Anda di halaman 1dari 20

UROLITHIASIS

Goei, Deo Putra Lukmana


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta

PENDAHULUAN
Di Indonesia, kasus penyakit batu saluran kemih banyak dijumpai. Di negara-negara Asia
seperti Indonesia, Timur Tengah, Cina dan India disebutkan dalam kepustakaan sebagai negaranegara dengan jumlah kasus batu saluran kemih yang tinggi.
Batu saluran kemih sering terjadi dalam urine yang steril. Diperkirakan bahwa
peningkatan insidensi batu berkaitan dengan diet rendah protein nabati dan fosfat. Adanya
perubahan pola hidup ke gaya modern, yang antara lain ditandai dengan meningkatnya
komsumsi protein hewani, insidensi batu saluran kemih cenderung meningkat. Makanan yang
mempengaruhi pembentukan batu adalah berbagai makanan yang mengandung kalsium, tetapi
sedikit mengandung serat.
Batu saluran kemih sebenarnya tidak lebih dari mineral-mineral di dalam air yang
mengalami pengendapan dan memadat. Dehidrasi akibat cuaca, iklim tropis panas dan diare bisa
mempersulit keadaaan batu ginjal atau batu saluran kemih yang sebelumnya telah terjadi.
Disamping itu, batu saluran kemih mempunyai sifat sering kambuh sehingga merupakan
ancaman seumur hidup bagi penderitanya.

Goei,Deo Putra Lukmana. 10.2009.073. B7.


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
1

Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510.


(021) 5694-206

PEMBAHASAN
Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset
kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya
nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang
sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang
sama.1

Pemeriksaan Fisik

Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan
nausea.

Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan
hidronefrosis.

Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi
urin.

Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan
urosepsis.1

Pemeriksaan penunjang
- Radiologi

Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan.
Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.2
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu
ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan
bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu
ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras
akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan
adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul.
Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd.2
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu
pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita
yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat
ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan batu
selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.
- Laboratorium
1. Urin
pH urin.
- Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH<7).
- Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7).
Sedimen.
- Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.
- Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat.
- Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih.
2. Darah
3

- Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia.
- Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis.
- Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal.
- Kalsium, dan asam urat.2

Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu
ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk
menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.3

Diagnosis Banding
-Glomerulonefritis akut
Juga disebut dengan glomerulonefritis akut post sterptokokus (GNAPS) adalah suatu
proses radang non-supuratif yang mengenai glomeruli, sebagai akibat infeksi kuman
streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat lain. Penyakit ini sering
mengenai anak-anak.
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu
mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya

korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit
dan prognosis.2

--

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi Cystitis dan Pielonefritis. Cystitis adalah
infeksi kandung kemih, yang merupakan tempat tersering terjadinya infeksi. Pielonefritis adalah
infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut
biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen.2
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda tanda dan gejalanya,
namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
Desakan yang kuat untuk berkemih
Rasa terbakar pada saat berkemih
Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
Adanya darah pada urin (hematuria)

Epidemiologi
Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita batu saluran kemih
yang ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan eropa, di negara-negara
berkembang penyakit batu ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia, Thailand,
India, Kamboja, dan Mesir.3

Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik
yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang
berasal dari lingkungan di sekitarnya.2

Faktor Resiko
Faktor intrinsik antara lain :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan.

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :


1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktifitas atausedentary life.2-3

Patofisiologi
Secara teoritis, batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada tempattempat yang sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero pelvis ),
divertikulum, obstruksi intravesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktura dan
buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan
batu.2
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa
sehinggga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal
( penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik) akan mempermudah timbulnya batu
ginjal. 3

Batu yang berasal dari ginjal dan berjalan menuruni ureter, paling mungkin tersangkut
pada satu dari tiga lokasi, yaitu pada sambungan uteropelvik, pada titik ureter menyilang
pembuluh darah iliaka, atau pada sambungan ureterovesika. Batu yang tidak terlalu besar,
didorong oleh peristaltik sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga
peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang
ukurannya kecil ( < 5 mm ) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan batu yang lebih
besar seringkali tetap berada di sistem pelvikalises dan ureter, dan mampu menimbulkan
obstruksi dan kelainan struktur saluran kemih bagian atas.2

A. Teori Proses Pembentukan Batu


7

Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem
saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal, yaitu
bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering mengandung
kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak mengandung
kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris nekrotik dalam
saluran, sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur sekresi tertentu
sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya larut.2,3
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap
terlarut ( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan
terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti
batu (nukleasi ) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal
masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih.2
Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu . Kemih yang terus menerus
bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia, sedangkan kemih
yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih, keadaan
asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi.
Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah
timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu di saluran
kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan
inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion magnesium dikenal dapat
menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam
magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk
membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula dengan sitrat, jika berikatan dengan
8

ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium yang akan
berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat
atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu
bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi
kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan,
protein Tamm Horsfall atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang
berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran
kemih.3
B. Komposisi Batu
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran
kemih. Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari
kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana urine asam. Batu kalsium
bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar spontan. Faktor terjadinya batu kalsium adalah 2:
a. Hiperkalsiuri
Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab
terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :

Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena adanya


peningkatan absorbsi kalsium melalui usus

Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena adanya gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal

Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanya


peningkatan resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau
pada tumor paratiroid.

b. Hiperoksaluri
Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak
dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus dan pada
pasien yang banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi instant, soft
drink, kokoa, arbei, jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.
9

c. Hiperurikosuria
Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang
berlebihan dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu kalsium
oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung banyak purin
seperti daging, ikan, unggas maupun berasal dari metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretik
golongan thiazide dalam jangka waktu lama
e. Hipomagnesiuria
Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus ( inflammatory
bowel disease ) yang diikuti gangguan malabsorbsi.
2. Batu struvit
Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah urea
yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui
hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium,
amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat apatit.
Karena terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate. Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas,
dan Stafilokokus
3. Batu Asam Urat
Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam urat
murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita
oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi antikanker, dan banyak
menggunakan obet urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat. Kegemukan,
peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit ini. Batu asam
urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali keluar spontan.2

10

Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen di dalam
tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi hipoxanthin,.
Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya
dirubah menjadi asam urat. Pada manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam urat
diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat. Garam urat lebih
sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang lebih mudah larut di dalam air
dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas relatif tidak larut di dalam urine, sehingga pada
keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat dan selanjutnya membentuk batu
asam urat. Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah :

Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 )

Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi

Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi

Gambar 1. Letak sumbatan pada ginjal dan salurannya.4

Gejala Klinis
Batu saluran kemih dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya
gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada
penderita batu ginjal antara lain :
1. Tidak ada gejala atau tanda.
11

2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral.


3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik.
4. Pielonefritis dan/atau sistitis.
5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing
6. Nyeri tekan kostovertebral.
7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan.
8. Gangguan faal ginjal.5

Komplikasi
Obstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis. Batu di pielum dapat
menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks
yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder, dapat menimbulkan pionefrosis,
urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan lanjut, dapat terjadi
kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.2.3.5

Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi,
menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan
terjadinya rekurensi. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:

Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu

12

Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan pada
ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal

Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri

Analisis batu

Mencari latar belakang terjadinya batu

Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:


1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum,
dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.5
Pengobatan menurut jenis batu:
*Batu Ca oksalat:
-Suplementasi sitrat.
-Kolestiramin atau terapi untuk malabsorpsi lemak.
-Tiazid, bila disertai dengan hiperkalsiuria.
-Allupurinol, bila disertai dengan adanya hiperurikosuria.
*Batu Ca fosfat:
-Tiazid, bila disertai adanya hiperkalsiuria.
*Batu struvit:
-Mandelamin dan vitamin C.
-Antibiotik, misalnya kotrimoksazol.

13

*Batu urat:
-Allupurinol.
*Batu Sistin:
-Alkalinisasi urin.
-Penisilamin.
Penatalaksanaan nyeri adalah yang terpenting pada pasien dengan batu ginjal. Sebuah
penelitian menduga bahwa NSAID parenteral sama efektifnya dengan narkotika untuk
mengontrol nyeri pada kolik ginjal. Diklofenak (Voltaren) telah digunakan dalam beberapa
penelitian.

2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )


Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan
nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.6

3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu,
tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah:

14

a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy)


Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. Guide wire dimasukkan melalui kulit
dekat pinggang kemudian dengan membuat lubang kecil menembus masuk ke dalam ginjal
sampai ia menemukan posisi batu ginjal. Sejenis tabung kecil kemudian dimasukkan sepanjang
guide wire untuk membuat tunnel, dimana nantinya lewat tunnel ini dimasukkan instrumen kecil
untuk menghancurkan batu ginjal dan mengeluarkan serpihannya.6
b. Uretero atau Uretero-renoskopi
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi. Dimana alat ini
dimasukkan melalui urethra, kemudian melalui bladder dan ureter, sampai menemui posisi batu
ginjal. Efektif pada batu ginjal yang berada pada ureter bagian bawah atau pada kandung kemih.
Waktu pemulihan sekitar satu sampai 2 minggu. 7

4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan
endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat
tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.6,7

Pencegahan

15

Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya
menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas
kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya
pencegahan itu berupa:

Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 23 L/hari.

Aktivitas harian yang cukup.

Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.5

Jenis Batu

Faktor predisposisi

Pengobatan

pencegahan

untuk mencapai pH kemih


ynag dibutuhkan

Kalsium oksalat

Kemih asam ( pH < 6 )

Kemih basa ( pH > 6 )

Hiperkalsiuria

Sayuran, susu, buah ( kecuali


plum, plum kering, cranberry)

Kristal asam urat

Triple fosfat

Kemoterapi gout

Natrium bikarbonat atau sitrat

Kemih basa

Kemih asam

Infeksi saluran kemih

Daging,

roti,

makanan

berprotein, jus cranberry, plum,


plum kering
Kalsium fosfat

Hiperkalsiuria, imobilitas lama

Tabel 1. Jenis jenis batu dan pencegahannya.5

Prognosis

16

mandelanin

Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor
ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu,
makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi
akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.5

Kesimpulan
Nyeri hebat di perut kiri bawah sejak 3 jam yang lalu. Nyeri dirasakan tiba-tiba, hilang
timbul, menjalar dari pinggang kiri ke arah kemaluan adalah gejala dari nefrolithiasis.
17

Daftar Pustaka
1. Jonathan Gleadle. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi ke-1. Erlangga
Medical Series:2007.h. 150-1.
18

2. Purnomo B. Batu ginjal dan ureter. Dalam dasar-dasar urologi. Yogyakarta.Sagung


Seto;.2003.h.57 68.
3. Mochamad Sjahbani. Batu saluran kemih. Dalam: WS Aru, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI; 2007.h. 1023-32.
4. Webmaster. Renal Calculus. Diunduh dari :http://www.icm.tn.gov.in. Diunduh tanggal
21 Oktober 2011.
5. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional republik
Indonesia;2003.h. 62-65.
6. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2004. 756-763.
7. Tanagho EA, McAninch JW. Smiths general urology. Edisi ke-16. New York : Lange
Medical Book;2004. 256-283.

19

20

Anda mungkin juga menyukai