Pembimbing:
dr. Tania Febria
Oleh:
dr. Elsa Tjahya
A. ANAMNESIS
Keluhan Utama : nyeri pinggang kanan sejak 9 tahun SMRS
Keluhan Tambahan : sering kali terbangun pada saat malam hari untuk BAK
0
sendi dan asam urat, riwayat operasi sebelumnya disangkal, riwayat darah tinggi, kencing
manis dan asma juga disangkal.
Riwayat Kebiasaan
Pasien seorang perokok aktif sejak usia 15 tahun, 3 bungkus rokok perhari dan
peminum sejak usia 20 tahun sebanyak 1-2 gelas kecil tetapi sudah berhenti minum sejak 9
tahun yang lalu. Pasien jarang berolahraga dan minum air putih dua gelas aqua berukuran
sedang perhari sebelum merasakan gejala seperti ini. Setelah berobat 9 tahun yang lalu, pasien
mulai banyak minum air putih sebanyak 5 liter perhari nya. Pasien tidak sering duduk lama
ataupun berdiri lama sehari-hari.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Kesan gizi : gizi cukup
Postur tubuh : piknikus
Cara berjalan : normal
cara duduk dan berbaring : normal
Sianosis : Tidak ada
Mobilitas ( aktif / pasif ) : Aktif
Umur menurut taksiran : Sesuai
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80mmHg
1
Nadi : 80 x/menit, irama reguler, volume cukup, ekualitas sama
kanan dan kiri
Suhu : 36,60C
Frekuensi napas : 24 x /menit
Berat Badan : 68 kg
Tinggi badan :-
BMI :-
Status Generalis
a) Kepala :
normocephali, bentuk bulat, deformitas (-), warna rambut hitam tipis, distribusi
merata, tak mudah dicabut.
b) Wajah :
Ekspresi sakit sedang, pucat (-), kemerahan (-) sianosis (+), wajah simetris.
c) Mata dan alis mata :
Alis madarosis (-), alis hitam simetris. Xantelasma (-), ptosis (-), lagophtalmos
(-), udem palpebra (-), Pupil bulat reguler isokor (+/+), Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera Ikterik (+/+), RCL (+/+), R (+/+), gerak bola mata normal, LP normal.
d) Hidung :
Bentuk normal, liang hidung lapang sama besar, Simetris, septum deviasi (-),
deformitas (-), sekret (-/-), hiperemis (-/-), darah (-/-), deviasi septum (-/-).
e) Telinga :
Telinga Normotia, liang telinga lapang, refleks cahaya membran timpani (+/+),
sekret/serumen/darah (-/-), benjolan dan nyeri tekan sekitar liang telinga (-/-).
f) Mulut :
- Bentuk normal, agak kering, kulit sekitar bibir normal, bibir simetris, sianosis (-)
Kering (-), sianosis (-), anemis (-), tonsil dan faring dalam batas normal
- Gigi dan gusi : oral higiene cukup baik, flek/bolong/karies gigi (-), gusi warna pink,
tanda inflamasi dan perdarahan gusi (-), lidah normoglossi
- Mukosa faring dan tonsil : warna pink tanpa bercak. Ulkus palatum (-), bau napas
(-), detritus dan kriptus tonsil (-)
- Uvula : ditengah, warna pink, hiperemis (-), tonsil ukuran T1/T1
2
g) Leher :
bentuk & ukuran normal, deviasi trakea (-), KGB & kelenjar thyroid normal,
nyeri tekan (-), kaku kuduk (-). A. Carotis denyut teraba normal, JVP 5 +2 cmH2O,
h) Thoraks
Paru
Inspeksi : bentuk normal, lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-), gibus (-), warna kulit
sawo matang, ikterik (-), pucat (-), sinosis (-), spider navy (-), roseola
spot (-), dilatasi vena (-), sternum normal datar, tulang iga & sela iga
normal, Hemithoraks simetris saat statis dan dinamis, tipe
abdominotorakal, retraksi sela iga (-).
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris saat inspirasi dan expirasi,
Perkusi : Sonor. Batas paru dengan hepar, jantung kanan, lambung, jantung kiri
normal.
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial linea midclavicularis sinistra,
thrill (-)
Perkusi : sonor. batas jantung dengan paru kanan, paru kiri, batas atas jantung
normal.
Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-), BJ III (-). BJ IV (-), ES (-), SC
(-),
OS (-)
i) Abdomen
Inspeksi : Normal, datar, simetris, buncit (-), skafoid (-), warna kulit sawo matang,
pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), kemerahan (-), spider navy(-), roseola
spot (-), keriput (-), dilatasi vena (-),gerak dinding perut simetris, tipe
pernapasan abdominotorakal
Palpasi : Supel, massa (-), turgor normal, retraksi (-), defence muskular (-),
rigiditas (-), NT (-), NL (-), hepar, lien, vesica vellea normal, undulasi
(-), ginjal ballotement (-)
3
Perkusi : 4 kuadran abdomen timpani, batas atas dan bawah hepar normal, shifting
dullnes (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal
j) Ekstremitas
Atas
Inspeksi : Bentuk, Kulit, Bulu rambut, Jari, Kuku, Telapak tangan, Punggung tangan
Normal
Palpasi : Suhu, Kelembaban, nyeri, rigiditas & atrofi otot (-), kekuatan otot baik,
Flapping tremor (-), tremor (-) hangat (+/+), oedem (-/-), CRT <2”
Pemeriksaan reflex fisiologis: Biceps dan triceps (+)
Bawah
Inspeksi : bentuk, kulit, bulu rambut, jari, kuku, telapak kaki normal, kelemahan otot
(-), koordinasi gerakan baik
Palpasi : Suhu, Kelembaban, nyeri normal, rigiditas & atrofi otot (-), kekuatan otot
baik, Akral hangat (+/+), oedem (-/-),
Reflex fisiologis : Reflex Patella dan Achilles (+)
Reflex patologis : Babinski (-), Oppenheim (-), Gordon (-), schaeffer (-), chaddok (-)
Rangsang meningeal : Kaku kuduk, Brudzinsky 1 & II, Laseq, Kernig (-).
Status Lokalis
Ginjal pada region costovertebral
- Inspeksi : dalam batas normal
- Palpasi : ballotement (-); nyeri tekan (+)
- Perkusi : nyeri ketuk (+)
Ureter pada region suprapubik
- Palpasi : nyeri tekan (-)
Vesica urinaria pada region suprapubik
- Inspeksi : dalam batas normal
- Palpasi : tidak teraba buli, nyeri tekan (-)
- Perkusi : nyeri ketuk (-)
Uretra/OUE pada region genitalia eksterna
- Inspeksi : tanda radang (-); nanah/darah/ektropion pada OUE (-)
4
Laboratorium: 30 Agustus 2013
5
Urobilinogen 0.2 E U. /dL 0.1 – 1
Nitrit Negatif Negatif
Darah 1+ * Negatif
Esterase Leukosit 1+ * Negatif
Sedimen urin
Leukosit 6-8 / LPB * <5
Eritrosit 1-3 / LPB <2
Epitel + /LPB Positif
Silinder Negatif /LPK Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif /LPB Negatif
E. DIAGNOSIS KERJA
Batu Saluran Kemih
F. DIAGNOSIS BANDING
- BPH
dasar : pria, usia tua, frekuensi BAK sering, volume sedikit, nokturi,
tidak ada air kencing yang menetes, ada rasa tidak puas setelah berkemih dan
pancarannya lemah.
tidak mendukung : nyeri pinggang, muncul jika minum sedikit dan hilang setelah
minum obat dan minum air yang banyak, RT batas atas prostat teraba.
- Tumor ginjal
Dasar : =BPH
Tidak mendukung : penurunan BB (-), tidak ada penurunan fungsi ginjal
- HNP
Dasar : nyeri pinggang
Tidak mendukung : gejala obstruktif saluran kemih (+)
6
TINJAUAN PUSTAKA
Ren (Ginjal)
Ren atau ginjal adalah sepasang organ berbentuk seperti kacang merah yang terletak
di belakang rongga abdomen, satu di setiap sisi kolumna vertebralis sedikit di atas
garis pinggang, yaitu di regio lumbalis dextra dan sinistra. Ren mengolah plasma yang
mengalir masuk ke dalamnya untuk menghasilkan urin, menahan bahan tertentu serta
mengeliminasi bahan yang tidak di perlukan ke urin. Fungsi spesifik dari ren sebagian
besar di tujukan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal, antara
lain mempertahankan keseimbangan H2O di dalam tubuh; mengatur jumlah dan
konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstra sel, yaitu Na+, Cl-, K+, HCO3-, Ca++,
Mg++, So4--, Po4---, dan H+; memelihara volume plasma yang sesuai; membantu
memelihara keseimbangan asam basa tubuh; memelihara osmolaritas (konsentrasi zat
terlarut) berbagai cairan tubuh; mengekskresikan (eliminasi) produk sisa (buangan)
dari metabolisme tubuh; mengekskresikan banyak senyawa asing; mensekresikan
renin dan eritropoietin; serta mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. ginjal
mempunyai suatu satuan fungsional berukuran mikroskopik yang disebut nefron, yang
di satukan satu sama lain melalui suatu jaringan ikat.1
Anatomi
1. Ren terletak di dalam rongga retroperitoneal abdomen di samping vertebra
lumbal atas. Membentang dari setinggi vertebra Thoracal 11-12 sampai lumbal
3. Ren dextra lebih rendah letaknya dari ren sinistra, karena tertekan oleh
hepar. Ren mempunyai dua buah kutub yaitu superior yang mempunyai
glandula suprarenalis, dan inferior. Ren juga mempunyai dua permukaan: di
anterior yang berlekuk dan di posterior yang rata. Selain itu ren mempunya dua
tepi: tepi lateral yang berbentuk cembung, dan tepi medial yang berbentuk
cekung dan mempunyai suatu hilus renalis, tempat masuk keluarnya pembuluh
darah arteri dan vena, limfe, dan saraf. Ren di lindungi oleh costa sebelas dan
dua belas (bagian belakang) dan jaringan penyokong ginjal. Bila di lihat dari
dalam ke luar, ada capsula renalis yang melekat pada ren, capsula adipose yaitu
lemak perirenal, fascia renalis, dan juga lemak pararenal yang berfungsi
7
sebagai bantalan karena lemak agar ren tetap pada tempatnya. Potongan frontal
ren mempunyai dua lapisan yaitu bagian terang di luar yang di sebut cortex
renalis, serta bagian dalam yang di sebut medulla renalis dan terdiri atas
piramid-piramid renalis. Di ujung piramid renalis terdapat papilla renalis.
Bagian cortex yang masuk ke piramid tersebut di namakan columna renalis.
Satu lobus ginjal terdiri dari satu piramis renalis dan satu columna renalis.
Dalam satu ren, biasanya terdapat 5 sampai 11 lobus. Papilla renalis bermuara
di calyx minor lalu membentuk suatu calyx major. Dari situ, ada suatu bagian
superior ureter yang melebar yang di sebut pelvis renalis.
2. Jaringan ikat yang meliputi ren dikenal sebagai fascia renalis, terpisah dari
capsula fibrosa renalis oleh lemak perirenal (corpus adiposum perirenale) yang
di hilum renale bersinambung dengan lemak dalam sinus renalis. Disebelah
luar fascia renalis terdapat lemak pararenal (corpus adiposum pararenale) yang
paling jelas disebelah dorsal ren.2
Persarafan pada ren di atur oleh susunan saraf simpatis yaitu plexus renalis. Ukuran
ren sekitar 10-12 cm panjang, lebarnya 4-6 cm, dan tebalnya sekitar 3,5-5 cm.
Vaskularisasi
Ren diperdarahi terutama oleh pembuluh darah arteri renalis dan vena renalis. Berikut
merupakan jalur pembuluh dari dari tubuh ke ren dan keluar lagi ke tubuh: aorta
abdominalis → arteri renalis → 5 arteri segmentalis → arteri lobaris → arteri arcuata
→ arteri interlobularis → afferent arteriole → glomerulus → efferent arteriole →
8
peritubullar capillaries dan vasa recta → vena inter lobularis → vena arcuata → vena
interlobaris → vena renalis → vena cava inferior.2,3
9
Definisi
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang
berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar
bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal
dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah
(kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.6
Insiden
Etiologi
10
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin (fimosis, BPH, refluks vesicouretra), gangguan metabolik (hiperkalsuria,
hiperuremia), infeksi saluran kemih, benda asing (kateter), dehidrasi dan keadaan-
keadaan lain yang belum terungkap (idiopatik).
Faktor Resiko
Secara epidemiologis terdapat 2 faktor yang dapat memepengaruhi terjadinya
pembentukan batu, yaitu:
1. Faktor intrinsik: faktor yang berasal dari tubuh : umur, jenis kelamin,
keturunan
Jenis kelamin : pasien laki-laki : perempuan = 4: 1 disebabkan oleh:
- anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang
- secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih
tinggi dan pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor)
lebih tinggi
- laki-laki memiliki testosterone yang meningkatkan produksi
oksalat endogen di hati
- estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi
garam kalsium.
Umur: terbanyak penderita BSK di negara Barat adalah 20-50 tahun,
di Indonesia umur 30-60 tahun. Penyebab pastinya belum diketahui,
kemungkinan disebabkan perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya,
dan diet.9
Herediter: belum diketahui pasti. Penyakit ini diduga diturunkan oleh
orang tuanya.
11
Contoh daerah stone belt seperti india, Thailand, Indonesia. Di afrika
selatan jarang.
Faktor Iklim dan Cuaca : Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh
langsung, namun kejadiannya banyak ditemukan di daerah bersuhu
tinggi. Temperatur yang tinggi meningkatkan jumlah keringat dan
meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat menyebabkan pembentukan kristal air kemih.
Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan angka kejadian batu
kemih.
Diet/Pola makan: misal diet tinggi purine, oksalat, kalsium
Pekerjaan: lebih banyak terjadi pada orang yang banyak duduk dalam
pekerjaannya.
Kebiasaan menahan BAK: akan menimbulkan statis air kemih yang
berakibat timbulnya ISK. ISK yang disebabkan kuman pemecah urea
menyebabkan terbentuknya batu struvit.
12
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan
bahan yang dapat mengkristal yang suatu saat akan terjadi kejenuhan. Tingkat
saturasi dalam air kemih dipengaruhi jumlah bahan pembentuk BSK yang
larut, kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.
Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Benang seperti laba-
laba terdiri dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air.
Kristal batu oksalat / kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut
dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu yang seiring waktu
akan membesar. Matriks tersebut (serum/protein urin (albumin, globulin,
mukoprotein) merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.
Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling
sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang
ada.
13
Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat BSK terbentuk berdasarkan campuran dari
beberapa teori yang ada.
Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori
terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi ammonium,
pH air kemih >7 dan reaksi sintesis ammonium dengan magnesium dan fosfat
sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) yang bersifat
basa misalnya pada bakteri pemecah urea atau urea splitter yang menghasilkan
urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas,
dan Staphiloccocus.
Teori lain adalah nano bakteria dimana penyebab pembentukan BSK
adalah bakteri ukuran kecil berdiameter 50-200 nm yang hidup dalam darah,
ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong gram negatif dan sensitif terhadap
tetrasiklin. dinding bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang
kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal
kalsium oksalat menempel yang nantinya membesar. 90% penderita BSK
mengandung nano bakteria.
2. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk
terjadinya BSK, yaitu :
Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal
sedangkan pada orang yang tidak hipertensi sebanyak 52%. Hal ini disebabkan
aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180˚ dan aliran darah berubah dari
aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbelen
tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranall’s
plaque).16
14
Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi
melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran
kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat
dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis.
15
penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium sitrat mudah larut sehingga
hancur dan dikeluarkan melalui urin.
Hipomagnesia, magnesium juga merupakan penghambat seperti halnya sitrat.
Penyebab tersering hipomagnesuria ialah penyakit inflamasi usus diikuti
gangguan malabsorbsi.
4) Batu Sistin
Batu Sistin terjadi saat kehamilan, disebabkan gangguan ginjal, kelainan
metabolism sistin yaitu kelainan absorpsi sistin di mukosa usus.. Merupakan batu yang
jarang dijumpai dengan insiden 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin
dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine asam.4 Pembentukan batu dapat terjadi karena urine sangat
jenuh, individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya, individu yang statis karena
16
imobilitas. Batu lainnya : batu xantin (defisiensi enzim xantin oksidase), triamteren,
silikat
17
► Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica
urinaria yang tidak sempurna pada saat miksi, sehingga vesica
sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya ialah
Frequency, Nokturia (Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi
penuh yaitu pada cuaca dingin, mengkonsumsi minuman yang
mengandung diuretikum (alkohol, kopi), Urgency, Disuria.
-
Diagnosis
1. Pemeriksaan laboratorium
Batu yang tidak bergejala, diketahui secara tidak sengaja pada urin rutin
(pH, BJ, sedimen) untuk menentukan hematuri, leukosituri, kristaluria
Lab darah : darah rutin (hb, ht, leukosit, trombosit) kadar kalsium, sistin,
asam urat
Kultur urin : menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea
Faal ginjal : mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal dan persiapan
IVP
Kadar elektrolit : mencari faktor penyebab timbulnya BSK
2. Radiografi
sinar X abdomen : melihat batu di ginjal, ureter dan kandung kemih. dapat
menunjukan ukuran, bentuk, posisi dan membedakan klasifikasi batu yaitu
dengan: densitas tinggi menunjukan batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, densitas semiopak menunjukan batu struvit, sistin dan campuran,
densitas lusen menunjukan batu asam urat, xanthin, triamteren.
Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam maupun diluar
ginjal.
USG : menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi.
diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang alergi kontras radiologi.
Keterbatasannya adalah kesulitan menunjukan batu ureter, dan tidak dapat
membedakan batu klasifikasi dan radiolusen.
IVP : menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat penurunan fungsi ginjal,
penggantinya adalah pielografi retrograd. Kontraindikasi pada alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita hamil.
18
Urogram : deteksi batu lusen sebagai filling defect (batu asam urat,
xanthin), lokasi batu dalam system kolectikus, menunjukan kelainan
anatomis.
Analisa urin mikroskopik untuk adanya eritrosit yang banyak, terjadi
infeksi (leukositosis, hematuria, bakteriuria, nitrit urine (+). pH urine : batu
sistin dan asam urat terbentuk jika pH < 6,0. batu fosfat dan struvit pada
pH urine > 7,2.
CT scan : menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi
batu.
Diagnosis banding
1. Kolik ginjal dan ureter
2. Appendicitis akut (bila lokasi nyeri di kanan)
3. Kolik saluran cerna
4. Kolik empedu
5. Adneksitis pada perempuan
6. Karsinoma epidermoid (hematuri tanpa rasa nyeri)
7. Batu ginjal: Tumor ginjal, Tumor Grawitz
8. Batu ureter : tumor ureter (radiolusen)
9. Batu buli : tumor buli (radiolusen)
10. Batu prostat (rontgen kumpulan pasir di daerah prostat. Pada RT seperti kesan
ca prostat)
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan BSK adalah menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi
obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan medikamentosa, pemberian
obat, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
Indikasi : batu berdiameter < 5 mm, diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis.
cara : mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang merupakan
bahan utama pembentuk batu (kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau
meningkatkan ukuran batu yang ada. Beberapa cara yaitu :
19
o Minum paling sedikit 8 gelas air sehari. Minum banyak cairan meningkatkan
aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih
o Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
o Hindari makanan yang kaya oksalat (bayam, coklat, kacang-kacangan, merica
dan teh).
o Diet rendah purin seperti daging, ikan dan unggas
o Batu kalsium diet rendah kalsium mis : susu, keju, sayur daun hijau
o Kontrol berkala pembentukan batu baru
o Hindari soft drink lebih dari 1 liter/minggu
o Diet rendah natrium (80-100 mg/hari) perbaiki reabsorpsi kalsium proximal
sehingga terjadi pengurangan eksresi natrium dan kalsium.
o Pembatasan masukan kalsium tak dianjurkan karena penurunan kalsium
intestinal bebas menimbulkan peningkatan absorpsi oksalat oleh pencernaan,
peningkatan eksresi oksalat dan meningkatkan saluran kalsium oksalat air
kemih. Diet kalsium rendah merugikan pasien dengan hiperkalsiuria idiopatik
karena keseimbangan kalsium negative akan memacu pengambilan kalsium
dari tulang dan ginjal
20
Tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, digunakan gelombang kejut
eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL mengurangi keharusan melakukan
prosedur invasif dan menurunkan lama rawat inap di rs.
Indikasi :
Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran ≤
2.5 cm
Fungsi ginjal masih baik
Kontraindikasi
Gangguan koagulasi
Kehamilan
Aneurisma aorta
ISK yang tidak terobati
Gambaran batu dengan ESWL tak mungkin
Obstruksi traktus urinarius besar
d. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas
memecah batu, dan mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung ke saluran kemih. melalui uretra / melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Beberapa tindakan endourologi adalah :
i. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy): mengeluarkan batu yang berada
di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kalies melalui insisi pada kulit. Batu dikeluarkan atau dipecah dahulu
menjadi fragmen kecil.
ii. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan
batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. Indikasi untuk batu <3cm
iii. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukan alat ureteroskopi per-
uretram. batu yang berada di ureter / sistem pelvikalises dipecah melalui
tuntunan ureteroskopi ini.
21
iv. Ekstrasi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaring melalui
keranjang Dormia.
e. Tindakan Operasi
1) Nefrolitotomi : operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
Indikasi : batu buli > 2,5 cm pada dewasa dan semua ukuran pada anak,
batu keras, keluarkan benda asing di kandung kemih, terapi perdarahan
kandung kemih yang hebat yang tak bisa ditangani dengan transurethtal.
Indikasi operasi:
Batu > 20 mm
Obstruksi sedang / berat batu pelvis yang
Batu di saluran kemih menyebabkan
proksimal hidronefrosis, infeksi,
tidak tersedia alat nyeri hebat
litotripsor, ESWL konservatif tidak berhasil
batu ginjal di kaliks bila (6-8 minggu)
sudah hidrokaliks
gangguan fungsi ginjal
Pencegahan Batu Saluran Kemih
Pencegahan
22
Primer Sekunder Tersier
Tujuan tidak terjadinya BSK menghentikan mencegah tidak terjadi
dengan mengendalikan perkembangan komplikasi sehingga tidak
faktor penyebab BSK penyakit agar tidak berkembang ke tahap
menyebar dan lanjut yang membutuhkan
mencegah perawatan intensif
komplikasi
Sasaran belum pernah menderita telah menderita sudah menderita penyakit
BSK penyakit BSK. BSK agar penyakitnya
tidak bertambah berat.
Kegiatan promosi kesehatan, diagnosis dan rehabilitasi, dan
pendidikan kesehatan, dan pengobatan dini. memberikan kualitas hidup
perlindungan kesehatan (pemeriksaan fisik, sesuai kemampuan
Contoh - minum air putih laboraturium, - konseling kesehatan
minimal 2 liter per hari. radiologis.)
(8-10 gelas sehari)
ketika bangun tidur
- olahraga cukup, Jangan
menahan kencing, Pola
makan seimbang,
menjaga berat badan
tetap ideal
Komplikasi
Perjalanan penyakit
obstruksi : di ginjal dan ureter membuat hidronefrosis pionefrosis, kegagalan fungsi
ginjal, uremia karena gagal ginjal total. Di buli menyebabkan gangguan aliran kemih
dari kedua orificium ureter. Batu uretra menyebabkan hidroureter, diverticulum uretra,
ekstravasasi kemih dan terbentuk fistul di proximal batu ureter.
infeksi sekunder, iritasi berkepanjangan pada urothelium yang menyebabkan
tumbuhnya keganasan berupa karsinoma epidermoid, urosepsis.
Akibat terapi
23
Post ESWL : petechiae pada pinggang, hematuri, kolik renal akibat gerakan pasase
fragmen batu, renal atrofi pada pasien gangguan renal vascular / aterosklerotik berat,
hipertensi akibat hematom perinephric yang luas
Post uretratomi externa : striktur uretra
Post section Alta : perdarahan, infeksi luka operasi dan fistel
KESIMPULAN
24
Penanganan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin.
Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor resiko batu saluran kemih. Terapi
diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat batu
saluran kemih. Pembedahan batu dapat dilakukan baik secara non invasif ataupun terbuka.
Yang terpenting adalah pengenalan faktor resiko sehingga diharapkan dapat memberikan hasil
pengobatan dan memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001.
2. Moore KL, Agur AM. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.
3. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. 12th ed. Singapore: McGraw
Hill Lange; 2009.
4. Syamsuhidayat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta : EGC; 2004.
5. Sabiston, David C. Infeksi Saluran Kemih, Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta:
EGC; 2005.
6. Purnomo BB. Batu saluran kemih. Dasar-dasar urologi. Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung
Seto; 2007.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. 4th ed.
Jakarta: BP FKUI; 2006.
8. Hassan R. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: BP FKUI; 1985.
9. Poinier AC. Kidney Stones. Available at: http://www.webmd.com/hw-
popup/extracorporeal-shock-wave-lithotripsy-eswl. access on: Desember 24, 2012
10. Grasso M. Extracorporeal ShockWave Lirhotripsy. Available at:
http://www.emedicine.com/med/topic3024.htm. access on: Desember 30th, 2012.
11. Terris MK. Pyelolithotomy. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/448503-overview. accessed on september 19th,
2013.
12. Guidelines on Urolithiasis. Available at:
http://www.uroweb.org/gls/pdf/21_Urolithiasis_LRV4.pdf. accessed on september
19th, 2013.
26