Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

ILMU BEDAH

NEFROLITIASIS

OLEH :

IRMA NUR AULIA KHASANAH

201510330311036

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita
batu saluran kemih yang ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan
eropa, di negara-negara berkembang penyakit batu ini masih ditemukan hingga
saat ini, misalnya Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir. Di Indonesia
sendiri, penyakit ginjal yang paling sering ditemui adalah gagal ginjal dan
nefrolitiasis. Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesar 7% pada perempuan
dewasa dan 13% pada laki-laki dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki,
sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai ke empat.
Nefrolitiasis merupakan salah satu penyakit ginjal, yaitu ditemukannya
batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik. Nefrolitiasis
berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam
urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Batu kalsium
merupakan kejadian yang paling banyak terjadi. Lokasi batu ginjal khas dijumpai
di kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan terhenti dan menyumbat pada daerah
ureter (batu ureter) dan kandung kemih (batu kandung kemih).

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih
jauh tentang Nefrolitiasis terkait definisi, faktor resiko, patofisiologi,
gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasinya.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
dan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Nefrolitiasis beserta
patofisiologi dan penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Nefrolitiasis adalah kondisi medis yang ditandai dengan massa kecil dari
kristal di dalam ginjal yang terbentuk dari mineral atau garam asam.
Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga
membentuk kalkulus ( batu ginjal ).
2.2 Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara
epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu
pada saluran kemih pada seseorang.
Faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri , antara
lain :
 Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
 Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
 Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya
diantaranya adalah :
 Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stonebelt.
 Iklim dan temperatur
 Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi.
 Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu.
 Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.
2.3 Faktor Resiko
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya karena adanya
riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada penyakit asam
urat, kondisi medis lokal dan sistemik, predisposisi genetik, dan
komposisi urin itu sendiri. Komposisi urin menentukan pembentukan batu
berdasarkan tiga faktor, berlebihnya komponen pembentukan batu, jumlah
komponen penghambat pembentukan batu (seperti sitrat,
glikosaminoglikan) atau pemicu (seperti natrium, urat). Anatomis traktus
anatomis juga turut menentukan kecendrungan pembentukan batu.

2.4 Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus
darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi,
kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan
cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis
sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya
infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat
presipitasi kalsium dan magnesium pospat.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
1.Teori supersaturasi : Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu
ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
2.Teori matriks : Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein,
10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3.Teori kurang inhibitor : Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam
jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan
pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi
pengendapan.
4.Teori epistaxi : Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-
sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada
lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan
mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
5.Teori kombinasi : Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori
di atas.
2.5 Gejala Klinis
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.
Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda
yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain :
1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana
batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari
hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama
timbul pada costoverteral.
2. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena
adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
3. Infeksi : Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius
maupun infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang
progresif.
4. Kencing panas dan nyeri
5. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
2.6 Diagnosis
A. Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar
mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang
dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah,
gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita dengan
riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang sama.
B. Pemeriksaan Fisik
 Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,
berkeringat, dan nausea.
 Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat
atau dengan hidronefrosis.
 Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal
dan retensi urin.
 Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada
pasien dengan urosepsi
C. Pemeriksaan penunjang
1. Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah rinci medis dan makanan, kimia
darah, dan urin pada pasien.
2. Foto Rontgen Abdomen yang digunakan untuk melihat adanya
kemungkinan batu radio-opak.
3. Pielografi Intra Vena yang bertujuan melihat keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Pemeriksaan ini dapat terlihat batu yang bersifat radiolusen.
4. Ultrasonografi (USG) dapat melihat semua jenis batu.
5. CT Urografi tanpa kontras adalah standar baku untuk melihat adanya batu
di traktus urinarius.

2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah mengatasi nyeri,
menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah terjadinya pembentukan batu
yang berulang.
1. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja dengan
menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan di luar tubuh untuk
menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu akan dipecah menjadi bagian-bagian
yang kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dianggap
sebagai pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal berukuran menengah dan
untuk batu ginjal berukuran lebih dari 20 - 30mm pada pasien yang lebih memilih
ESWL, asalkan mereka menerima perawatan berpotensi lebih.
2. PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Merupakan salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu yang berada
di saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke dalam kalises melalui
insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil. Asosiasi Eropa Pedoman Urologi tentang
urolithiasis merekomendasikan PNL sebagai pengobatan utama untuk batu ginjal
berukuran >20mm, sementara ESWL lebih disukai sebagai lini kedua pengobatan,
karena ESWL sering membutuhkan beberapa perawatan, dan memilik irisiko
obstruksi ureter, serta kebutuhan adanya prosedur tambahan. Ini adalah alasan
utama untuk merekomendasikan bahwa PNL adalahbaris pertama untuk
mengobati pasiennefrolitias.
3. Bedah terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL dan ESWL,
tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah terbuka. Pembedahan terbuka itu
antara lain pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran
ginjal.
4. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif
Medikamentosa (TEM) Terapi dengan mengunakanmedikamentosa ini ditujukan
pada kasus dengan batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat juga
diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara
aktif. Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan minum dan pemberian
diuretik; pemberian nifedipin atau agen alfablocker, seperti tamsulosin;
manajemen rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik, dapat dilakukan dengan
pemberian simpatolitik, atau antiprostaglandin, analgesik; pemantauan berkala
setiap hari sekali selama 6 minggu untuk menilai posisi batu dan derajat
hidronefrosis.
Komplikasi pada nefrolitiasis bedakan menjadi komplikasi akut dan
komplikasi jangka panjang.
1. Komplikasi Akut
Kematian, kehilangan fungsi ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan invensi
sekunder yang tidak direncanakan.
2. Komplikasi Jangka Panjang
Striktura, obstruksi, hidronefrotis, berlanjut dangan atau tanpa pionefrosis, dan
berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena.
BAB III
KESIMPULAN

Nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih


batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Batu-batu ini berdasarkan
komposisinya dibagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu
sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Batu-batu ini terbentuk
akibat banyak faktor, seperti adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada
pelvikalises, hyperplasia prostat benigna, striktura, dan buli bulineurogenik.
Penyakit ini memiliki gejala yang cukup khas dengan adanya rasa nyeri di
daerah pinggang ke bawah. Nyeri bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat
menetap dan terasa sangat hebat. Mual dan muntah sering hadir, namun demam
jarang dijumpai pada penderita. Dapat juga muncul adanya bruto atau
mikrohematuria. Penatalaksanakan kasus ini dapat dilakukan dengan metode
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PCNL (Percutaneus Nephro
Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi konservatif atau terapi ekspulsif
medikamentosa (TEM).
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes. Laporan riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia;2013.

2. Basuki B. Dasar-dasar urologi. Malang: Sagung seto; 2015.hlm.93-100.

3. Hasiana L, Chaidir A. Batu saluran kemih. Dalam: Chris T, Frans L, Sonia

H, Eka A, Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi keempat jilid I.Jakarta:

Media Aesculapius; 2014.hlm. 277-280.

4. Mochammad S. Batu saluran kemih. Dalam: Aru W, Bambang S,Idrus A,

Marcellus S, Siti S, editors. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima jilid II.

Jakarta: Interna Publishing; 2014. hlm. 1025-1027

Anda mungkin juga menyukai