Claudia Fetricia
102012318
FF 36
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: f3tricia@yahoo.com
BAB I
PENDAHULUAN
1
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia pada bayi berumur
kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih
sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
2. Mengenali gejala dini dan tanda-tanda bahaya dari penyakit tersebut, serta
memanfaatkan potensi pasien dan keluargannya dalam menanggulangi
masalah yang timbul.
3. Membantu dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kasus
penyakit menular (contoh : ISPA) atau penyakit tidak menular.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali
permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk
usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan
sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan
frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk usia
12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fastbreathing)
dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest
indrawing).
2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :
a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali
permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.
b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60
kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa
nafas cepat.
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan
oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi
penyebab kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit
umum terbanyak.Tanda serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah
demam, tachypnea, takikardia, batuk yang produktif, serta perubahan sputum baik
dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti
ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan naik-turunnya dada sebelah
kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia meliputi: bakteri,
virus, mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia karena virus banyak dijumpai
pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi
adalah virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.
Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kelompok penyakit yamg
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri
dari 300 lebih jenis virus, bakteri, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antar lain
4
golongan Miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus para-influensa),
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri penyebab
ISPA antara lain Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Hemofilus influenza, Bordetella pertusis, dan Corynebacterium diffteria. Ricketsia
penyebab ISPA adalah Koksiela burnetti.3 Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoides
imitis, Histoplasma kapsulatum, Blastomises dermatidis, Aspergillus fikomycetes.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita.4 Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang
telinga akut harus mendapat antibiotik.
Faktor Resiko
Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama melalui
bahan sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam
mukosa hidung daripada mukosa faring.
5
modus yang terbesar dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula
banyak diduga.5
2.5 Patofisiologi
Perubahan pertama adalah edema dan vasodilatasi pembuluh darah pada
submukosa.Infiltrate sel mononuclear menyertai, yang dalam 1-2 hari menjadi
polimorfonuklear.6,2 Perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan
pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superficial
mengelupas. Regenerasi sel epitel baru terjadi setelah lewat stadium akut. Ada
produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer, kemudian mengental dan
biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernafasan
atas,termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus
2.6 Penularan
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pernapasan. selain itu ISPA dapat juga terjadi karena
transmisi organisme melalui AC (air conditioner). Adanya bibit penyakit di udara
umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspensi yang melayang di udara.
Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin.
Penularan dapat juga melalui kontak langsung/ tidak langsung dari benda yang telah
tercemari jasad renik ( hand to hand transmition ), dan melalui droplet yang dapat
menjadi jalan masuk bagi virus.7,8 Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan
mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat
menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga sinus.1
6
2.7 Gejala :
Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu
penemuan penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran
pernapasan yaitu :1
a. Batuk
b. Pilek
c. Kesulitan bernapas
d. Demam (38-40°C)
Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering
mempunyai gejala yang serupa. Berikut merupakan gejala penyerta pada anak-
anak : 1,2
a. bersin-bersin
b. nyeri menelan
c. sakit kepala, nyeri sendi
d. lemah, lesu
e. frekuensi napas cepat
Tanda-tanda klinis :
7
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratorium : 4
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
8
2.9 Penatalaksanaan ISPA
Pengobatan
Pengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya, yaitu
:4
1. Pneumonia berat :
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.
2. Pneumonia :
Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau
penisilin prokain.
3. Bukan Pneumonia :
Pengobatan bersifat symptomatik
Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol
3.0 Pencegahan
9
3.1 Komplikasi
1. Sinusitis
2. Sesak napas
3. Pneumonia dan pneumonia berat
4. Otitis Media Akut
5. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang
disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta
hemolitikus grup A (Strep Throat)
3.2 Prognosis
Prognosis untuk penyakit ISPA umunya baik apabila ditangani dengan tepat
serta didukung dengan status gizi yang baik. Namun dapat menjadi buruk
bahkan sampai menimbulkan kematian bila pasien datang berobat dalam
keadaan berat serta adanya penyulit-penyulit dan gizi yang buruk.
10
BAB III
3.1 Materi
Materi yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) yang terjadi pada pasien.
3.2 Metode
11
BAB IV
No Register : ---
I Identitas Pasien
b. Umur : 42 tahun
e. Pendidikan : SMA
g.Telepon : 085921919136
12
d. Penyakit keturunan : hipertensi
j. Alergi : ---
Nina 14 maret Ibu rumah SMA Istri Menikah Serumah Sakit batuk
Mulyani 1973 tangga
13
A. Tingkat ekonomi : Rendah
2. Riwayat penyakit sekarang : pada tanggal 21 juli 2015 pasien mengeluh batuk dan
kadang suara menghilang disertai dengan rasa sakit di bagian kepala.
Riwayat:
- Hipertensi : ada
14
6. Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang :
kolesterol, asam urat, vertigo, maag
- Cika : pernah kejang demam saat bayi karena efek samping dari imunisasi
VI Perilaku sosial pasien dan keluarga ( tulis nama, sudah berapa lama
dan berapa banyak atau berapa kali dalam sehari atau seminggu
atau sebulan)
1. Merokok: ---
3. Pola jajan ( yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : suka jajan di warung
(es, chiki, permen, gorengan)
5. Pola penyimpanan atau memasak makanan : makanan ditempat memasak dan tidak
dipindahkan ke piring atau mangkok. Dan jika makanan masih ada sisa, disimpan di
lemari es.
6. Pola minuman sehari hari : dalam 1 hari keluarga mengkonsumsi air putih
sebanyak 6 – 8 gelas.
8. Kebersihan hygiene:
15
- cuci tangan : setiap kali ingin makan dan setelah mengerjakan sesuatu hal
- sandal : baik
15. Pola kunjungan ke pos yandu : hanya jika sakit saja dan ibu nina suka ke puskes 1
bulan 1 kali untuk cek kolesterol dan gula darah.
16
VIII Adat istiadat/ social budaya yang mempengaruhi keluarga
- keluarga ibu Nina berasal dari Jawa Tengah. Karena terbiasa dari kecil suka
meminum jamu, maka sekarang keluarga pasien suka mengkonsumsi jamu jamuan
ketika sakit (pegal linu, batuk, pilek, pusing)
X Spiritual Keluarga
17
6. Luas rumah/bangunan :3MX9M
7. Luas tanah : 27 M2
8. Penerangan : baik
11. Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit : 4 orang
15. Perbandingan Ventilasi rumah : udara yang masuk cukup baik karna terdapat
jendela. Sinar matahari yang masuk juga baik karna rumah menghadap sinar matahari
pagi.
16. Perbandingan Ventilasi kamar : udara yang masuk ke kamar kurang dan kamar
tidak terpapar sinar matahari karna tidak terdapat jendela di kamar.
3. Tempat cuci tangan : terdapat air mengalir lengkap dengan sabun. Tetapi tidak
terdapat lap tangan
4. Keadaan kamar mandi : lantai kamar mandi terdapat bercak kuning. Didalamnya
lengkap terdapat sabun mandi, shampo, sikat gigi, pasta gigi, dan bak yang terisi air
bersih.
5. Tipe kakus dan system pembuangan : pasien memiliki wc pribadi yang lengkap
dengan system pembuangan yang baik.
18
6. Keadaan wc : wc digabung dengan kamar mandi
16. Tempat sampah di luar rumah : tidak ada tempat sampah diluar
18. Keadaan pekarangan : tidak terdapat tanaman dan taman disekitar rumah
2. Tanda vital :
19
a. tekanan darah : - ibu: 120/80 mmhg
- cika: 36,5oC
- aulia: 36,5oC
7. Diagnosis pasien : Infeksi Saluran Pernafasan Akut non Pneumonia karena tidak
ada tarikan dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada napas cepat
- nasofaringitis
- pertussis
- laryngitis
- tuberculosis paru
9. Diagnosis keluarga : Keluarga Ibu Nina Mulyani dalam kondisi sehat namun
berisiko tertular penyakit yang diderita pasien karena kondisi tempat tinggal yang
sempit namun dihuni banyak orang memungkinkan penularan terjadi.
20
XV Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga mulai
tingkat pelayanan primer (pemeriksaan di puskesmas) hingga
rujukan
21
pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral, obati demam, obati mengi,
perawatan suportif, hati-hati dengan pemberian terapi cairan, nilai ulang dua
kali sehari.
Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik
dengan memberikan benzilpenesilin secara intramuskular setiap 6 jam paling
sedikit selama 3 hari, obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati
pada pemberian terapi cairan, nilai ulang setiap hari.
Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan memberikan
kotrimoksasol, ampisilin, amoksilin oral, atau suntikan penisilin prokain
intramuskular per hari, nasihati ibu untuk memberikan perawatan di rumah,
obati demam, obati mengi, nilai ulang setelah 2 hari.
Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik
sebaiknya tidak diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati
demam.
Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi antibiotik dengan
memberikan kotrimoksasol dosis tinggi untuk mengobati kemungkinan adanya
infeksi pneumokistik, perawatan suportif, penilaian ulang.
22
minum, terdapat penarikan dinding dada atau tanda penyakit sangat berat
maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati sebagai pneumonia berat atau
pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama sekali tetapi tidak
terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat, maka
ganti antibiotik dan pantau secara ketat.
23
Perlu diketahui ISPA merupakan penyakit
menular. Kemungkinan keluarga pasien terkena
ISPA juga besar dikarenakan keluarga merupakan
komunitas yang berhubungan erat dengan pasien.
Perlunya daya tahan tubuh yang baik untuk
mencegah penularan, hal yang dapat dilakukan
nutrisi adekuat (makan makanan yang bersih dan
gizi seimbang), istirahat yang cukup, olahraga,
menjaga kebersihan rumah dan diri sendiri serta.
Rumah pasien terletak di pemukiman padat penduduk. Jarak antara rumah yang satu
dengan yang lain hanya dipisahkan oleh jalan setapak dan letaknya berdampingan
antar rumah. Pasien tinggal mengontrak. Dari sini dapat kita lihat bahwa kepadatan
penduduk merupakan salah satu faktor resiko ISPA yang mana dapat ditularkan dari
tetangga sekitar. Dan kebiasaan untuk jajan sembarangan dan minum es pun bisa
menjadi factor resiko timbulnya penyakit. ISPA merupakan penyakit menular,
hubungan dengan keluarga dan masyarakat yang baik juga dapat memungkinkan
pasien dapat menularkan penyakit yang dideritanya kepada orang lain.
24
2. Social : menjelaskan untuk tetap berhati hati dengan masyarakat yang tinggal
disekitar rumah pasien. Karena kita tidak mengetahui apakah ada sumber penyakit
yang mereka alami saat mereka berkomunikasi dengan kita.
3. Gaya hidup dan perilaku : menyarankan pemakaian masker ketika bekerja atau
berkomunikasi dengan orang sakit agar kita tida terpapar debu, virus, dan juga bakteri
yang ada dilingkungan sekitar kita.
25
- Istirahat yang cukup dan perbanyak serat, buah,
vitamin, dan olahraga untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
26
menghindari anak untuk jajan sembarangan
sehingga anak makan makanan dirumah yang
lebih bersih dan bergizi.
Atau bila ada tanda bahaya penyakit (ISPA) segera bawa ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat.
27
gambar 2. Gang rumah pasien
28
gambar 4. Suasana di ruang tamu
29
gambar 6. Suasana kamar tidur pasien
30
gambar 8. Suasana dapur
31
gambar 9. Makanan yang dibiarkan terbuka
32
gambar 11. Penyimpanan barang di dapur
33
gambar 12. Wc dan kamar mandi pasien serta kelengkapan alat mandi
34
gambar 13. Sumber penerangan dan ventilasi
35
gambar 14. Sudut kamat yang penuh dengan barang
36
gambar 16. Tempat penyimpanan alat makan dan bahan makanan
37
gambar 19. Dari kiri ke kanan : saya (Claudia), ibu Nina, Cika (putri pertama ibu nina), dan
Aulia (putri edua ibu nina)
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat
dipicu oleh banyak faktor resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga
terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien ini dapat terjadi karena adanya faktor
resiko, seperti : adanya kontak pasien dengan masyarakat yang menderita gejala
yang sama. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu pasien juga sering jajan
sembarang, minum es. ISPA dapat sembuh dengan baik. Namun dapat juga
berdampak buruk bila penderita datang berobat dalam keadaan berat serta
adanya penyulit-penyulit dan kekurangan gizi.
39
Daftar Pustaka
40