, sop ayam, dan air daging hangat membantu meredakan pilek dan meningkatkan

retensi cairan

Algoritma Terapi

RIDT (+)
RIDT (+)
Flu A RIDT (+)
Flu B
Flu A and B

Interpretation : Interpretation :
Influenza A virus Interpretation : can not
Influenza B virus infection likely. rule out influenza virus
infection likely Could be novel H1N1, infection
seasonal H1N1, H3N2 or
rarely on influenza A
virus of animal origin

Treat with antiviral


Use clinical symptoms, severity
agents, if appropriate
and underlyingdisease to decire
Consider whether if antiviral treatment is
additional diagnostic Treat with antiviral agents appropriate
testing and/or empiric if appropriate.
Consider whether Do not use negative test to send
antibiotic therapy for
additional diagnostic testing a symptomatic child back to
coinfections is indicated
to determine influenza A school, to rule out an
subtype and/or if empiric institutional outbreak, or to
antibiotic therapy for co- dictate infection control
infections is indicated measure.

Consider whether further


influenza specific testing using
viral culture or rRt-PCR is
necessary.

Consider whether additional


Pengobatan

Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum banyak cairan,

dan bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala yang mengganggu.

Tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa pengobatan meliputi antara

lain :

a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.

b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan

menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak

mengandung vitamin.

c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di tenggorokan,

mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.

Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di

tenggorokan. Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat terjadi

demam, penghilang sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika terjadi batuk. Karena
influenza disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi

kecuali diberikan untuk infeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral

dapat efektif, namun sebagian galur influenza dapat menunjukan resistensi terhadap obat-

obatan antivirus standar. Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat

diperoleh di apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi

dari beberapa zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari : a.

1. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan.

2. Analgesik/antipretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan dan antihistamin.

3. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan, antihistamin dan

antitusif atau ekspektoran.

Berikut adalah zat aktif yang umumnya terdapat sebagai komponen obat flu :

a. Analgesik dan antipiretik Secara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat

yang dapat meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang memiliki

khasiat analgesik sekaligus antipiretik yang lazim digunakan dalam obat flu adalah

parasetamol.

b. Antihistamin Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi

melawan histamin, yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas pada saat

terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini antara lain klorfeniramin

maleat, deksklorfeniramin maleat.

c. Dekongestan hidung Dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek

mengurangi hidung tersumbat. Obat-obat yang dapat digolongkan sebagai

dekongestan hidung antara lain : fenilpropanolamin, fenilefrin, pseudoefedrin dan

efedrin.

d. Ekspektoran dan Mukolitik Ekspektoran dan mukolitik digunakan untuk batuk

berdahak, dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran dahak. Zat aktif yang


termasuk ke dalam kelompok ini antara lain gliseril guaiakolat, ammonium klorida,

bromheksin.

e. Antitusif Antitusif yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan pusat

batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara

lain dekstrometorfan HBr dan difenhidramin HCl (dalam dosis tertentu)

Studi Kasus

Seorang anak laki-laki umur 4 tahun 10 bulan, datang berobat dengan keluhan batuk pilek

sejak 4 hari. Kemudian dikuti demam tinggi. Ibu mengeluh anak mengigau saat demam

tinggi. Anak juga mengeluh mual dan muntah setiap kali batuk. Nafsu makan juga berkurang.

Keluarga yang batukpilek sekitar pasien adalah kedua kakak pasien.

Anda mungkin juga menyukai