Anda di halaman 1dari 40

Laporan Kasus ISPA Pada Pasien Perempuan

Claudia Fetricia
102012318
FF 36
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: f3tricia@yahoo.com

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penyakit yang sering di derita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) atau Acute Respiratory Infection (ARI), baik
yang disebabkan oleh bakteri maupun virus. Infeksi akut dalam arti adalah
infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari di ambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari.1

Penyakit pada saluran pernapasan merupakan sumber yang paling penting


pada status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan anak-anak kecil.
ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di
negara berkembang maupun di negara maju. ISPA meliputi infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan bagian bawah. Banyak kasus dilaporkan pada
penyakit ISPA perlu perawatan di rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.
Adapun yang termasuk ISPA adalah tonsilitis, rhinitis, faringitis, influenza,
bronkitis akut, bronkiolitis, dan pneumonia.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena


menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari
4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40 % - 60% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit

1
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia pada bayi berumur
kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih
sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Adanya hubungan antara penyakit (ISPA) terhadap lingkungan keluarga
dan masyarakat sekitar, mengingat ISPA merupakan penyakit menular
3. Melihat bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga
dalam mendukung penyembuhan pasien
4. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan pasien

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus :

1. Mengetahui dan memahami betul tentang penyakit ISPA itu sendiri,


sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif yang menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga, dengan
mengiikutsertakan pasien dan keluarga.
2. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga (riwayat biologis,
psikologis, lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga)
terhadap penyakit pasien (ISPA).
3. Mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang dilakukan keluarga
terhadap anak yang menderita ISPA
4. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community
medicine.

1.4 Manfaat

1. Meningkatkan sikap, perilaku, dan pengetahuan pasien dan keluargannya


terhadap ISPA dan pengobatannya.

2
2. Mengenali gejala dini dan tanda-tanda bahaya dari penyakit tersebut, serta
memanfaatkan potensi pasien dan keluargannya dalam menanggulangi
masalah yang timbul.
3. Membantu dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kasus
penyakit menular (contoh : ISPA) atau penyakit tidak menular.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut


ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan ke dalam ISPA proses ini berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA
terbagi menjadi dua, yaitu infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi saluran
pernafasan bawah. Infeksi saluran pernafasan atas adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menyatakan suatu penyakit yang sering terjadi di saluran pernafasan
atas, nasal mucosa–oropharynx. Penyakit ini juga biasa disebut pilek, acute rhinitis,
acute nasopharyngitis, acute rhinosinusitis.1

2.2 Klasifikasi ISPA


Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan
golongannya umur yaitu :
a. Menurut Anonim (2008) ISPA berdasarkan golongannya :
1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu
(alveoli).
2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang
tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).
b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan
golongan umur yaitu:2
1) Untuk anak usia 2-59 bulan :

3
a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali
permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk
usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan
sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan
frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk usia
12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fastbreathing)
dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest
indrawing).
2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :
a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali
permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.
b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60
kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa
nafas cepat.
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan
oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi
penyebab kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit
umum terbanyak.Tanda serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah
demam, tachypnea, takikardia, batuk yang produktif, serta perubahan sputum baik
dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti
ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan naik-turunnya dada sebelah
kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia meliputi: bakteri,
virus, mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia karena virus banyak dijumpai
pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi
adalah virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kelompok penyakit yamg
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri
dari 300 lebih jenis virus, bakteri, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antar lain

4
golongan Miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus para-influensa),
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri penyebab
ISPA antara lain Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Hemofilus influenza, Bordetella pertusis, dan Corynebacterium diffteria. Ricketsia
penyebab ISPA adalah Koksiela burnetti.3 Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoides
imitis, Histoplasma kapsulatum, Blastomises dermatidis, Aspergillus fikomycetes.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita.4 Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang
telinga akut harus mendapat antibiotik.

Faktor Resiko

 Kontak dekat (terutama pada anak-anak di sekolah atau playgroup)


 Travelling
 Merokok dan perokok pasif
 Imunodefisiensi
 Polip hidung, bentuk muka, traum ajalan nafas atas
 Penderita carrier streptococcus group A

Pada ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi ini :

1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk


2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi waktu batuk-batuk dan bersin-
bersin.
3. Melalui kontak langsung / tidak langsung dari benda-benda yang telah
dicemari jasad renik (hand to hand transmission)

Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama melalui
bahan sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam
mukosa hidung daripada mukosa faring.

Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium, maupun di lapangan, diperoleh


kesimpulan bahwa sebenarnya kontak “hand to hand” (vide 3) merupakan

5
modus yang terbesar dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula
banyak diduga.5

2.4 Faktor Predisposisi


Kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan. Walaupun umur bukan faktor
yang menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai
pada anak kecil. Penyakit ini sering diderita pada waktu pergantian musim.

2.5 Patofisiologi
Perubahan pertama adalah edema dan vasodilatasi pembuluh darah pada
submukosa.Infiltrate sel mononuclear menyertai, yang dalam 1-2 hari menjadi
polimorfonuklear.6,2 Perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan
pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superficial
mengelupas. Regenerasi sel epitel baru terjadi setelah lewat stadium akut. Ada
produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer, kemudian mengental dan
biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernafasan
atas,termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus

2.6 Penularan
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pernapasan. selain itu ISPA dapat juga terjadi karena
transmisi organisme melalui AC (air conditioner). Adanya bibit penyakit di udara
umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspensi yang melayang di udara.
Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin.
Penularan dapat juga melalui kontak langsung/ tidak langsung dari benda yang telah
tercemari jasad renik ( hand to hand transmition ), dan melalui droplet yang dapat
menjadi jalan masuk bagi virus.7,8 Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan
mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat
menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga sinus.1

6
2.7 Gejala :

Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu
penemuan penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran
pernapasan yaitu :1

a. Batuk
b. Pilek
c. Kesulitan bernapas
d. Demam (38-40°C)

Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering
mempunyai gejala yang serupa. Berikut merupakan gejala penyerta pada anak-
anak : 1,2

a. bersin-bersin
b. nyeri menelan
c. sakit kepala, nyeri sendi
d. lemah, lesu
e. frekuensi napas cepat

2.8 Tanda-Tanda Bahaya ISPA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan


keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah
dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih
rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar
yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong
dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya
dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris.4

Tanda-tanda klinis :

a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),retraksi


dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

7
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratorium : 4

 hypoxemia,
 hypercapnia dan
 acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya umum yang perlu diwaspadai :

1. Anak golongan umur kurang dari 2 bulan :


a. Kurang bisa minum ( kemampuan minumnya menurun sampai kurang
dari setengah volume yang biasa diminumnya)
b. Kejang
c. Kesadaran menurun
d. Stridor
e. Wheezing
f. Demam atau dingin

2. Anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :


a. tidak bisa minum
b. kejang
c. kesadaran menurun
d. stridor
e. gizi buruk

8
2.9 Penatalaksanaan ISPA

Pengobatan

Pengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya, yaitu
:4

1. Pneumonia berat :
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.
2. Pneumonia :
 Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral.
 Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau
penisilin prokain.
3. Bukan Pneumonia :
 Pengobatan bersifat symptomatik
 Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.
 Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol

3.0 Pencegahan

Penyakit ISPA dapat dicegah penularannya dengan cara :6

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik


2. Immunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
5. Pemberian ASI eksklusif (antibodi)
6. Berhenti merokok atau hindari asap rokok
7. Nutrisi adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
8. Aktivitas fisik ditingkatkan
9. Hindari stress karena dapat menurunkan daya tahan tubuh
10. Istirahat yang cukup

9
3.1 Komplikasi

Komplikasi ISPA yang dapat terjadi diantaranya :5

1. Sinusitis
2. Sesak napas
3. Pneumonia dan pneumonia berat
4. Otitis Media Akut
5. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang
disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta
hemolitikus grup A (Strep Throat)

3.2 Prognosis

Prognosis untuk penyakit ISPA umunya baik apabila ditangani dengan tepat
serta didukung dengan status gizi yang baik. Namun dapat menjadi buruk
bahkan sampai menimbulkan kematian bila pasien datang berobat dalam
keadaan berat serta adanya penyulit-penyulit dan gizi yang buruk.

10
BAB III

MATERI dan METODE

3.1 Materi

Materi yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) yang terjadi pada pasien.

3.2 Metode

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam laporan, yaitu :

1. Pengamatan atau observasi terhadap pasien, keluarga, serta lingkungan


rumah dan sekitarnya.

2. Wawancara/interview langsung dengan menggunakan alat berupa daftar


pertanyaan. Wawancara dilakukan kepada pasien.

3. Dokumentasi dengan melampirkan foto sebagai bukti pelaksanaan


kunjungan ke rumah pasien.

11
BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data


Dari hasil wawancara dengan pasien serta pengamatan pada saat
melaksanakan kunjungan ke rumah pasien di Puskesmas Sukabumi Selatan,
maka diperoleh data sebagai berikut :

Puskesmas : Kelurahan Sukabumi Selatan

Alamat : Jl. Pos Pengumben RT 08/03 Kelurahan sukabumi selatan

No Register : ---

I Identitas Pasien

a. Nama : Nina Mulyani

b. Umur : 42 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

e. Pendidikan : SMA

f. Alamat : Jl. HJ Soleh 1A RT 08/ RW 03

g.Telepon : 085921919136

II Riwayat Biologis Keluarga

a. Keadaan kesehatan sekarang : baik

b. Kebersihan perorangan : baik

c. Penyakit yang sering diderita : batuk dan radang tenggorokan

12
d. Penyakit keturunan : hipertensi

e. Penyakit menular : batuk

f. Kecacatan anggota keluarga: ---

g. Pola makan : baik

h. Pola istirahat : kurang

i. Jumlah anggota keluarga : 5 orang

j. Alergi : ---

IV Nama Keluarga dan Anggota Serumah yang Bukan Keluarga

NAMA TGL PEKERJAA PENDIDIKAN HUBUNGAN STATUS SERUMAH/TID KEADAAN


LAHIR N KELUARGA PERKAWINAN AK KESEHATA
N

Suyono 12 april Supir angkot SMA Suami Menikah Serumah Sehat


1977

Nina 14 maret Ibu rumah SMA Istri Menikah Serumah Sakit batuk
Mulyani 1973 tangga

Cika DP 26 Siswi SD Anak Belum menikah Serumah Sehat


septembe
r 2001

Aulia DC 19 Siswi SD Anak Belum menikah Serumah Sakit batuk


agustus
2003

Jaba 2 Siswa TK Anak Belum menikah Serumah Sehat


Torik novembe
r 2006

13
A. Tingkat ekonomi : Rendah

B. Status imunisasi dasar pasien : pasien tidak ingat

C. Status imunisasi keluarga : - Suyono (tidak ingat)

- Cika (imunisasi lengkap)

- Aulia (tidak mendapat imunisasi DPT)

- Jaba Torik (tidak mendapat imunisasi DPT)

D. Status gizi keluarga : Baik

E. Jaminan pemeliharaan kesehatan: ---

V Anamnesis (dilakukan secara auto anamnesis)

1. Keluhan utama pasien : batuk, suara kadang hilang, pusing

2. Riwayat penyakit sekarang : pada tanggal 21 juli 2015 pasien mengeluh batuk dan
kadang suara menghilang disertai dengan rasa sakit di bagian kepala.

Riwayat:

- DM: tidak ada

- Hipertensi : ada

- Alergi : tidak ada

3. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang :


Radang tenggorokan

4. Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang : suka makan


gorengan, suka minum es, dan suka makan makanan dengan banyak garam (asin)

5. Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang : ketika


batuk, mulut tidak ditutup

14
6. Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang :
kolesterol, asam urat, vertigo, maag

7. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang :

- Jaba torik : asma + (dulu, sekarang sudah sembuh)

- ibu pasien : hipertensi +

8. Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang :

- Cika : pernah kejang demam saat bayi karena efek samping dari imunisasi

VI Perilaku sosial pasien dan keluarga ( tulis nama, sudah berapa lama
dan berapa banyak atau berapa kali dalam sehari atau seminggu
atau sebulan)

1. Merokok: ---

2. Minum yang mengandung alcohol: ---

3. Pola jajan ( yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : suka jajan di warung
(es, chiki, permen, gorengan)

4. Pola makan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : dalam 1 minggu


keluarga ibu nina mengkonsumsi gorengan sebanyak 5 kali dan es hampir setiap hari

5. Pola penyimpanan atau memasak makanan : makanan ditempat memasak dan tidak
dipindahkan ke piring atau mangkok. Dan jika makanan masih ada sisa, disimpan di
lemari es.

6. Pola minuman sehari hari : dalam 1 hari keluarga mengkonsumsi air putih
sebanyak 6 – 8 gelas.

7. Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : ---

8. Kebersihan hygiene:

- mandi : 2 – 3 kali per hari

15
- cuci tangan : setiap kali ingin makan dan setelah mengerjakan sesuatu hal

- kebersihan kuku: normal (pendek dan bersih)

- sandal : baik

- keramas : 2 hari sekali

- sikat gigi : 3 kali sehari

- ganti baju : 2 - 3 kali sehari

9. Rekreasi : sebulan hanya sekali (mengujungi sanak saudara di Bogor)

10. Ibadah : sholat 5 waktu di masjid ( sekeluarga )

11. Pola membersihkan rumah/ lingkungan : dilakukan sehari 2 kali

12. Pola pengobatan : ke puskesmas

13. Pola hubungan social : baik

14. Pola aktifitas kemasyarakatan : baik

15. Pola kunjungan ke pos yandu : hanya jika sakit saja dan ibu nina suka ke puskes 1
bulan 1 kali untuk cek kolesterol dan gula darah.

VII Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi


atau dipengaruhi penyakit dalam keluarga

a. Kebiasaan buruk : jajan makanan sembarangan

b. Pengambilan keputusan : 1 keluarga

c. Ketergantungan obat : bodrex -- > jika sakit kepala menyerang

d. tempat mencari pelayanan kesehatan: puskesmas

e. pola rekreasi : kurang

16
VIII Adat istiadat/ social budaya yang mempengaruhi keluarga

- keluarga ibu Nina berasal dari Jawa Tengah. Karena terbiasa dari kecil suka
meminum jamu, maka sekarang keluarga pasien suka mengkonsumsi jamu jamuan
ketika sakit (pegal linu, batuk, pilek, pusing)

IX Keadaan sosial keluarga

a. Tingkat pendidikan : rendah

b. Hubungan antar anggota keluarga : baik

c. Hubungan dengan orang lain : kurang

d. Kegiatan organisasi sosial : kurang

e. Keadaan ekonomi : kurang

X Spiritual Keluarga

a. Ketaatan beribadah : baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : baik

XI Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau


dapat menimbulkan penyakit di kemudian hari

1. Kebersihan rumah : kurang

2. Vector penyakit : banyak nyamuk

3. Keadaan udara/ polusi dalam rumah : baik

4. Jenis bangunan : permanen

5. Lantai rumah : keramik

17
6. Luas rumah/bangunan :3MX9M

7. Luas tanah : 27 M2

8. Penerangan : baik

9. Jumlah orang yang tinggal dalam rumah : 5 orang

10. Luas kamar pasien atau yang sakit : 3 M X 3 M

11. Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit : 4 orang

12. Jenis lantai : keramik

13. Jenis tembok : semen

14. Jenis atap : asbes

15. Perbandingan Ventilasi rumah : udara yang masuk cukup baik karna terdapat
jendela. Sinar matahari yang masuk juga baik karna rumah menghadap sinar matahari
pagi.

16. Perbandingan Ventilasi kamar : udara yang masuk ke kamar kurang dan kamar
tidak terpapar sinar matahari karna tidak terdapat jendela di kamar.

XII Keadaan dapur dan kebersihan

1. Tempat penyimpanan makanan : di tempat memasak dan ditutup

2. Tempat penyimpanan alat makan : di lemari khusus alat makan

3. Tempat cuci tangan : terdapat air mengalir lengkap dengan sabun. Tetapi tidak
terdapat lap tangan

4. Keadaan kamar mandi : lantai kamar mandi terdapat bercak kuning. Didalamnya
lengkap terdapat sabun mandi, shampo, sikat gigi, pasta gigi, dan bak yang terisi air
bersih.

5. Tipe kakus dan system pembuangan : pasien memiliki wc pribadi yang lengkap
dengan system pembuangan yang baik.

18
6. Keadaan wc : wc digabung dengan kamar mandi

7. Sumber air sehari hari : air tanah

8. Tempat penyimpanan air : diatas rumah terdapat toren air

9. Sumber air minum : air galon

10. Kebersihan tempat penyimpanan air minum : kurang

11. Tempat sampah di dalam rumah : didalam kantong plastik terbuka

12. Sumber Pencahayaan dalam rumah : lampu dan sinar matahari

13. System pembuangan air limbah : langsung ke selokan

14. Sanitasi lingkungan : cukup baik

15. Kebersihan sekitar rumah : kurang baik

16. Tempat sampah di luar rumah : tidak ada tempat sampah diluar

17. Keadaan udara/ polusi luar rumah : kurang baik

18. Keadaan pekarangan : tidak terdapat tanaman dan taman disekitar rumah

19. Pemanfaatan pekarangan : tidak ada pekarangan

XIII Status upaya pencegahan penyakit dalam keluarga yang


dilakukan oleh keluarga

1. melakukan pembersihan rumah secara rutin

2. menjaga makanan yang dikonsumsi sehari hari

XIV Pemeriksaan kesehatan pasien dan keluarga oleh mahasiswa

1. Keadaan umum : compos mentis

2. Tanda vital :

19
a. tekanan darah : - ibu: 120/80 mmhg

- cika: 100/80 mmhg

- aulia: 110/60 mmhg

b. suhu : - ibu: 36.9oC

- cika: 36,5oC

- aulia: 36,5oC

3. Status gizi : baik

4. Pemeriksaan fisik : semua normal. Tidak ada kelainan yang ditemukan

5. Pemeriksaan hygiene : baik

6. Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan : pasien sebulan sekali


memeriksa kadar kolesterol, gula darah, dan asam urat di puskesmas

7. Diagnosis pasien : Infeksi Saluran Pernafasan Akut non Pneumonia karena tidak
ada tarikan dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada napas cepat

8. Diagnosis banding : - rhinitis

- nasofaringitis

- pertussis

- laryngitis

- tuberculosis paru

9. Diagnosis keluarga : Keluarga Ibu Nina Mulyani dalam kondisi sehat namun
berisiko tertular penyakit yang diderita pasien karena kondisi tempat tinggal yang
sempit namun dihuni banyak orang memungkinkan penularan terjadi.

20
XV Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga mulai
tingkat pelayanan primer (pemeriksaan di puskesmas) hingga
rujukan

 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat dianggap sebagai
strategi untuk mengurangi kesakitan (insiden).

Termasuk disini ialah:


 Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan, dimana kegiatan ini diharapkan
dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat
meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa
penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi,
penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan
rumah, penyuluhan bahaya rokok.

 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin.

Upaya pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu :


a) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi :
 Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak mengalami
sianosi sentral, tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yang
hebat), terapi antibiotik dengan memberikan benzilpenisilin dan gentamisin
atau kanamisin.
 Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, nasihati ibu
untuk menjaga agar bayi tetap hangat, memberi ASI secara sering, dan
bersihkan sumbatan pada hidung jika sumbatan itu menggangu saat memberi
makan.
b) Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya meliputi :
 Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi
antibiotik dengan memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6
jam. Apabila pada anak terjadi perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari),

21
pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral, obati demam, obati mengi,
perawatan suportif, hati-hati dengan pemberian terapi cairan, nilai ulang dua
kali sehari.
 Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik
dengan memberikan benzilpenesilin secara intramuskular setiap 6 jam paling
sedikit selama 3 hari, obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati
pada pemberian terapi cairan, nilai ulang setiap hari.
 Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan memberikan
kotrimoksasol, ampisilin, amoksilin oral, atau suntikan penisilin prokain
intramuskular per hari, nasihati ibu untuk memberikan perawatan di rumah,
obati demam, obati mengi, nilai ulang setelah 2 hari.
 Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik
sebaiknya tidak diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati
demam.
 Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi antibiotik dengan
memberikan kotrimoksasol dosis tinggi untuk mengobati kemungkinan adanya
infeksi pneumokistik, perawatan suportif, penilaian ulang.

 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada penderita ISPA agar tidak bertambah parah
dan mengakibatkan kematian.

 Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian


kloramfenikol selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan
kloksasilin ditambah gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.
 Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilin
dalam 48 jam atau kondisinya memburuk setelah pemberian benzilpenisilin
kemudian periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika
anak masih menunjukkan tanda pneumonia setelah 10 hari pengobatan
antibiotik maka cari penyebab pneumonia persistensi.
 Pneumonia: Coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa
adanya tanda-tanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang,
nafsu makan membaik). Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat

22
minum, terdapat penarikan dinding dada atau tanda penyakit sangat berat
maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati sebagai pneumonia berat atau
pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama sekali tetapi tidak
terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat, maka
ganti antibiotik dan pantau secara ketat.

1. Resume masalah kesehatan keluarga dan factor risikonya

Telah diperiksa pasien perempuan berusia 42 tahun datang ke Puskesmas dengan


keluhan batuk dan suara hilangsejak 2 hari yang lalu. Batuk dirasakan pasien kering
dan rasa tidak enak pada tenggorokannya. Tidak adanya tanda tarikan dinding dada
serta tidak terdapat wheezing. Keluhan tambahan lainnya seperti pusing, sakit kepala
dirasakan juga oleh pasien. Nafsu makan pasien baik, pola istirahat kurang baik, dan
untuk masalah imunisasi dasar pasien tidak ingat betul. Pasien mengalami keluhan
setelah pergi ke bogor dengan menggunakan sepeda motor bersama keluarganya.
Faktor resiko lainnya yang diberitahukan oleh pasien yakni pasien sering jajan
sembarangan dan minum es. Riwayat penyakit terdahulu yang pernah dialami batuk
dan radang tenggorokan.

2. Prognosis penyakit pasien dan keluarga

a. Pasien : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


berprognosis baik (dubia et bonam). Oleh karena
itu, pasien harus meminum obat secara teratur dan
antibiotik yang diberikan harus dihabiskan. Pasien
juga harus mendapat asupan gizi yang cukup dan
seimbang, istirahat yang cukup, hindari faktor
resiko serta menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat untuk membantu dalam proses
penyembuhannya.

b. Keluarga : Adanya hubungan yang baik di dalam keluarga


pasien dan adanya dukungan keluarga untuk
kesembuhan pasien maka prognosis baik.

23
Perlu diketahui ISPA merupakan penyakit
menular. Kemungkinan keluarga pasien terkena
ISPA juga besar dikarenakan keluarga merupakan
komunitas yang berhubungan erat dengan pasien.
Perlunya daya tahan tubuh yang baik untuk
mencegah penularan, hal yang dapat dilakukan
nutrisi adekuat (makan makanan yang bersih dan
gizi seimbang), istirahat yang cukup, olahraga,
menjaga kebersihan rumah dan diri sendiri serta.

c. Masyarakat : Masyarakat juga komunitas yang dapat terkena


ISPA, sehingga perlunya menjaga kesehatan
pribadi (olahraga, perhatikan nutrisi adekuat,
kebersihan lingkungan) dan menghindari kontak
dekat untuk mengurangi faktor resiko.

XVI Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari


perilaku dan lingkungan

Rumah pasien terletak di pemukiman padat penduduk. Jarak antara rumah yang satu
dengan yang lain hanya dipisahkan oleh jalan setapak dan letaknya berdampingan
antar rumah. Pasien tinggal mengontrak. Dari sini dapat kita lihat bahwa kepadatan
penduduk merupakan salah satu faktor resiko ISPA yang mana dapat ditularkan dari
tetangga sekitar. Dan kebiasaan untuk jajan sembarangan dan minum es pun bisa
menjadi factor resiko timbulnya penyakit. ISPA merupakan penyakit menular,
hubungan dengan keluarga dan masyarakat yang baik juga dapat memungkinkan
pasien dapat menularkan penyakit yang dideritanya kepada orang lain.

XVII Strategi intervensi mahasiswa ke pasien dan keluarga:

1. Psikobiologi : menjelaskan kepada pasien bahwa dengan bertambahnya usia fungsi


organ tubuh akan semakin menurun. Sehingga kita harus lebih berhati hati dalam
memelihara kesehatan kita

24
2. Social : menjelaskan untuk tetap berhati hati dengan masyarakat yang tinggal
disekitar rumah pasien. Karena kita tidak mengetahui apakah ada sumber penyakit
yang mereka alami saat mereka berkomunikasi dengan kita.

3. Gaya hidup dan perilaku : menyarankan pemakaian masker ketika bekerja atau
berkomunikasi dengan orang sakit agar kita tida terpapar debu, virus, dan juga bakteri
yang ada dilingkungan sekitar kita.

4. Lingkungan rumah dan sekitar rumah : menyarankan penambahan ventilasiudara di


bagian kamar dan dapur. Dan menyarankan untuk lebih sering membersihkan rumah.

5. Pelayanan kesehatan : mengajak para pelayan kesehatan untuk memberdayakan


kader agar bisa memberikan konseling kesehatan kepada masyarakat.

XVIII Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga oleh


mahasiswa
a. Promotif : penyulahan dengan memberikan pengetahuan
(edukasi) kepada pasien dan keluarga pasien
sehingga adanya perubahan perilaku untuk
kesembuhan dan kesehatan pasien

Contoh : penyuluhan mengenai pengertian ISPA,


faktor resiko, tanda-tanda bahaya ISPA,
penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat,
anjuran memakan makanan yang bersih dan
bergizi (gizi seimbang).

b. Preventif : - Menerapkan perilaku bersih dan sehat, misalnya


dengan cuci tangan sebelum makan, sesudah
BAB, sesudah bermain.

- Menjaga keadaan gizi dengan memakan


makanan yang bersih dan gizi seimbang dengan
pola makan teratur (3 x sehari).
Jangan jajan sembarang, hindari es, makan
chiki, makan makanan berminyak.

25
- Istirahat yang cukup dan perbanyak serat, buah,
vitamin, dan olahraga untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.

- Imunisasi dasar yang lengkap.

- Hindari kontak dengan orang yang menderita


ISPA atau penyakit menular lainnya.

- Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan


sekitar.

- Langsung segera di bawa ke rumah sakit apabila


ada tanda-tanda bahaya ISPA untuk mencegah
keadaan yang lebih buruk.

c. Kuratif : memberikan terapi obat yang tepat, dosis yang


benar, waktu pemberian yang adekuat, serta harga
obat yang terjangkau.
Terapi yang diberikan puskesmas kepada pasien :
- paracetamol 500mg
- dexamethasone 0,5mg
- bromheksin HCL 8mg
- amoxicillin 500mg

d. Rehabilitatif : suatu kegiatan difokuskan kepada


mempertahankan kualitas hidup penderita yang
telah mengalami penyakit yang cukup berat.

- membawa anak ke puskesmas untuk mengetahui


status gizi anak dengan mengukur berat badan,
tinggi badan dan lingkar lengan atas, tebal
lemak.

- memperbaiki status gizi agar daya tahan tubuh


meningkat dan proses tumbuh kembang lebih
baik. Perbaikan gizi dapat dilakukan dengan

26
menghindari anak untuk jajan sembarangan
sehingga anak makan makanan dirumah yang
lebih bersih dan bergizi.

- Minum obat yang teratur, terutama antibiotik


harus dihabiskan. Bila obat sudah habis dan
penyakit belum sembuh segera bawa pasien ke
puskesmas kembali.

Atau bila ada tanda bahaya penyakit (ISPA) segera bawa ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat.

XIX Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi


timbulnya penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan
kesehatan keluarga

gambar 1. Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan

27
gambar 2. Gang rumah pasien

gambar 3. Tampak depan rumah pasien

28
gambar 4. Suasana di ruang tamu

gambar 5 (kiri): aulia, anak kedua ibu nina

( kanan): ibu nina dan keluarga sedang bersantai di ruang tamu

29
gambar 6. Suasana kamar tidur pasien

gambar 7. Jalan menuju ke dapur

30
gambar 8. Suasana dapur

31
gambar 9. Makanan yang dibiarkan terbuka

gambar 10. Cara menyiman makanan di wajan bekas tempat memasak

32
gambar 11. Penyimpanan barang di dapur

gambar 12. Mesin cuci pasien

33
gambar 12. Wc dan kamar mandi pasien serta kelengkapan alat mandi

gambar 13. Menjemur pakaian dalam didalam kamar mandi

34
gambar 13. Sumber penerangan dan ventilasi

35
gambar 14. Sudut kamat yang penuh dengan barang

gambar 15. Tempat penyimpanan sepatu dan sandal didalam rumah

36
gambar 16. Tempat penyimpanan alat makan dan bahan makanan

gambar 17. Sumber air minum disebelah rak sepatu

gambar 18. Sudut lain dari dapur

37
gambar 19. Dari kiri ke kanan : saya (Claudia), ibu Nina, Cika (putri pertama ibu nina), dan
Aulia (putri edua ibu nina)

38
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Diagnosis pada pasien ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat
dipicu oleh banyak faktor resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga
terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien ini dapat terjadi karena adanya faktor
resiko, seperti : adanya kontak pasien dengan masyarakat yang menderita gejala
yang sama. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu pasien juga sering jajan
sembarang, minum es. ISPA dapat sembuh dengan baik. Namun dapat juga
berdampak buruk bila penderita datang berobat dalam keadaan berat serta
adanya penyulit-penyulit dan kekurangan gizi.

Dalam mengatasi penyakit yang terjadi dalam masyarakat diperlukan


tindakan yang holostik, berkesinambungan, dan terpadu dengan menggunakan
cara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Diharapkan dengan cara
tersebut dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian serta dapat
meningkatkan kesehatan dalam masyarakat.

39
Daftar Pustaka

1. Djojodibroto RD. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta : EGC;2009.


2. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut untuk penanggulangan pneumonia balita. Jakarta : Depkes RI. 2002.
3. Supartini, Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC;
2004.
4. WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih
Bahasa; C. Anton Wijawa. Jakarta: EGC;2003.
5. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut Pada Anak. Jakarata; 1991.
6. Lokakarya dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan
akut; 1992.
7. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan
sistem pernapasan Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Stiati S, ed. Ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5(III). Jakarta: Interna
Publishing;2009.h.2189-95.
8. Pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akut. Jakarta: kementrian
kesehata RI; 2011

40

Anda mungkin juga menyukai