Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia untuk
hidup. Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki
derajat kesehatan yang optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau kelainan
pada sistem perkemihan diantaranya adalah batu nefrolitiasis atau batu ginjal.1
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem
perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam
batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan
memberikan dampak yang fatal. (Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011 : 2).1
Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu
Nefrolitiasis. Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di
bagian pelvis renalis. 1
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di
Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada lakilaki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga
dan keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari
rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru,
dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah pasien yang
dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang. (Rully, M. Azharry.
S. 2010. 52) .2
Batu

ginjal

menyebabkan

obstruksi

pada

ginjal

sehingga

menjadi

hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi


komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis,
avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan
mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nefrolitiasis
1. Pengertian1

Gambar 2.7 Nefrolitiasis


Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di bagian pelvis
renalis.
Nefrolitiasis

adalah

adanya

batu

atau

kalkulus

dalam

pelvis

renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk
kalkulus ( batu ginjal ).
2. Etiologi1,2
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung
terjadi pada pasien dehidrasi).
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :
2

a. Faktor endogen :

Hiperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah

Hiperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin

Ph urin

Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang


dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh

b. Faktor eksogen :

Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan
terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak
seimbangan cairan yang masuk

Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran
keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan
mempermudah terbentuknya batu.

Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya
batu

Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses
pembentukan urin.

3. Patofisiologi2
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kirakira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan
cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau urin sehingga
membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi
meningkatkan kebasaan urin oleh produksi amonium yang berakibat presipitasi
kalsium dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
3

a. Teori supersaturasi
Tingkat

kejenuhan

kompone-komponen

pembentuk

batu

ginjal

mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap


menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%
heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui

daya

pengendapat.

kelarutan,

Phospat

sehingga

diperlukan

mukopolisakarida

dan

zat

dipospat

penghambat
merupakan

penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka


akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara bersama-sama,
salah satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada
lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urat yang berlebihan dalam urin
akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai
inti pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

4. Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu2,3


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium
oksalat atau

kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat

(MAP),

xanthyn, da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan /


komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan
terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.
4

b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu
ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang
termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E coli
banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan
termasuk pemecah urea.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya
merupakan campuran

kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak

diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang


mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat
urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat.
Kegemukan, peminum

alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai

peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

5. Tanda dan Gejala2,3,4


Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa,
akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin
berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah
akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya
menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuria.
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Hematuria
b. Piuria
c. Polikisuria/frequency

d. Urgency
e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada
daerah pinggang.
f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah,
selanjutnya ke arah penis atau vulva.
h. Anorexia, muntah dan perut kembung
i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya
batu leukosit meningkat.
6. Komplikasi5
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah :
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai
oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urin
d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan.
7. Pemeriksaan Diagnostik3,6
a. Pemeriksaan Urin

PH lebih dari 7,6

Sediment sel darah merah lebih dari 90%

Biakan urin

Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

b. Pemeriksaan darah

Hb turun

Leukositosis

Urium krestinin

Kalsium, fosfor, asam urat

c. Pemeriksaan Radiologist
Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan
rontgen saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk melihat lokasi
batu dan besar batu
d. CT helikal tanpa kontras
CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada
pasien yang diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain:
tidak memerlukan material radiokontras; dapat memperlihatkan bagian
distal ureter; dapat mendeteksi batu radiolusen (seperti batu asam urat),
batu radio-opaque, dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi
hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra-abdomen selain batu yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian yang
dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan nyeri
pinggang, CT helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan
nilai prediktif negatif 97% untuk diagnosis batu ureter.
c. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi,
tetapi teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa
memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif pada
123 pasien menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan CT Helikal sebagai
gold standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas 24% dan spesifisitas
90%. Batu dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga sering terlewatkan
dengan ultrasonografi.

8. Penatalaksanaan Medis6,7
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri
dari :
a. Obat

diuretik

thiazid(misalnya

trichlormetazid)

akan

mengurangi

pembentukan batu yang baru.


b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih 1,5-2 Liter / hari.
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu
kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya
batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya
oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh
karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.
f. Kadang

batu

kalsium

terbentuk

akibat

penyakit

lain,

seperti

hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus


renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan
terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena
makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam
air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu
untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan
kalium sitrat.
j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasin
adalah:
Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih 7

Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu,


menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi obstruksi yang terjadi.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif
dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
8.1Medikamentosa 7
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan
diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi
medis.
Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat
merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap
pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
8.2 Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan 7
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat
keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin
hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat
diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih
atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu
dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
8.3ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) 7
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat
ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL
dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat
menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
9

8.4Endourologi 8
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi tersebut adalah :
a.PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b.Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi
per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun

sistem

pelvikalises

dapat

dipecah

melalui

tuntunan

ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d.Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
8.5Tindakan Operasi 8
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu
secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak
merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan
pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana
batu berada, yaitu :
a.Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
b.Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
ureter
c.Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di
vesica urinearia
d.Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
uretra
10

e. Pyelolitotomi merupakan pembedahan untuk mengambil batu yang berada di pelvis


renalis.
9. Pencegahan Batu Saluran Kemih 9
Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama,
pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau
pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
9.1Pencegahan Primer 9
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit
BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya
ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit
BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan,
dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya
penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi
air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk
batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang
pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
9.2Pencegahan Sekunder 9
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit
agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan
kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan
diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan
dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.
Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ
yang bersangkutan :
a.Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam
(tidak selalu).
b.Pada keadaan akut, paling sering ditemukan rasa tidak enak pada daerah pinggul
(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu
melewati ureter menuju kandung kemih.

11

Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan


jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan
nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam
urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit
lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.
Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:
a.Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat
menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu
dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan
campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun
batu diluar ginjal.
b.Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal,
sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c.Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batudan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
d.Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.
9.3Pencegahan Tersier9,10
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi
sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.
Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar
penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang
cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK
sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan
12

penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya.

13

BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama

: Hermina Essing

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 74 tahun

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Melonguane Timur

MRS

: 26 Desember 2015

No. Rekam Medis

: 07.69.28

Keluhan Utama

:Nyeri pada perut menyeluruh

Riwayat Penyakit Sekarang :


Nyeri pada perut menyeluruh dirasakan oleh pasien sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri
dirasakan seperti di tusuk-tusuk, hilang timbul dan menjalar sampai ke pinggang
bagian belakang. Demam (-), mual(+), muntah (+), volume 1 gelas aqua isi makanan
dan cairan. Riwayat BAK dirasakan pasien tidak puas, riwayat kencing darah (-),
keluar batu saat kencing (-), nyeri saat BAK (+). Pasien di bawa ke RS Melonguane 1
bulan yang lalu karena nyeri yang hebat kemudian pasien dirujuk ke RS Wolter
Monginsidi Manado.
Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga : Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran
TD : 150/90
Kepala

: compos mentis
N : 84x/menit

RR :20x/menit

S : 36,5oC

: conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor uk.
3mm/3mm, refleks cahaya +/+

Leher

: pembesaran KGB (-)

Thorax

: (Inspeksi)

simetris ki=ka

(Auskultasi) suara

pernapasaan

Wheezing-/14

vesikuler

ki=ka,

Rhonki

-/-,

Abdomen

(Palpasi)

stem fremitus ki=ka

(Perkusi)

sonor ki=ka

: (Inspeksi)

datar

(Auskultasi) bising usus (+) normal


(Palpasi)

lemas, nyeri tekan (-), Ballotement (-).


hepar dan lien tidak teraba, massa(-)

(Perkusi)
Pelvis

tympani, nyeri ketok vertebra angel (+)

: Compression test (-)

Rectal toucher : tidak dilakukan.


Resume
Nyeri pada perut menyeluruh dirasakan oleh pasien sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri
dirasakan seperti di tusuk-tusuk, hilang timbul dan menjalar sampai ke pinggang
bagian belakang. Demam (-), mual(+), muntah (+), volume 1 gelas aqua isi makanan
dan cairan. Riwayat BAK dirasakan pasien tidak puas, riwayat kencing darah (-),
keluar batu saat kencing (-), nyeri saat BAK (+). Pasien di bawa ke RS Melonguane 1
bulan yang lalu karena nyeri yang hebat kemudian pasien dirujuk ke RS Wolter
Monginsidi Manado.
Diagnosis Kerja

: Urolithiasis sinistra

Sikap / Terapi

: IVFD RL 20 gtt/m
Asam Mefenamat tab (k/p)
Rencana USG Urologi

Prognosis

: dubia ad dubia

Pemeriksaan Penunjang:
Riwayat USG di RS advent Kesan Urolithiasis Sinistra
Diagnosis

: Urolithiasis sinistra
15/9/ 2015
MCH
MCHC
MCV
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
Hemoglobin

Hasil
31,2,0 pg
34,9 g/Dl
89,7 fL
15.400/mm3
4.09 x
6

10 /mm
201.000
12,8 g/dL
15

Nilai Rujukan
27-34 pg
32-36 g/dL
80-100 fL
3.600 11.000/mm3
3.80 5.20/mm3
150.000-440.000
11.7 15.5

Hematokrit
GDS
Ureum
Creatinin
Asam Urat
SGOT
SGPT

36,6 %
130
27
1,0
3,31
28
27

16

35.0 47.0
70-140
10-50
0,7-1,3
3,5-7
0-37
0-42

26/12/2015-28/12/2015

29/12/2015

S: nyeri perut menyeluruh

S: nyeri perut menyeluruh

O: T: 130/90 N:80 R:18 S:36,7

O: T: 140/80 N: R:20 S:36,4

st.urologis

st.urologis

CVA : Nyeri ketok (+), bulging +

CVA : Nyeri ketok (+), bulging +

SP : t.a.k

SP : t.a.k

OUE: t.a.k

OUE: t.a.k

A: Urolithiasis sinistra

A:nefrolitiasis sinistra

P: -IVFD RL 20gtt/m

P:

-Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)

- AFF infus

-Asam mefenamat 3x1 tab (k/p)

-Asam mefenamat 3x1 tab

-Rantidin inj 2x1

-Rantidin 2x1 tab

R/BNO IVP

-Vitamin B com 2x1 tab

R/ EKG, X-foto thorax

R/BNO IVP

Pemeriksaan DL lengkap, Na, K,Cl


30/09/2015
S: nyeri perut menyeluruh ()
O: T: 140/90 N:78 R:18 S:36,5
st.urologis
CVA : Nyeri ketok (+), bulging +
SP : t.a.k
OUE: t.a.k
A: Urolithiasis sinistra
P: R/BNO IVP
-Asam mefenamat 3x1
-Rantidin 2x1
-Vitamin B com 2x1
-R/ operasi Pasien minta PULPAK
30/9 2015
MCH
MCHC
MCV
Leukosit
Eritrosit

Hasil
27,8 pg
33,3 g/Dl
83,4 fL
13.860/mm3
4.64 x
17

Nilai Rujukan
27-35 pg
30-40 g/dL
80-100 fL
4.000 10.000/mm3
4.25 5.40/mm3

Trombosit
Hemoglobin
Hematokrit

106/mm3
222.000
17,0 g/dL
49 %

18

150.000-440.000
12.0 16.0
37.0 47.0

BAB III
PEMBAHASAN
Nefrolitiasis adalahsuatu keadaan terdapatnya batu dalam saluran kemih baik
dalam ginjal,ureter maupun buli-buli.Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau
kalkulus dalam velvis renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah
kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal,
juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).
Pada kasus ini, saat di anamnesisterdapat nyeri pada punggung kiri dirasakan
oleh pasien sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk dan
menjalar sampai ke perut bagian depan, nyeri hilang timbul. Demam (-), mual(+),
muntah (+), volume 1 gelas aqua isi makanan dan cairan. Riwayat BAK dirasakan
pasien tidak puas, riwayat kencing darah (-), keluar batu saat kencing (-), nyeri saat
BAK (+). Pasien di bawa ke RS Tobelo 1 bulan yang lalu karena nyeri yang hebat
kemudian pasien dirujuk ke RS Wolter Monginsidi Manado.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan nyeri ketok costo vertebra angel. Pada
pemeriksaan penunjang BNO dan IVP di dapatkan kesan nefrolitiasis sinistra
sehingga pasien di diagnosis dengan nefrolitiasis sinistra
Pada pasien ini diberikan terapi asam mefenamat untuk mengurangi rasa nyeri
pada punggung kirinya, ranitidin diberikan sebagai antihistamin, antrain sebagai anti
nyeri, dan dilakukan tindakan bedah pyelolitotomi sinistra untuk pengangkatan
batu.Tindakan (pyelolitotomi di pilih oleh karena batu sudah > 5 cm.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena telah di lakukan tindakan
pengobatan secara tepat dan benar. Batu kemudian idealnya dilakukan analisis batu
ginjal untuk diketahui jenis batu apa. Penderita kemudian di anjurkan untuk diet
rendah purin dan banyak minum air putih.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Batu ginjal terbentuk dari endapan kristal-kristal pada uroepitelium dan
kemudian menumpuk dan membentuk batu yang komposisinya dapat berupa batu
kalsium, batu asam urat, batu struvit, dan batu systein.
Gejala klinis batu ginjal terutama nyeri baik kolik maupun non kolik dan juga
hematuria. Penatalaksanaan batu ginjal dapat berupa medikamentosa, ESWL, PNL
ataupun operasi terbuka.
B. SARAN
Dalam menentukan suatu diagnosa perlu untuk dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Sebaiknya disarankan kepada setiap
orang untuk lebih berhati-hati terhadap penyebab nefrolitiasis, yaitu pola hidup.

DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi edisi 3. FK Unbraw: Malang. 2011
2. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014
3. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta. 2008
4. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
EGC:Jakarta. 2005
5. Pearce, Evelyn C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Pt Gramedia
Pustaka
Utama: Jakarta. 2009
6. Santoso, Beatricia I. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC: Jakarta. 2001
7. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu PenyakitDalam
FKUI:Jakarta. 2007
8. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998
9. Nur Lina. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada LakiLaki. Semarang: Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro. 2008
10. Soepaman. Ilmu Penyakit Dalam Jillid II. FKUI: Jakarta. 1990

Anda mungkin juga menyukai