Disusun Oleh :
Dimas Bagus Sukma J H2A014015P
M Amin Misbah H2A014049P
Pembimbing :
dr. Zakiyah, Sp.Rad
Pembimbing
2
BAB I
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. G
Umur : 55 Tahun
Alamat : Magelung Kaliwungu Selatan Kendal
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
No. RM : 496044
II. Anamnesis
A. Keluhan utama : Nyeri Pada Pinggang Kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Tugurejo dengan keluhan nyeri pinggang sebelah
kanan. Yeri pinggang sudah dirasakan sejak 4 SMRS. Nyeri dirasakan tiba-
tiba setelah pasien beraktivitas. Nyeri hilang timbul, Nyeri terasa sangat tidak
nyaman dan bertambah berat saat digunakan untuk beraktifitas. Nyeri tidak
nyaman pada keadaan apapun. Nyeri Pinggang disertai nyeri perut kanan.
Nyeri perut kanan dibagian atas perindikan menjalar kepinggang kiri, nyeri
dirasakan terus menerus perut terasa kembung, muntah 10x sehari, muntah
cair, putih kekuningan, BAK terakhir jam 10.00 wib, BAK tidak lancar,
volume sedikit, berwarna merah kecoklatan, nafsu makan menurun, makan
dan minum sedikit langsung muntah, Os mengeluh ingin BAB tetapi tidak
bisa, buang angin masih bisa. kencing keruh (+), hematuria (-), demam (+),
muntah (-) , mual (-) , BAB (+) , BAK (+)
3
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : diakui, infeksi saluran kemih
Riwayat alergi : disangkal
E. Riwayat Pribadi
Kebiasaan merokok : disangkal
Kebiasaan minum alkohol : disangkal
Kebiasaan konsumsi obat-obatan : disangkal
Kebiasaan olahraga : disangkal
Kebiasaan konsumsi makanan manis : disangkal
Kebiasaan konsumsi makanan asin : disangkal
Kebiasaan Minum Teh : diakui
D. Status Internus
1. Kepala : kesan mesocephal
2. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek pupil
direct (+/+), reflek pupil indirect (+/+), edem palpebral
(-/-), pupil isokor (3 mm/ 3 mm)
3. Telinga : serumen (-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan
tragus (-/-)
4. Hidung : nafas cuping hidung (-), deformitas (-), secret (-)
5. Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)
6. Leher : pembesaran limfonodi (-), otot bantu pernapasan (-),
pembesaran tiroid (-), JVP R+2
7. Thoraks :
Jenis pernafasan : Abdominothorakal, normochest, simetris, retraksi
supraternal (-), retraksi intercostalis (-), sela iga melebar (-),
pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-)
a. Cor
Inspeksi : ictus cordis tampak di ICS V line midclavicula
Palpasi : ictus cordis kuat angkat, pulsus parasternal (-),
pulsus epigastrik (-), sternal lift (-)
Perkusi : konfigurasi jantung normal
- Batas atas jatung : ICS II linea parasternal sinistra
- Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
(cembung)
- Batas kiri bawah jantung : ICS V linea mid clavicula 2 cm ke
lateral sinistra
- Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
5
Auskultasi : suara jantung I dan II, bising sistolik dan diastolik
murmur (-) gallop (-), HR : 94x/menit
b. Pulmo
Dextra Sinistra
Pulmo Depan
Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
Warna Sama seperti kulit sekitar Sama seperti kulit sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Menurun
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
- Wheezing (-) (-)
- Ronki (-) (-)
- Stridor (-) (-)
Pulmo Belakang
Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
Warna Sama seperti kulit sekitar Sama seperti kulit sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Normal
6
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
- Wheezing (-) (-)
- Ronki kasar (-) (-)
- Stridor (-) (-)
Suara dasar
vesikuler.
8. Abdomen
Inspeksi : permukaan cebung , warna sama seperti kulit sekitar,
umbilicus cembung (-)
Auskultasi : bising usus (+), peristaltic 17x /menit
Perkusi : pekak sisi (+), pekak alih (-),shifting dullness (-)
Palpasi : Distensi (-), nyeri tekan (+) Hipokondrium Dextra
,hepar, lien dan renal tidak teraba, Nyeri Ketok
kostovertebra dextra (+)
Ektremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- +/+
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill <2 detik / <2 detik <2 detik / <2 detik
Gerak Dalam batas normal Dalam batas normal
5/5 5/5
5/5 5/5
7
IV. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan CT Abdomen ( 21 Januari 2019)
8
Pembacaaan:
REN DEXTRA: Bentuk dan ukuran normal, sistem pelvio ces (PCS)
tampak melebar, Korteks dan medula tak meriipis, tampak batu stag
horn pada kaliks distal-pelvis renalis Sd pelvio ureteral junction (PIJJ).
KESAN
- Hidronefrosis dextra derajat sedang ec batu staghom pada kaliks distal-
pelvis renal s/d PUJ dextra
• Uterus ukuran membesar dg kalsifikasi coarse, suspek Fibroid Uteri
(Mioma Uteri)..
- Hepatomegali dengan penurunan densitas parenkim hepar. sesuai Fatty
Liver.
- Struktur kandung empedu. pankreas, lien, ren sinistra dan VU baik.
9
B. Pemeriksaan USG
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hidronefrosis
1. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih
tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan
tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih
akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal
(tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis
renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggelembung dan menekan
jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang
menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan
ginjal akan kehilangan fungsinya.
2. Penyebab
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
3. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
12
kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu ataukekakuan maka
hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas
jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran
tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal
ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau
kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada
pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat
terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
4. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat
sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan
posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
(kuranglebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati
yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi
atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah
tepi bawah iga 11atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah
processus transversusvertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3.
Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya
lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.Secara umum, ginjal terdiri dari
13
beberapa bagian:
14
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpusrenalis/
Malpighi (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortusproksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang
bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan
menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi
jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1)
nefron kortikal, yaitu nefron dimana korpus renalisnya terletak di
korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian
lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2)nefron juxta
medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula,
memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan
pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa
rekta.
5. Anatomi Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis
menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak
15
retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal. Ureter setelah
keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major,
lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter
berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu
melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.
Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah
memasuki kandung kemih.Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura
marginalis serta muara ureter kedalam vesica urinaria. Tempat-tempat
seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
B. Urolitiasis
1. Definisi
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus
urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan
kasus ini paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan
vesica urinaria sebagian besar berasal dari ginjal.1,2 Urolitiasis adalah
penyebab umum adanya keluhan ditemukan darah dalam urin dan nyeri di
abdomen, pelvis, atau inguinal. Urolitiasis terjadi pada 1 dari 20 orang
pada suatu waktu dalam kehidupan mereka.
2. Epidemiologi
16
menunjukkan gejala atau keluhan. Setiap tahunnya berkisar 1 dari 1000
populasi yang dirawat di rumah sakit karena menderita urolitiasis. Laki-
laki lebih sering menderita urolitiasis dibandingkan perempuan, dengan
rasio 3:1. Dan setiap tahun rasio ini semakin menurun. Dari segi umur,
yang memiliki risiko tinggi menderita urolitiasis adalah umur diantara
20 dan 40 tahun.
3. Faktor Resiko
Risiko menderita urolitiasis meningkat akibat dari faktor-faktor apa pun
yang menyebabkan terjadinya urin yang stasis yang berkaitan dengan
menurun atau tersumbatnya aliran urin. Faktor-faktor yang
menyebabkan tingginya angka insiden urolitiasis
Laki-laki: mengekskresi sedikit sitrat dan banyak kalsium
dibandingkan perempuan.
Etnis: Etnis Amerika, Afrika atau Israel memiliki risiko tinggi
menderita urolitiasis.
Riwayat keluarga: beberapa keluarga memiliki kecenderungan
memproduksi mukoprotein yang berlebihan pada traktus
urinariusnya, yang mana dapat meningkatkan terjadinya urolitiasis.
Riwayat kesehatan: beberapa masalah kesehatan dapat
meningkatkan terjadinya urolitiasis meliputi penyakit di saluran
cerna, infeksi saluran kencing yang berulang dan sistinuria.
Diet: dehidrasi atau menurunnya intake cairan meningkatkan
terjadinya urolitiasis ditambah dengan meningkatnya konsumsi
sodium, oksalat, lemak, protein, gula, karbohudrat kasar dan
vitamin C.
Lingkungan: beberapa daerah memiliki risiko tinggi menderita
pasir
vitamin C.
pasir.
urolitiasis.
4. Patofisiologi
kemaluan.
- Demam.
19
berjalannya waktu dan perkembangan di saluran kemih akan
renal berarti nyeri tajam yang disebabkan sumbatan atau spasme otot
dengan nyeri berat dan tiba-tiba yang awalnya dirasakan pada regio
flank dan menyebar ke anterior dan inferior. Hampir 50% dari pasien
merakan keluhan mual dan mutah.5 Kolik ginjal biasanya nyeri berat,
Gejala lain adalah lemas, berkeringat, dan nyeri ringan saat palpasi
tanpa gejala nyeri karena jenis batu ini membesar mengikuti system
anatomi saluran ginjal. Gejala dari batu ginjal atau batu ureter dapat
khas dirasakan pada testis untuk pasien pria dan labia mayora pada
pasien wanita.9
20
inguinal, urgensi (dorongan kuat untuk berkemih disertai dengan
(pengeluaran urin yang lambat dan nyeri akibat spasme uretra dan
kandung kemih).
lumbar
labia majora
6. Klasifikasi
a. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
Berdasarkan etiologinya urolitiasis dapat diklasifikasikan menjadi:
infeksi, non infeksi, genetik, atau efek samping obat. Dapat dilihat
pada tabel
21
a. Kalsium oksalat
b. Kalsium phospat
c. Asam urat
b. Karbonat apatit
c. Amonium urat
Genetik
a. Cistin
b. Xanthin
c. 2,8-dihidroksiadenin
Obat
monohidrat
22
Kalsium phospat dasar Apatite Ca10(PO4)6..(OH)2
Phospat
Phospat
monohidrat
Phospat
phospat trihidrat
phospat monohidrat
Sistin [SCH2CH(NH2)COOH]2
23
Gipsum Kalsium sulfat dihidrat CaSO4.2H2O
Xantin
2,8-Dihidroksiadenin
Protein
Kolesterol
Kalsit
Potasium urat
Trimagnesium phospat
Melamin
Matrix
Corpus alienum di
Kalkuli
menjadi >5 cm, 4-10 cm, 10-20 cm, dan > 20 cm. Sedangkan
medius, atau inferior; pelvis renali; ureter proksimal, medius, dan distal;
7. Diagnosis
a. Anamnesis
onset, kualitas dan durasi dari kolik renalis tersebut. Nyeri pada kolik
renalis ditandai nyeri akut dan berat pada regio flank yang menjalar ke
anterior dan inferior abdomen. Pasien terlihat tidak bisa diam, selalu
menderita urolitiasis.4,5,12
b. Pemeriksaan Fisik
Demam juga bisa dijumpai saat muncul kolik renalis, jika ada infeksi
c. Pemeriksaan Laboratorium
urinnya.4,12
26
memiliki urin yang bersifat asam, dan mereka yang memiliki formasi
kultur urin harus dilakukan secara rutin. Pyuria terbatas adalah respon
yang cukup umum terhadap iritasi yang disebabkan oleh batu dan,
d. Pemeriksaan Penunjang
Pielography (IVP) dan foto polos abdomen atau Blass Nier Overzicht
namun juga dikatakan bahwa USG tidak dapat mendeteksi batu ureter
27
Gambaran BNO IVP Hidronefrosis
dilakukan dengan cepat dan sensitif terhadap kalkuli ginjal, hampir sulit
28
Radiografi polos BNO mungkin cukup untuk
Batu yang bersifat radiopaque lemah, seperti batu asam urat murni dan
batu yang terutama terdiri dari sistin atau magnesium amonium fosfat,
mungkin sulit, jika tidak mungkin, untuk dideteksi pada radiografi film
biasa.4,5,12
dikaburkan oleh tinja atau gas usus, dan batu-batu ureter yang
29
kontralateral (fungsi, anomali). IVP tersedia secara luas, dan
nonurologis.10,12
yang tepat, dan efek buruk kontras yang merugikan. Media dapat
dengan USG abdomen dan BNO, IVP memiliki sensitivitas yang lebih
kreatinin lebih besar dari 1,5 mg/dL (130 µmol/L) bukan kontraindikasi
30
melitus, penyakit kardiovaskular atau mieloma multipel. Resiko ini
9. Tatalaksana
31
sulit ditangani mungkin memerlukan drainase dengan memasang stent
jika batu berdiameter >8mm. Tapi perjalanan batu pada traktus urinarius
juga tergantung pada bentuk dan lokasi pasti dari batu, dan anatomi
junctura tersebut.4,5
32
besar perlu menjalani rawat inap di rumah sakit. Namun, kebanyakan
pasien dengan kolik ginjal akut dapat diobati secara rawat jalan. Sekitar
besar, penyumbatan, infeksi, atau nyeri yang sulit diatasi. Teknik yang
tersedia untuk ahli urologi saat batu tersebut gagal melewati traktus
- Penempatan stent
- Nefrostomi perkutan
- Ureteroscopi (URS)
- Nephrostolithotomi Perkutan
33
DAFTAR PUSTAKA
35