I. Identitas Pasien
Nama : Ny. Karminah
Umur : 64 Tahun
Alamat : Dewi Sartika Barat VIII/24 RT 03/II Semarang Sukorejo
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
No. RM : 48-84-84
Tanggal masuk : 4 November 2019
Tanggal periksa : 9 November 2019
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 9 November 2015 pukul 07.00 WIB di
bangsal Dahlia 3 RSUD Tugurejo secara autoanamnesis dan alloanamnesis.
A. Keluhan utama : Muntah darah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh muntah darah 4 kali berupa cair warna merah
kehitaman, tidak terdapat ampas makanan dengan jumlah setengah gelas
belimbing setiap kali muntah. BAB darah warna hitam seperti petis 1 kali
konsistensinya cair, banyaknya ± ½ gelas belimbing, tidak terdapat lendir.
1 hari SMRS pasien mengeluh muntah darah ± 3 kali warna merah
kehitaman, tidak terdapat ampas makanan dengan jumlah setengah gelas
belimbing setiap kali muntah. BAB warna hitam seperti petis 2 kali. Pasien
mengeluh lemes, sakit kepala nggliyeng, sesak, batuk tidak berdahak, dan
mual.
Pasien mengeluh perutnya membesar sejak 3 hari yang lalu, perut
terasa sebah dan kencang. Sakit perut di ulu hati terasa perih. BAK 3 kali
perhari warna kuning seperti teh. Nafsu makan pasien menurun.
E. Riwayat Pribadi
Kebiasaan minum jamu : diakui, sering
Kebiasaan konsumsi makan asin : diakui
Kebiasaan konsumsi makan manis : diakui
Kebiasaan konsumsi kopi : disangkal
Konsumsi goreng2an dan berlemak : disangkal
Kebiasaan konsumsi obat-obatan : disangkal
Kebiasaan olahraga : disangkal
G. Anamnesis Sistem
Keluhan utama Muntah warna merah gelap
2
Kepala Pusing (-), sakit kepala nggliyeng (+), leher kaku (-)
Sistem Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-), badan
muskuloskeletal lemes (+)
3
Sistem Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-)
Integumentum
4
Palpas : ictus cordis kuat angkat (ICS V, 2 cm ke medial
linea mid clavicula sinistra)
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
- Batas atas jatung : ICS II linea parasternal sinistra
- Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
- Batas kiri bawah jantung : ICS V, 2 cm ke medial linea mid
clavicula sinistra
- Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
- Kesan : konfigurasi jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I -II murni, bising jantung (-), gallop
(-)
b. Pulmo
Dextra Sinistra
Pulmo Depan
Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
Warna Sama seperti kulit Sama seperti kulit
sekitar sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Normal ka=ki Normal ka=ki
Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang
paru paru
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
- Wheezing (-) (-)
- Ronki kasar (-) (-)
- RBH (-) (-)
5
Pulmo Belakang
Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
Warna Sama seperti kulit Sama seperti kulit
sekitar sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Normal ka=ki Normal ka=ki
Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang
paru paru
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
- Wheezing (-) (-)
- Ronki kasar (-) (-)
- RBH (-) (-)
Suara dasar
vesikuler
8. Abdomen
Inspeksi : warna sama seperti kulit sekitar, Spider Naevi (-), caput
medusa (-)
Auskultasi : bising usus (+) melemah ( 5 kali permenit)
Perkusi :
6
Redup Timpani Redup
F. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 04-11-2015
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Rutin
1. Lekosit H 16,98 10x3/ul 3,6 – 11
2. Eritrosit L 2,32 10x6/uL 3,8 – 5,2
3. Hemoglobin L 6,00 g/dL 11,7 – 15,5
4. Hematokrit L 19,20 % 35 – 47
5. MCV 82,80 fL 80 – 100
6. MCH L 25,90 Pg 26 – 34
7. MCHC L 31,30 g/dL 32 – 36
8. Trombosit L 146 10x3/ul 150 – 440
9. RDW H 15,30 % 11,5 – 14,5
10. Eosinofil Absolute L 0,02 10x3/ul 0,045 – 0,44
11. Basofil Absolut 0,04 10x3/ul 0 – 0,2
12. Netrofil Absolute H 11,42 10x3/ul 1,8 – 8
13. Limfosit Absolute 4,34 10x3/ul 0,9 – 5,2
14. Monosit absolute H 1,16 10x3/ul 0,16 – 1
15. Eosinofil L 0,10 % 2–4
16. Basofil 0,20 % 0–1
7
17. Neutrofil 67,30 % 50 – 70
18. Limfosit 25,60 % 25 – 40
19. Monosit 6,80 % 2–8
8
USG Abdomen Tanggal 05 -11-2015
9
IV. DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjung
1. Muntah darah 9. Suhu subfebris 13. Leukosit 16,98(H)
kehitaman 10. konjungtiva pucat 14. Eritrosit 2,32 (L)
2. BAB kehitaman (+/+) 15. Hemoglobin 6 (L)
3. Mual (+) 11. sklera ikterik (+/+) 16. MCV 82,8
4. Lemes 12. Abdomen asites 17. MCH 25,9
5. BAK seperti teh 18. Hematokrit 19,2 (L)
6. Nafsu makan 19. Trombosit 146 (L)
menurun 20. SGOT 37 (H)
7. Riwayat Maag 21. Albumin 2,5 (L)
(+) 22. Globulin 2,0 (L)
8. Riwayat 23. HbsAG reaktif
konsumsi jamu 24. GDS 634 (H)
(+) 25. USG : Proses kronis
pada hepar dengan
cairan bebas minimal
V. ANALISIS MASALAH
Hematemesis melena e.c.Varises Gaster : 1,2,3,4,6,8
Sirosis Hepatis : 5,9,11,19,20,12,21,22,25
Hepatitis B : 5,6,9,11,13,20,21,22,23
Ascites grade II : 12,25
10
Hiperglikemi : 24
Anemia normositik normokromik : 4,10,14,15,16,17,18
PROBLEM
1. Hematemesis melena
2. Sirosis Hepatis e.c. Hepatitis B
3. Ascites grade II
4. Hiperglikemia
5. Anemia normositik normokromik
11
liver function test (SGPT, SGOT, GGT, ALP, Bilirubin Direct &
Indirect, Albumin, Globulin, Protrombin Time)
USG abdomen
EGD
Medikamentosa
Infus NaCl 0,9 % 20 tpm
Inj. Omeprazole / 12 jam
Somatostatin 1 ampul / 12 jam
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Ulsafat 3x1 p.o.
C. Initial Plan Monitoring
Keadaan umum
Vital sign
Monitoring lab darah rutin
Perdarahan
D. Initial Plan Edukasi
Istirahat yang cukup
Kurangi minum jamu
Dilakukan EGD
13
3. Asites grade 2
A. Ass. Etiologi
Sirosis hepatis
B. Ass. Komplikasi
Edema pulmo
Hepatorenal syndrome
Spontaneus Peritoneal Bacterial
Ensefaloti hepatikum
C. Initial Plan Diagnosis
USG abdomen
D. Initial Plan Terapi
Furosemid 1ampul / 12 jam
E. Initial Plan Monitoring
Keadaan Umum dan Tanda vital
Lingkar perut, kesadaran, urinn output, suhu
F. Initial Plan Edukasi
Istirahat yang cukup
4. Hiperglikemi
Assessment
1. Etiologi
- Resistensi insulin
- Destruksi sel Beta
2. Factor resiko
Usia
Gaya hidup (makanan, jarang olahraga, stress)
3. Komplikasi
Akut
- hipoglikemia
- Keto Asidosis Diabetika (KAD)
14
- Koma Hiperosmolar Non Ketotik
Kronik
o Makroangiopati
Penyakit Jantung Koroner
stroke
Peripheral Artery Disease.
Mikroangiopati
retinopati diabetika
nefropati diabetika
Neuropati.
Initial plan
1. Diagnosis
glukosa plasma sewaktu
glukosa plasma puasa
Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO
Cek HbA1c
Kimia darah ( kolesterol, TG, HDL, LDL)
2. Terapi
Novorapid syring pump
3. Monitoring
Monitoring gula darah
Komplikasi kerusakan target organ
4. Edukasi
Komplikasi bisa ke organ lain yaitu otak, mata, ginjal, pembuluh
darah.
Motivasi perubahan gaya hidup, antara lain: pembatasan intake
garam, pengendalian tekanan darah, pengendalian gula darah
15
Motivasi rutin mengontrol gula darah
5. Anemia
Assesment
1. Etiologi
a. Perdarahan e.c varises gaster, varises esofagus
b. Sirosis Hepatis
Initial plan
1. Diagnosis
16
VII. PROGRESS NOTE
Penilaian prognosis dengan skor child pugh
17
10. Eosinofil Absolute L 0,03 10x3/ul 0,045 – 0,44
11. Basofil Absolut 0,06 10x3/ul 0 – 0,2
12. Netrofil Absolute H 11,93 10x3/ul 1,8 – 8
13. Limfosit Absolute 3,96 10x3/ul 0,9 – 5,2
14. Monosit absolute H 1,43 10x3/ul 0,16 – 1
15. Eosinofil L 0,20 % 2–4
16. Basofil 0,30 % 0–1
17. Neutrofil 68,60 % 50 – 70
18. Limfosit L 22,70 % 25 – 40
19. Monosit L 8,20 % 2–8
18
Pemeriksaan Endoskopi Tanggal 9-11-2015
19
Tanggal Follow Up
11/11/15 S Muntah darah (-), BAB hitam (-), perut membesar
20
berkurang
O KU : baik
TD : 122/57 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,5oC
Kepala : mecochepal
Mata : CPA (-/-), SI (+/+)
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Pekak alih (+), pekak sisi(+),shifting dullnes
(+), Lingkar perut 76 cm
A Hematemesis–melena e.c Varises gaster
Hepatitis B
Sirosis Hepatis
Asites grade II
Hiperglikemi
Anemia
P Infus assering 10 tpm
Ceftriaxone 1 gr/ 12jam
Omeprazole / 12 jam
Furosemid / 12 jam
Ulsafat 3x1
Curcuma 3x1
Diet bubur halus
12/11/15 S Muntah darah (-), BAB hitam (-), perut membesar
berkurang, lemes (+)
O KU : baik
21
TD : 158/72 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36 oC
Mata : CPA(-/-), SI (+/+)
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+) normal, pekak sisi (+),pekak
alih (-), lingkar perut 74 cm
23
24
TINJAUAN PUSTAKA
SIROSIS HEPATIS
A. DEFINISI
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata
Khirrosyang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada
nodul-nodulyang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut
yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal
akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
Secara lengkap Sirosis hati adalah Kemunduran fungsi liver yang permanen
yang ditandai dengan perubahan histopatologi. Yaitu kerusakan pada sel-sel hati
yang merangsang proses peradangan dan perbaikan sel-sel hati yang mati sehingga
menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Sel-sel hati yang tidak mati
beregenerasi untuk menggantikan sel-sel yang telah mati. Akibatnya, terbentuk
sekelompok-sekelompok sel-sel hati baru (regenerative nodules) dalam jaringan
parut.
B. INSIDENS
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
C. ETIOLOGI
1. Alkohol
adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutama
didunia barat. Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan
keteraturan dari konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol pada tingkat-tingkat
yang tinggi dan kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari individu-
25
individu yang meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai 16 ounces
minuman keras (hard liquor) atau atau yang sama dengannya untuk 15
tahun atau lebih akan mengembangkan sirosis. Alkohol menyebabkan suatu
jajaran dari penyakit-penyakit hati; dari hati berlemak yang sederhana dan
tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih serius dengan
peradangan (steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke sirosis.
Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) merujuk pada suatu spektrum
yang lebar dari penyakit hati yang, seperti penyakit hati alkoholik
(alcoholic liver disease), mencakup dari steatosis sederhana (simple
steatosis), ke nonalcoholic Steatohepatitis (NASH), ke sirosis. Semua
tingkatan-tingkatan dari NAFLD mempunyai bersama-sama akumulasi
lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena NAFLD
terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlah-jumlah
alkohol yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek-aspek, gambaran
mikroskopik dari NAFLD adalah serupa dengan apa yang dapat terlihat
pada penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol yang berlebihan. NAFLD
dikaitkan dengan suatu kondisi yang disebut resistensi insulin, yang pada
gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan diabetes mellitus
tipe 2. Kegemukan adalah penyebab yang paling penting dari resistensi
insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes tipe 2. NAFLD adalah penyakit
hati yang paling umum di Amerika dan adalah bertanggung jawab untuk
24% dari semua penyakit hati.
2. Sirosis Kriptogenik,
Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh penyebab-penyebab
yang tidak teridentifikasi) adalah suatu sebab yang umum untuk
pencangkokan hati. Di-istilahkan sirosis kriptogenik (cryptogenic cirrhosis)
karena bertahun-tahun para dokter telah tidak mampu untuk menerangkan
mengapa sebagian dari pasien-pasien mengembangkan sirosis. Dipercaya
bahwa sirosis kriptogenik disebabkan oleh NASH (nonalcoholic
steatohepatitis) yang disebabkan oleh kegemukan, diabetes tipe 2, dan
resistensi insulin yang tetap bertahan lama. Lemak dalam hati dari pasien-
26
pasien dengan NASH diperkirakan menghilang dengan timbulnya sirosis,
dan ini telah membuatnya sulit untuk para dokter membuat hubungan
antara NASH dan sirosis kriptogenik untuk suatu waktu yang lama. Satu
petunjuk yang penting bahwa NASH menjurus pada sirosis kriptogenik
adalah penemuan dari suatu kejadian yang tinggi dari NASH pada hati-hati
yang baru dari pasien-pasien yang menjalankan pencangkokan hati untuk
sirosis kriptogenik. Akhirnya, suatu studi dari Perancis menyarankan bahwa
pasien-pasien dengan NASH mempunyai suatu risiko mengembangkan
sirosis yang serupa seperti pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis C
yang tetap bertahan lama. Bagaimanapun, kemajuan ke sirosis dari NASH
diperkirakan lambat dan diagnosis dari sirosis secara khas dibuat pada
pasien-pasien pada umur kurang lebih 60 tahun.
28
efek-efek keracunan dari akumulasi produk-produk sisa memuncak pada
sirosis.
7. Hepatitis Autoimun
adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan sistim
imun yang ditemukan lebih umum pada wanita-wanita. Aktivitas imun
yang abnromal pada hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan
penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif, menjurus akhirnya
pada sirosis.
9. Lain-lain
Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-
reaksi yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama
pada racun-racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada
29
bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi
hati dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling
umum dari penyakit hati dan sirosis.
D. PATOFISIOLOGI
Pada sirosis, hubungan antara darah dan sel-sel hati hancur. Meskipun sel-
sel hati yang selamat atau dibentuk baru mungkin mampu untuk menghasilkan dan
mengeluarkan unsur-unsur dari darah, mereka tidak mempunyai hubungan yang
normal dan intim dengan darah, dan ini mengganggu kemampuan sel-sel hati untuk
menambah atau mengeluarkan unsur-unsur dari darah. Sebagai tambahan, luka
parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah melalui hati dan ke sel-
sel hati. Sebagai suatu akibat dari rintangan pada aliran darah melalui hati, darah
tersendat pada vena portal, dan tekanan dalam vena portal meningkat, suatu kondisi
yang disebut hipertensi portal. Karena rintangan pada aliran dan tekanan-tekanan
tinggi dalam vena portal, darah dalam vena portal mencari vena-vena lain untuk
mengalir kembali ke jantung, vena-vena dengan tekanan-tekanan yang lebih rendah
yang membypass hati. Hati tidak mampu untuk menambah atau mengeluarkan
unbsur-unsur dari darah yang membypassnya. Merupakan kombinasi dari jumlah-
jumlah sel-sel hati yang dikurangi, kehilangan kontak normal antara darah yang
melewati hati dan sel-sel hati, dan darah yang membypass hati yang menjurus pada
banyaknya manifestasi-manifestasi dari sirosis.
Hipertensi portal merupakan gabungan antara penurunan aliran darah porta
dan peningkatan resistensi vena portal. Hipertensi portal dapat terjadi jika tekanan
dalam sistem vena porta meningkat di atas 10-12 mmHg. Nilai normal tergantung
dari cara pengukuran, terapi umumnya sekitar 7 mmHg. Peningkatan tekanan vena
porta biasanya disebabkan oleh adanya hambatan aliran vena porta atau
peningkatan aliran darah ke dalam vena splanikus. Obstruksi aliran darah dalam
sistem portal dapat terjadi oleh karena obstruksi vena porta atau cabang-cabang
selanjutnya (ekstra hepatik), peningkatan tahanan vaskuler dalam hati yang terjadi
dengan atau tanpa pengkerutan (intra hepatik) yang dapat terjadi presinusoid,
30
parasinusoid atau postsinusoid dan obstruksi aliran keluar vena hepatik (supra
hepatik).
Hipertensi portal adalah sindroma klinik umum yang berhubungan dengan
penyakit hati kronik dan dijumpai peningkatan tekanan portal yang patologis.
Tekanan portal normal berkisar antara 5-10 mmHg. Hipertensi portal timbul bila
terdapat kenaikan tekanan dalam sistem portal yang sifatnya menetap di atas harga
normal.
Hipertensi portal dapat terjadi ekstra hepatik, intra hepatik, dan supra hepatik.
Obstruksi vena porta ekstra hepatik merupakan penyebab 50-70% hipertensi portal
pada anak, tetapi dua per tiga kasus tidak spesifik penyebabnya tidak diketahui,
sedangkan obstruksi vena porta intra hepatik dan supra hepatik lebih banyak
menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun yang tidak mempunyai
riwayat penyakit hati sebelumnya.
Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel hati
dan saluran-saluran melalui mana empedu mengalir. Pada sirosis, canaliculi adalah
abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi hancur/rusak, tepat seperti
hubungan antara sel-sel hati dan darah dalam sinusoid-sinusoid. Sebagai akibatnya,
hati tidak mampu menghilangkan unsur-unsur beracun secara normal, dan mereka
dapat berakumulasi dalam tubuh. Dalam suatu tingkat yang kecil, pencernaan
dalam usus juga berkurang.
E. KLASIFIKASI
1. Mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam septa parenkim
hati mengandung nodul halus dan kecil yang merata. Sirosis mikronodular
besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis makronodular ada yang
berubah menjadi makronodular sehingga dijumpai campuran mikro dan
makronodular.
2. Makronodular
31
sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan
bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul
besar didalamnya ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau
terjadi regenerasi parenkim.
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
1. Sirosis hati kompensata. Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada
stadium kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya
stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati Dekompensata Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium
ini
Biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya : ascites, edema dan ikterus.
Skor/parameter 1 2 3
Bilirubin(mg %) < 2,0 2-<3 > 3,0
Albumin(mg %) > 3,5 2,8 - < 3,5 < 2,8
Protrombin time > 70 40 - < 70 < 40
(Quick %)
Asites 0 Min. – sedang Banyak (+++)
(+) – (++)
Hepatic Tidak ada Stadium 1 & 2 Stadium 3 & 4
Encephalopathy
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul tergantung pada tingkat berat sirosis hati yang terjadi.
Sirosis Hati dibagi dalam tiga tingkatan yakni Sirosis Hati yang paling rendah
Child A, Child B, hingga pada sirosis hati yang paling berat yakni Child C. Gejala
yang biasa dialami penderita sirosis dari yang paling ringan yakni lemah tidak
nafsu makan, hingga yang paling berat yakni bengkak pada perut, tungkai, dan
32
penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik pada tubuh penderita terdapat palmar
eritem, spider nevi.
Beberapa dari gejala-gejala dan tanda-tanda sirosis yang lebih umum termasuk:
1. Kulit yang menguning (jaundice) disebabkan oleh akumulasi bilirubin
dalam darah
2. Asites, edema pada tungkai
3. Hipertensi portal
4. Kelelahan
5. Kelemahan
6. Kehilangan nafsu makan
7. Gatal
8. Mudah memar dari pengurangan produksi faktor-faktor pembeku darah
oleh hati yang sakit.
Pada keadaan sirosis hati lanjut, terjadi pemecahan protein otot. Asam
amino rantai cabang (AARC) yang terdiri dari valin, leusin, dan isoleusin
digunakan sebagai sumber energi (kompensasi gangguan glukosa sebagai sumber
energi) dan untuk metabolisme amonia. Dalam hal ini, otot rangka berperan
sebagai organ hati kedua sehingga disarankan penderita sirosis hati mempunyai
massa otot yang baik dan bertubuh agak gemuk. Dengan demikian, diharapkan
33
cadangan energi lebih banyak, stadium kompensata dapat dipertahankan, dan
penderita tidak mudah jatuh pada keadaan koma.
Penderita sirosis hati harus meringankan beban kerja hati. Aktivitas sehari-
hari disesuaikan dengan kondisi tubuh. Pemberian obat-obatan (hepatotoksik)
harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Penderita harus melakukan diet seimbang,
cukup kalori, dan mencegah konstipasi. Pada keadaan tertentu, misalnya, asites
perlu diet rendah protein dan rendah garam.
G. KOMPLIKASI
A. Pemeriksaan Diagnostik
37
a. Scan/biopsy hati : Mendeteksi infiltrate lemak, fibrosis, kerusakan
jaringan hati,
b. Kolesistografi/kolangiografi : Memperlihatkan penyakit duktus
empedu yang mungkin sebagai faktor predisposisi.
c. Esofagoskopi : Dapat melihat adanya varises esophagus
d. Portografi Transhepatik perkutaneus : Memperlihatkan sirkulasi
system vena portal,
e. Pemeriksaan Laboratorium :
B. Penatalaksanaan
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
38
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3
x seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan
(1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan
untukjangka waktu 24-48 minggu.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah
terjadi komplikasi seperti
1. Asites
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic
1. Asites
- istirahat
- diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet
rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita
harus dirawat.
- Diuretik
39
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam
dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah
4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah
hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encephalopaty hepatic, maka pilihan
utama diuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat
dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal
diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid.
secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan
rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari)
selama 2-3 minggu.
3. Hepatorenal Sindrome
40
dinorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih dulu.
Prrinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien
stabil,dalam keadaan ini maka dilakukan :
5. Ensefalopati Hepatik
DAFTAR PUSTAKA
42