Anda di halaman 1dari 28

.............................................................................................................................

38

ii
BAB I
PENDAHULUAN
- onjungtiva : tidak anemis (-/-)
- Sklera : ikterik (+/+)
- Pupil : isokor, refleks cahaya (+/+)
- Gerakan : baik ke segala arah

a. Pemeriksaan Telinga
- Liang telinga : normal
- Serumen : ada
- Sekret : tidak ada (-/-)
- Nyeri tekan : tidak ada (-/-)
- Gangguan pendengaran : tidak ada

b. Pemeriksaan Hidung
- Bagian luar : normal
- Septum : tidak ada deviasi (-)
- Deformitas : tidak ada (-)
- Epistaksis : tidak ada (-/-)
- Penyumbatan : tidak ada (-)

c. Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan


- Bibir : tidak ada sianosis (-)
- Gigi-geligi : lengkap
- Gusi : hiperemis (-), normal
- Lidah : kotor (-), atrofi papil tidak ada (-)
- Tonsil : T1/T1 tenang
- Faring : hiperemis (-)

d. Pemeriksaan Leher
- Inspeksi : simetris, tidak terlihat benjolan
- Palpasi : pembesaran tiroid dan KGB tidak ada (-)
- JVP : 5-2 cm H2O, distensi vena leher (-)

e. Pemeriksaan Kulit
- Hiperpigmentasi: tidak ada
- Ikterik : Ada
- Ptekie : tidak ada
- Sianosis : tidak ada
- Turgor : cukup
- Jaringan parut : tidak ada

f. Pemeriksaan Thorax
Paru Depan
Inspeksi : statis dinamis, simetris; sela iga melebar (-),
retraksi dinding dada (-)
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri, benjolan
(-), sela iga melebar (-)
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru kanan kiri
Auskultasi : Suara nafas vesikuler normal, ronkhi (-/-),
wheezing (-), stridor(-)
Paru Belakang
Inspeksi : simetris
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler normal, ronkhi (-/-),
wheezing (-), stridor(-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi :

 Atas : ICS II linea parasternalis sinistra


 Kanan : ICS IV linea parasternalis sinistra
 Kiri : ICS VI linea midsternalis sinistra
Auskultasi : HR 78x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)

g. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : cembung, tidak simetris, venektasi (-),
caput medusa (-), spider nevi (-),
benjolan (-) tampak dilatasi vena
Palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar
teraba 4 jari dibawah arkus costae dextra,
konsistensi keras, licin, tumpul, berdungkul-
dungkul dan nyeri tekan (+). Lien teraba di
schuffner 2 tepi tumpul, permukaan rata,
konsistensi lunak, dan nyeri tekan (+).
Perkusi : redup (+), nyeri ketok CVA (-), shifting
dullness (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal

h. Pemeriksaan Genitalia
Tidak diperiksa

i. Pemeriksaan Ekstremitas
- Superior Dextra : akral hangat (+), edema (-), kekuatan (5),
nyeri sendi (-), eritema (-), CRT <2 detik.
- Superior Sinitra : akral hangat (+), edema (-), kekuatan (5),
nyeri sendi (-), eritema (-), CRT <2 detik.
- Inferior Dextra : akral hangat (+/+), edema pretibial (-),
kekuatan (5), nyeri sendi (-), eritema (-).
- Inferior Sinistra : akral hangat (+/+), edema pretibial (-),
kekuatan (5), nyeri sendi (-), eritema (-).
2.1. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan 6 April 2021 Pukul 12:26 WIB)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Kesan


Rujukan

Darah Rutin

Hemoglobin 10.8 g/dl 14.0 – 16.0 Anemia

Eritrosit 3.64 10*6/ul 4.5-5.5 Normal

Hematokrit 32 % 42.0 – 52.0 Menurun

Jumlah Trombosit 369 10^3/ul 150 – 400 Menurun

Jumlah Leukosit 7.9 10^3/ul 5 – 10.0 Normal

Hitung Jenis

Eosinofil 0 % 1–3 Menurun

Basofil 0 % 0–1 Normal

Batang 0 % 2-6 Menurun

Segmen 79 % 50-70 Meningkat

Limfosit 15 % 20.0 – 50.0 Menurun

Monosit 6 % 2–8 Normal

Kimia Darah

Bilirubin Total 27.9 mg/dl <1.1 Meningkat

Bilirubin Direk 17.1 mg/dl <0,35 Meningkat

Bilirubin Indirek 10.8 mg/dl <0,75 Meningkat

SGOT/AST 443 IU/L <37 Meningkat

SGPT/ALT 175 IU/L <41 Meningkat

Creatinine 0,4 mg/dl 0,9-1,3 Meningkat

Ureum 63 mg/dl 20-40 Meningkat


Elektrolit

Natrium 132 mmol/L 135-155 Menurun

Kalium 4.8 mmol/L 3,6-6,5 Normal

Imunologi

HbsAg Positif Negatif Normal

Anti HCV Negatif Negatif Normal

2. Elektrokardiografi (EKG)
Hasil Pemeriksaan EKG :
 Irama Sinus Rhytm
 HR : 107 x/menit
 Axis Normal
 Gelombang P normal, PR interval 124 detik normal
 Kompleks QRS normal 76 detik
 Interval QRS normal
 Segmen ST : Sejajar garis isoelektris (normal)
 Gelombang T : Normal
Kesan : EKG dalam batas normal
3. Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Interpretasi :
- Kondisi foto baik
- Simetris kanan dan kiri
- Trachea di tengah
- Tulang-tulang baik
- Sela iga tidak melebar
- Sudut costofrenikus kanan dan kiri tajam
- CTR < 50%
- Parenkim paru : infiltrate (-)
Kesan : tidak tampak kelainan pada thoraks
4. Pemeriksaan USG

Interpretasi :
Pada pemeriksaan USG abdomen, didapatkan :
- Hepar membesar, Ekoparenkim normoekoik. Pada lobus kanan
tampak massa hiperekoik bentuk relative bulat, ukuran 10,21 x
10, 27 cm. CD imaging massa tidak hipervaskuler, ascites (+).
- Lien membesar, densitas parenkim homogen, S.O.L (-)
- Pancreas normal
- Gallbladder normal
- Ginjal kanan dan kiri normal
- Buli-buli normal
- Asites (+)
Kesan: Massa hepar pada lobus kanan suspek hepatoma.
Splenomegali.

2.2. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Palembang BARI dengan
keluhan nyeri perut kanan atas sejak ± 2 bulan SMRS. Nyeri dirasa
seperti ditusuk-tusuk. Nyeru dirasakan tidak menjalar ke tempat lain.
Nyeri timbul terus menerus. Penilian pasien nyeri diberi nilai 8 dari
10. Nyeri dirasa semakin berat ± 1 minggu SMRS.

Pasien merasa tubuhnya lemas dan pegal-pegal sekitar ± 2


bulan SMRS. Pasien juga merasa kesakitan melakukan aktivitas
sehari-hari. Pasien juga mengeluh demam hilang timbul yang tidak terlalu
tinggi.

Pasien mengeluh tubuhnya tampak kuning. Keluhan ini dirasakan sejak ±


1 bulan yang lalu. BAK seperti teh tua. BAB pasien berwarna pusat.
Keluhan BAB dan BAK dirasakan pasien sejak ± 1 bulan yang lalu. Nyeri
BAB dan BAK di sangkal.

Pasien juga mengeluh mual dan muntah, mual dirasakan


sejak 2 bulan yang lalu dan muntah setiap selesai makan. Isi muntah
adalah makanan terakirnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang.


Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD : 140/80 mmHg, RR 20
x/menit, nadi 78 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup, dan
temperature 36,7oC. Pada pemeriksaan fisik spesifik didapatkan
adanya sklera ikterik, perut membesar, asites (+) nyeri tekan
epigastrium, hepar dan lien teraba membesar, dan pada pemeriksaan
ekstremitas akral hangat dan pasien tampak kuning.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia ringan,
hematokrit menurun yaitu 32%, trombositopenia dengan hasil
369.000/ul. Pada pemeriksaan hitung jenis didapatkan adanya
neutropenia dan limfopenia. Pada pemeriksaan kimia darah
didapatkan adanya hyperbilirubinemia yaitu dengan nilai bilirubin
total 27.9 mg/dl, bilirubin direk 17.1 mg/dl dan bilirubin indirek 10.8.
Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan adanya peningkatan nilai
SGOT dan SGPT sebesar 443 IU/L dan 175 IU/L. pada pemeriksaan
elektrolit, didapatkan adanya penurunan natrium yaitu 132 mmol/L.
Untuk pemeriksaan imunologi yaitu HbsAg positif dan Anti HCV
didapatkan hasil negatif.
Pada pemeriksaan rontgen thoraks dan EKG tidak ada
kelainan. Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan adanya
perbesaran hepar dan lien dengan kesan kecurigaan Hepatoma.

2.3. Diagnosis Banding


1) Ikterus ec Suspect Hepatoma
2) Ikterus ec Suspect Hepatitis
3) Ikterus ec Suspect Abses Hepar

2.4. Diagnosis Kerja


Ikterus ec Suspect Hepatoma

2.5. Penatalaksanaan
Non Farmakologis

- Tirah baring
- Edukasi mengenai penyakitnya seperti etiologi dan faktor resiko
penyakit.

Farmakologis

- IVFD RL gtt xx kali/menit


- Inf. Aminoleban
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr/hari
- Inj. OMZ 1x40mg/hari
- Inj. Ondancentron 3x4 mg/hari
- Curcuma 3x2 tab/hari

2.6. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia
Quo ad Fungsionam : Dubia
2.7. Follow Up

Tanggal Catatan Tindakan


13/4/2021 S: nyeri ulu hati, mual dan muntah, P/
seluruh badan kuning
IVFD RL gtt xx kali/menit
O: KU tampak sakit sedang, TD 120/70 Inf. Aminoleban
mmHg, Nadi 95x/menit, reguler, RR 20
Inj. Ceftriaxone 2x1gr/hari
x/menit, Suhu 37.1 ºC.
Inj. OMZ 1x40mg/hari
Mata : Sklera ikterik (+) Inj. Ondancentron 3x4
mg/hari
Leher: JVP (5-2) cmH2O.
Curcuma 3x2 tab/hari
Thorax: simetris

Pulmo: Stem fremitus sama kanan dan


kiri, sonor kedua lapang paru, vesikuler
(+) , wheezing (-/-), ronki (-/-) pada
lapangan paru kanan atas dan lapang
paru kiri.

Cor: ictus cordis terlihat, ictus cordis


teraba, batas jantung kiri di ICS V linea
midclavicularis sinistra, gallop (-).

Abdomen: cembung, tidak simetris,


nyeri tekan epigastrium (+),
hepatomegali (+), lien (+) shifting
dullness (+)

Ekstremitas inferior: akral hangat, CRT


< 2”

A: Ikterus ec suspect Hepatoma


14/4/2021 S: Mual, Muntah (-) nyeri ulu hati P/
berkurang, pasien sulit tidur, kuning IVFD RL gtt xx kali/menit
masih ada Inf Aminoleban
Inj. Ceftriaxone 2x1gr/hari
O: KU tampak sakit sedang, TD 120/70
mmHg, Nadi 89x/menit, reguler, RR 20 Inj. OMZ 1x40mg/hari
x/menit, Suhu 36.7 ºC. Inj. Ondancentron 3x4
mg/hari
Mata : Sklera ikterik (+) Curcuma 3x2 tab/hari

Leher: JVP (5-2) cmH2O.

Thorax: simetris

Pulmo: Stem fremitus sama kanan dan


kiri, sonor kedua lapang paru, vesikuler
(+) , wheezing (-/-), ronki (-/-) pada
lapangan paru kanan atas dan lapang
paru kiri.

Cor: ictus cordis terlihat, ictus cordis


teraba, batas jantung kiri di ICS V linea
midclavicularis sinistra, gallop (-).

Abdomen: cembung, tidak simetris,


nyeri tekan epigastrium (+),
hepatomegali (+), lien (+) shifting
dullness (+)

Ekstremitas inferior: akral hangat, CRT


< 2”

A: Ikterus ec suspect Hepatoma

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 3.2 USG menunjukkan massa hyperechoic mewakili karsinoma
hepatoseluler

Gambar 3.3 Hepatocellular carcinoma

1. CT Scan
Di samping USG diperlukan CT scan sebagai pelengkap yang
dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar yang
dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja.

2. Angiografy
Kanker yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai
dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga
kali lebih besar. Angiografi bisa memperlihatkan ukuran kanker yang
sebenarnya.

3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif
bila ada gambaran CT scan yang meragukan atau pada penderita yang
ada risiko bahaya radiasi sinar X dan pada penderita yang ada
kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian zat contrast  sehingga
pemeriksaan CT angiography tak memungkinkan padahal diperlukan
gambar peta pembuluh darah.7

4. Pemeriksaan Patologi Anatomi


1. Penanda Tumor
Alfa-fetoprotein (AFP) adalah protein serum normal yang
disintesis oleh sel hepar fetal, sel yolk-sac dan sedikit sekali oleh
saluran gastrointestinal fetal. Rentang normal AFP serum adalah 0-
20 ng/mL. Kadar AFP meningkat pada 60-70% pada pasien
hepatoma, dan kadar lebih dari 400 ng/mL adalah diagnostic atau
sangat sugestif hepatoma.1
2. Biopsi hepar
Biopsi hepar perkutan dapat diagnostik jika sampel diambil
dari daerah lokal dengan ultrasound atau CT. karena tumor ini
cenderung akan ke pembuluh darah, biopsi perkutan harus
dilakukan dengan hepar-hepar. pemeriksaan sitologi cairan asites
adalah selalu negatif untuk tumor. kadang-kadang laparoskopi atau
minilaparatomi, untuk biopsi hepar dapat digunakan. pendekatan
ini memiliki keuntungan tambahan kadang mengidentifikasi pasien
yang memiliki tumor cocok untuk hepatectomy parsial.1

2.1.1. Diagnosis

Untuk pasien yang dicurigai hepatoma atau lesi penempat ruang dalam
hati yang tak dapat menyingkirkan hepatoma, semua harus diupayakan
kejelasan diagnosisnya dalam waktu sesingkat mungkin. Teknik pemeriksaan
pencitraan modern tidak dapat dilewatkan, biasanya dimulai dengan
pemeriksaan noninvasif, bila perlu barulah dilakukan pemeriksaan invasif.
Untuk kasus yang dengan berbagai pemeriksaan masih belum jelas
diagnosisnya, harus dipantau ditindaklanjuti secaraketat, bila perlu
pertimbangkan laparotomi eksploratif.6

SISTEM STAGING

Dalam staging klinis HCC terdapat pemilahan pasien atas kelompok-


kelompok yang prognosisnya berbeda, berdasarkan parameter klinis,
biokimiawi dan radiologis pilihan yang tersedia. Sistem staging yang ideal
seharusnya juga mencantumkan penilaian ekstensi tumor, derajat gangguan
fungsi hati, keadaan umum pasien serta keefektifan terapi. Sebagian besar
pasien HCC adalah pasien sirosis yang juga mengurangi harapan hidup. Sistem
yang banyak digunakan untuk menilai status fungsional hati dan prediksi
prognosis pasien sirosis adalah sistem klasifikasi Child-ltorcotte-Pugh, tetapi
sistem ini tidak ditujukan untuk penilaian staging HCC. Beberapa sistem yang
dapat dipakai untuk staging HCC adalah:

• Tumor-Node-Metastases (TNM) Staging System

• Okuda Staging System

• Cancer of the Liver Italian Program (CLIP) Scoring System

• Chinese University Prognostic Index (CUPI)

• Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) Staging System


Standar diagnosis

Pada tahun 2001 Komite Khusus Hepatoma Asosiasi Antitumor China


telah menetapkan standar diagnosis dan klasifikasi stadium klinis hepatoma
primer.6

1. Standar diagnosis klinis hepatoma primer.

 AFP > 400 ug/L, dapat menyingkirkan kehamilan, tumor embrional


sistem repro-duksi, penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu
teraba hati mem-besar, keras dan bermassa nodular besar atau
pemeriksaan pencitraan menun-jukkan lesi penempat ruang karakteristik
hepatoma.
 AFP < 400 ug/L, dapat menyingkirkan kehamilan, tumor embrional
sistem reproduksi, penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu
terdapat dua jenis pemeriksaan pencitraan menunjukkan lesi penempat
ruang karakteristik hepatoma atau terdapat dua petanda hepatoma (DCP,
GGT-II, AFU, CA19-9, dll.) positif serta satu pemeriksaan pencitraan
menunjukkan lesi penempat ruang karakteristik hepatoma.
 Menunjukkan manifestasi klinis hepatoma dan terdapat kepastian lesi
metastatik ekstrahepatik (termasuk asites hemoragis makroskopik atau di
dalamnya ditemukan sel ganas) serta dapat meny ing-kirkan hepatoma
metastatik

2. Standar klasifikasi stadium klinis hepatoma primer

la : tumor tunggal berdiameter < 3 cm, tanpa emboli rumor, tanpa


metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A.

Ib : tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan <5cm,


di separuh hati, tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe
peritoneal ataupun jauh; Child A.

Ha : tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan < 10 cm, di
separuh hati, atau dua tumor dengan diameter gabungan < 5 cm, di
kedua belahan hati kiri dan kanan, tanpa emboli tumor, tanpa
metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A.

lib : tumor tunggal atau multipel dengan diameter gabungan > 10 cm, di
separuh hati, atau tumor multipel dengan diameter gabungan > 5 cm,
di kedua belahan hati kiri dan kanan, tanpa emboli tumor, tanpa
metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A. Terdapat
emboli tumor di percabangan vena portal, vena hepatik atau saluran
empedu dan/atau Child B.

Ilia : tidak peduli kondisi tumor, terdapat emboli tumor di pembuluh utama
vena porta atau vena kava inferior, metastasis kelenjar limfe peritoneal
atau jauh, salah satu daripadanya; Child A atau B.

Illb : tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis;
Child C.
2.1.2. Penatalaksanaan

Terapi Operasi
1. Reseksi Hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai
fungsi hepar normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun
untuk pasien sirosis diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat
memicu timbulnya gagal hepar yang dapat menurunkan angka harapan
hidup. Kontra indikasi tindakan ini adalah metastasis ekstrahepatik,
hepatoseluler karsinoma difus atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan
penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi ketahanan pasien menjalani
operasi.1
2. Transplantasi Hepar
Transplantasi hepar memberikan kemungkinan untuk menyingkirkan
tumor dan menggantikan parenkim hepar yang mengalami disfungsi.
Kematian pasca transplantasi tersering disebabkan oleh rekurensi tumor
di dalam maupun di luar transplant. Tumor yang berdiameter kurang dari
3 cm lebih jarang kambuh dibandingkan dengan tumor yang diameternya
lebih dari 5 cm.1
3. Terapi Operatif non Reseksi
Karena tumor menyebar atau alasan lain yang tidak dapat dilakukan
reseksi, dapat dipertimbangkan terapi operatif non reseksi mencakup
injeksi obat melalui kateter transarteri hepatik atau kemoterapi
embolisasi saat operasi, kemoterapi melalui keteter vena porta saat
operasi, ligasi arteri hepatika, koagulasi tumor hepar dengan gelombang
mikro, ablasi radiofrekuensi, krioterapi dengan nitrogen cair, efaforisasi
dengan laser energi tinggi saat operasi, injeksi alkohol absolut intratumor
saat operasi.3

A. Terapi Lokal
1. Ablasi radiofrekuensi (RFA)
Ini adalah metode ablasi local yang paling sering dipakai dan
efektif dewasa ini. Elektroda RFA dimasukkan ke dalam tumor,
melepaskan energi radiofrekuensi hingga jaringan tumor
mengalami nekrosis koagulatif panas, denaturasi, jadi secara
selektif membunuh jaringan tumor. Satu kali RFA menghasilkan
nekrosis seukuran bola berdiameter 3-5 cm sehingga dapat
membasmi tuntas mikrohepatoma, dengan hasil kuratif.3
2. Injeksi alkohol absolut intratumor perkutan
Di bawah panduan teknik pencitraan, dilakukan pungsi tumor
hepar perkutan, ke dalam tumor disuntikkan alkohol absolut.
Penggunaan umumnya untuk hepatoma kecil yang tak sesuai
direseksi atau terapi adjuvant pasca kemoembolisasi arteri hepatik.3

B. Kemoembolisasi arteri hepatik perkutan


Kemoembolisasi arteri hepatik transketer (TAE, TACE) merupakan
cara terapi yang sering digunakan untuk hepatoma stadium sedang dan
lanjut yang tidak sesuai dioperasi reseksi. Hepatoma terutama mendapat
pasokan darah dari arteri hepatik, setelah embolisasi arteri hepatik, nodul
kanker menjadi iskemik, nekrosis, sedangkan jaringan hepar normal
mendapat pasokan darah terutama dari vena porta sehingga efek terhadap
fungsi hepar secara keseluruhan relative kecil. Sesuai digunakan untuk
tumor sangat besar yang tak dapat direseksi, tumor dapat direseksi tapi
diperkirakan tak tahan operasi, hepatoma rekuren yang tak dapat
direseksi, hepatoma rekuren yang tak dapat direseksi, pasca reseksi
hepatoma, suksek terdapat residif, dll.3

C. Kemoterapi
Hepatoma relatif kurang peka terhadap kemoterapi, efektivas
kemoterapi sistemik kurang baik. Yang tersering dipaki adalah 5FU,
ADR, MMC, karboplatin, MTX, 5-FUDR, DDP, TSPA, kamtotesin, dll.3

D. Radioterapi
Radioterapi eksternal sesuai untuk pasien dengan lesi hepatoma yang
relatif terlokalisasi, medan radiasi dapat mencakup seluruh tumor, selain
itu sirosis hepar tidak parah, pasien dapat mentolerir radioterapi.
Radioterapi umumnya digunakan secara bersama metode terapi lain
seperti herba, ligasi arteri hepatik, kemoterapi transarteri hepatik, dll.
Sedangkan untuk kasus metastasis stadium lanjut dengan metastasis
tulang, radiasi lokal dapat mengatasi nyeri. Dapat juga memakai biji
radioaktif untuk radioterapi internal terhadap hepatoma.3

The Barcelona-Clinic Liver Cancer (BCL\C) approach to hepatocellular carcinoma management. Adapted from Llovet JM, Fuster J, Bruix J,
Barcelona-Clinic Liver Cancer Group. The Barcelona approach: diagnosis, staging, and t
reatment of hepatocellular carcinoma. Liver Transpl. Feb 2004;10(2 Suppl 1):S115-20.

Alur penatalaksanaan Hepatoma

2.1.3. Prognosis

Prognosis tergantung atas stadium penyakit dan penyebaran


pertumbuhan tumor. Tumor kecil (diameter < 3 cm) berhubungan dengan
kelangsungan hidup satu tahun 90.7%, 2 tahun 55% dan 3 tahun 12.8%.
kecepatan pertumbuhan bervariasi dari waktu kewaktu. Pasien tumor masif
kurang mungkin dapat bertahap hidup selama 3 bulan. Kadang-kadang
dengan tumor yang tumbuh lambat dan terutama yang berkapsul kecil,
kelanngsungan hidup 2-3 tahun atau bahkan lebih lama. Jenis
massifperjalanannya lebih singakat dibandingkan yang nodular. Metastasis
paru dan peningkatan bilirubin serum mempengaruhi kelangsungan hidup
pasien berusia <45 tahun bertahan hidup lebih lama dibandingkan usia tua.
Ukuran tumor yang melebihi 50% ukuran hepar dan albumin serul < 3 g/dl
merupakan gambaran yang tidak menyenangkan.3
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada laporan kasus ini membahas tentang pasien bernama Tn. RE usia 63
tahun datang ke IGD RSUD Palembang BARI dengan keluhan demam tinggi
sejak ± 4 hari SMRS. Pasien datang ke IGD RSUD Palembang BARI dengan
keluhan demam tinggi sejak ± 4 hari SMRS. Nyeri perut kanan atas sejak ± 4 hari
SMRS. Nyeri bersifat tumpul, terus menerus dan tidak menjalar. Os mengaku
keluhan tidak nyaman di perut sudah mulai dirasakan sejak lama berupa rasa
penuh di perut terutama pada saat sehabis diisi makanan, tetapi sekitar ± 4 hari
yang lalu terasa nyeri di bagian kanan atas sehingga pasien memutuskan untuk
berobat. Nyeri perut juga disertai dengan keluhan perut yang dirasakan semakin
membesar. OS juga mengeluh mual, muntah setiap kali habis makan, muntah isi
makanan, muntah darah segar ataupun hitam disangkal. OS mengaku bila makan
harus sedikit demi sedikit karena perut mudah terasa begah akibatnya nafsu
makan berkurang.

BAK berwarna pekat seperti teh, nyeri atau panas saat BAK (-), darah (-),
keruh (-), dan berpasir (-). BAB berwarna putih seperti dempul (-). OS mengaku
akhir-akhir ini sering seperti demam (meriang) tetapi tidak terlalu tinggi dan tidak
disertai menggigil. Kadang keringat malam (+). Os juga mengaku cepat lelah dan
berat badan menurun dari ± 63 kg menjadi 55 kg dalam waktu satu bulan terakhir.
Os mengatakan tidak mengetahui adanya perubahan warna pada matanya,
os baru menyadari matanya kuning saat berada di rumah sakit. Os mengatakan
sering mengkonsumsi alkohol saat masih usia muda, namun saat ini pasien
mengaku sudah hamper tidak pernah lagi mengkonsumsi alkohol. Keluhan kuning
seperti ini pernah dirasakan pasien sebelumnya namun pasien tidak pergi berobat.
Keluhan serupa pada keluarga (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD : 130/90 mmHg, RR 21 x/menit, nadi 80
x/menit, regular, isi dan tegangan cukup, dan temperature 36,3oC. Pada
pemeriksaan fisik spesifik didapatkan adanya sklera ikterik, perut membesar,
asites (+) nyeri tekan epigastrium, hepar dan lien teraba membesar, dan pada
pemeriksaan ekstremitas akral hangat dan pasien tampak kuning.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia ringan, hematokrit
menurun yaitu 40%, trombositopenia dengan hasil 135.000/ul. Pada pemeriksaan
hitung jenis didapatkan adanya neutropenia dan limfopenia. Pada pemeriksaan
kimia darah didapatkan adanya hyperbilirubinemia yaitu dengan nilai bilirubin
total 23.0 mg/dl, bilirubin direk 16.5 mg/dl dan bilirubin indirek 6.5. Pada
pemeriksaan fungsi hati didapatkan adanya peningkatan nilai SGOT dan SGPT
sebesar 100 IU/L dan 149 IU/L. pada pemeriksaan elektrolit, didapatkan adanya
penurunan natrium yaitu 132 mmol/L. Untuk pemeriksaan imunologi yaitu HbsAg
dan Anti HCV didapatkan hasil negatif.
Pada pemeriksaan rontgen thoraks dan EKG tidak ada kelainan. Pada
pemeriksaan USG abdomen didapatkan adanya perbesaran hepar dan lien dengan
kesan kecurigaan Hepatoma.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan adanya kecurigaaan hepatoma pada pasien. Adapun gejala klinis pada
pasien yang mengarah ke diagnosis Hepatoma adalah adanya nyeri perut kanan
atas sejak ± 4 hari SMRS. Nyeri bersifat tumpul, terus menerus dan tidak
menjalar. mual, muntah setiap kali habis makan, perut yang dirasakan semakin
membesar, BAK berwarna pekat seperti teh dan cepat lelah dan berat badan
menurun dari ± 63 kg menjadi 55 kg dalam waktu satu bulan terakhir. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya sklera ikterik, ekstremitas tampak kuning,
dan saat palpasi abdomen didapatkan adanya perbesaran hepar dan lien. Sesuai
dengan teori, adapun Hepatoma adalah Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma
adalah keganasan pada hepatosit dimana stem sel dari hati berkembang menjadi
massa maligna yang dipicu oleh adanya proses fibrotik maupun proses kronik dari
hati (cirrhosis). Massa tumor ini berkembang di dalam hepar, di permukaan hepar
maupun ekstrahepatik seperti pada metastase jauh.1
Adapun manifestasi pada hepatoma fase klinis yang sering ditemukan
adalah nyeri abdomen kanan atas dimana hepatoma stadium sedang dan lanjut
sering datang berobat karena kembung dan tak nyaman atau nyeri samar
di abdomen kanan atas. Nyeri umumnya bersifat tumpul ( dullache) atau
menusuk intermiten atau kontinu. Terdapat massa abdomen atas: hepatoma lobus
kanan dapat menyebabkan batas atas hati bergeser ke atas, pemeriksaan fisik
menemukan hepatomegali di bawah arkus kostae berbenjol benjol; hepatoma
segmen inferior lobus kanan sering dapat langsung teraba massa di bawah arkus
kostae kanan; hepatoma lobus kiri tampil sebagai massa di bawah prosesus
xifoideus atau massa di bawah arkus kostae kiri. Perut kembung yang timbul
karena massa tumor sangat besar, asites dan gangguan fungsi hati. Anoreksia yang
timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran gastrointestinal,
perut tidak bisa menerma makanan dalam jumlah banyak karena terasa begah,
Letih, dan penurunan berat badan yang dapat disebabkan metabolit dari tumor dan
berkurangnya masukan makanan dll, yang parah dapat sampai kakeksia. Ikterus
tampil sebagai kuningnya sclera dan kulit, umumnya karena gangguan fungsi hati,
biasanya sudah stadium lanjut, juga dapat karena sumbat kanker di saluran
empedu atau tumor mendesak saluran empedu hingga timbul ikterus obstruktif
serta dapat ditemukan adanya asites.3,4,5
Pada kasus ini, adapun faktor resiko terjadinya hepatoma adalah pasien
sering mengkonsumsi alcohol semasa muda. 2,3
Selain itu, adapun hasil pemeriksaan penunjang pada pasien ini yang
membantu menegakkan diagnosis Hepatoma adalah didapatkan adanya anemia
ringan, trombositopenia, dan hyperbilirubinemia serta adanya peningkatan SGOT
dan SGPT. Pada pemeriksaan USG abdomen juga ditemukan adanya perbesaran
hepar dan lien dengan kecurigaan Hepatoma. Dan pada pemeriksaan imunologi
HbsAg dan Anti HCV dengan hasil negatif. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada
hepatoma didapatkan adanya serum aminotransferases aspartate aminotransferase
(AST) dan ALT (sebelumnya dikenal sebagai SGOT and SGPT) menunjukan
peningkatan bersamaan dengan peningkatan bilirubin.6 Sesuai dengan teori, pada
kondisi hepatoma bisa terjadi anemia ringan, trombositopennia dan lymphopenia
sementara dan diikuti oleh limfositosis yang relative.3
Adapun tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah : 1) Tirah
baring; 2) IVFD RL gtt xx kali/menit; 3) Inj. Ceftriaxone 2x1gr/hari; 4) Inf
Aminoleban 5) Inj. OMZ 1x40mg/hari; 6) Inj. Ondancentron 3x4 mg/hari; 7)
Curcuma 3x2 tab/hari, Menurut teori, adapun tatalaksana pada pasien Hepatoma
adalah tirah baring pada saat gejala muncul adalah tindakan pertama yang
dilakukan, kemudian mobilisasi secara bertahap dilakukan apabila gejala sudah
mulai berkurang. Pada penderita anak-anak atau orang yang tua seringkali harus
dirawat di rumah sakit untuk dilakukan monitoring yang ketat terhadap nutrisi dan
cairan sehingga tidak sampai terjadi perburukan dari penyakit. 5,7 Terapi utama
adalah terapi suportif dan menjaga keseimbangan gizi tinggi kalori, tinggi protein
(protein 1 g/kg, 30-35 kal/kg), walaupun sulit memberikan asupan nutrisi pada
pasien yang anoreksia dan sering mual dan muntah. Untuk mengatasi mual dan
muntah, bisa diberikan obat-obatan prokinetik (metoklopramid, domperidon,
cisapride). Apabila asupan oral tidak mampu, maka bisa dipertimbangkan
memberikan asupan nutrisi parenteral.5,6
Manfaat pemberian curcuma pada kasus ini adalah efek kurkumin sebagai
antioksidan yang mampu menangkap ion superoksida dan memutus rantai antar
ion superoksida (O2-) sehingga mencegah kerusakan sel hepar. Curcumin juga
mampu meningkatkan gluthation S-transferase (GST) dan mampu menghambat
beberapa faktor proinflamasi , ekspresi gen dan replikasi virus hepatitis melalui
down-regulation dari PGC-1α, sehingga dapat disimpulkan bahwa curcumin dapat
dijadikan alternatif hepatoprotektor pada pasien dengan gangguan di hepar.

BAB V
KESIMPULAN

Hepatoma adalah Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah keganasan


pada hepatosit dimana stem sel dari hati berkembang menjadi massa maligna yang
dipicu oleh adanya proses fibrotik maupun proses kronik dari hati (cirrhosis).
Massa tumor ini berkembang di dalam hepar, di permukaan hepar maupun
ekstrahepatik.

Adapun manifestasi pada hepatoma fase klinis yang sering ditemukan


adalah nyeri abdomen kanan atas dimana hepatoma stadium sedang dan lanjut
sering datang berobat karena kembung dan tak nyaman atau nyeri samar
di abdomen kanan atas. Nyeri umumnya bersifat tumpul ( dullache) atau
menusuk intermiten atau kontinu. Terdapat massa abdomen atas, pemeriksaan
fisik menemukan hepatomegali di bawah arkus kostae berbenjol benjol;
hepatoma segmen inferior lobus kanan sering dapat langsung teraba massa di
bawah arkus kostae kanan; hepatoma lobus kiri tampil sebagai massa di bawah
prosesus xifoideus atau massa di bawah arkus kostae kiri. Perut kembung,
anoreksia, letih, dan penurunan berat badan yang dapat disebabkan metabolit dari
tumor dan berkurangnya masukan makanan dll, yang parah dapat sampai
kakeksia. Ikterus tampil sebagai kuningnya sclera dan kulit, umumnya karena
gangguan fungsi hati, biasanya sudah stadium lanjut, juga dapat karena sumbat
kanker di saluran empedu atau tumor mendesak saluran empedu hingga timbul
ikterus obstruktif serta dapat ditemukan adanya asites.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan adanya kecurigaaan hepatoma pada pasien.
Tirah baring pada saat gejala muncul adalah tindakan pertama yang
dilakukan, kemudian mobilisasi secara bertahap dilakukan apabila gejala sudah
mulai berkurang. Terapi utama adalah terapi suportif dan menjaga keseimbangan
gizi tinggi kalori, tinggi protein (protein 1 g/kg, 30-35 kal/kg), walaupun sulit
memberikan asupan nutrisi pada pasien yang anoreksia dan sering mual dan
muntah. Untuk mengatasi mual dan muntah, bisa diberikan obat-obatan prokinetik
(metoklopramid, domperidon, cisapride). Apabila asupan oral tidak mampu, maka
bisa dipertimbangkan memberikan asupan nutrisi parenteral.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai