Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

KOLELITIASIS

Oleh:
dr. Brian Umbu Rezi Depamede

PEMBIMBING :
dr. Baiq Yuliana Andriani Putri
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA (PIDI)

ANGKATAN III PERIODE OKTOBER 2019

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM


IDENTITAS PENDERITA

■ Nama : Ny. A
■ Umur : 37 tahun
■ Jenis Kelamin : Perempuan
■ Pekerjaan : IRT
■ Alamat : Pringgasela
■ No. RM : 00143641
■ Tanggal Pemeriksaan : 09 Juli 2020 (19.00)
Anamnesis
■ Keluhan Utama : Nyeri perut kanan atas.
■ Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak ± 3
minggu yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan hilang timbul, mucul
secara tiba-tiba dan menetap dengan intensitas berat selama ± 1-3
jam kemudian menghilang perlahan-lahan, tidak membaik dengan
makan. Nyeri menjalar dari perut kanan atas ke ulu hati, tidak
menjalar ke bahu kanan atau punggung. Keringat dingin menahan
rasa nyeri (+), dan tidak dapat melakukan aktivitas apapun. Nyeri
dirasakan bertambah apabila pasien menarik napas dalam.
Anamnesis
Keluhan batuk (-), pilek (-), demam (-), sesak dan nyeri dada
disangkal. Keluhan mual (+) setiap kali pasien makan, muntah (-).
Nafsu makan menjadi menurun (+), riwayat makan makanan
berlemak (+), tetapi tidak sering. BAK (+) normal, berwarna kuning
jernih, BAB (+) normal, berwarna coklat.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
■ Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
■ Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
■ Riwayat penyakit jantung : disangkal c. Riwayat penyakit jantung : disangkal
■ Riwayat penyakit gula : disangkal d. Riwayat penyakit gula : disangkal
■ Riwayat penyakit asma : disangkal e. Riwayat penyakit asma : disangkal
■ Riwayat penyakit ginjal : disangkal
f. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
■ Riwayat penyakit paru : disangkal
■ Riwayat operasi kista ovarium (+) g. Riwayat alergi : disangkal

h. Riwayat penyakit paru : disangkal


Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Compos Mentis / Gizi overweight/ Sakit Sedang
- Vital Sign
■ Tekanan Darah : 120/70 mmHg
■ Nadi : 80x/menit, reguler
■ RR : 20x/menit
■ Suhu : 36,3ºC
- Antopometri
■ Tinggi Badan : 155 cm
■ Berat Badan : 65 kg
PEMERIKSAAN
FISIK Mata
Eksoptalmus/enoptalmus : (-)
Gerakan : segala arah baik
Kepala Tekanan bola mata : tdk diperiksa
Bentuk : normocephal Kelopak mata : edema palpebra (-)
Ekspresi wajah : lemas Konjungtiva : anemis (-/-)
Simetris wajah : simetris Sklera : ikterus (-/-)
Rambut : hitam Kornea : jernih
Deformitas : tidak ada Pupil : bulat, isokor 2,5 mm/2,5 mm
PEMERIKSAAN FISIK
THT
Telinga : bentuk normal, simetris,
lubang lapang, serumen (-/-)
Hidung : bentuk normal, sekret (-/-)
Bibir : kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Lidah : kotor (-), tidak ada bercak putih,
candidiasis(-), tremor (-)
Leher : simetris, pembesaran KGB tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
Inspeksi Jantung
• Bentuk : simetris
•Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak,
• Sela iga dalam batas normal, retraksi (-)
• Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-) •Palpasi : Iktus cordis tidak teraba.
• Pembuluh darah tidak ada kelainan
•Perkusi : batas jantung kanan ICS IV line
Palpasi
• Nyeri tekan (-) parasternalis dekstra, batas kiri jantung ICS V linea
• Fremitus raba pada hemithoraks dextra dan
midclavicularis sinistra
sinistra normal
Perkusi •Auskultasi : S1/S2 murni reguler, murmur tidak
 Paru kanan : sonor
ada.
 Paru kiri : sonor
 Batas paru-hepar : ICS VI
Batas paru-lambung : ICS VII
Auskultasi
• Bunyi nafas : Vesikuler
• Bunyi tambahan : Ronchi -/- wheezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen Ektremitas

•Inspeksi : distensi abdomen (-) Superior : edema (-), tremor (-), sianosis (-),
akral hangat (+)
•Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Inferior : edema (-), tremor (-), sianosis (-),
•Palpasi : Nyeri tekan (+) di epigatrik dan akral hangat (+)

hipokondrium dextra, Murphy Sign (+), Hepar dan lien


tidak teraba
•Perkusi : Timpani
•Lain–lain : ascites (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin Hasil (09/07/20) Nilai

HGB 13,1 12,0-16,0 g/dL

RBC 4,41 4,20 – 5,40 [106/µL]

WBC 7,62 4,50 – 11,00 [103/ µL]

HCT 38,2 38,0-47,0 [%]

MCV 86,6 80,0 – 100,0 [fL]

MCH 29,7 27,0-31,0 [pg]

MCHC 34,3 32,0-36,0 [g/dL]

PLT 256 150- 440 [103/ µL]


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil (09/07/20) Nilai
Goldar B/Rh (+)

Bil Tot 0,42 1,0 – 1,2 [mg/dl]

Bil Direct 0,10 < 0.20 [mg/ dl]

SGOT 22 < 31 [U/L]

SGPT 25 < 34 [U/L]

Alkali Fosfat 57 42-98 [U/L]

GDS 108 < 170 [mg/dl]

BT 2’30” 1-6 menit

CT 11’30” 6-15 menit


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil

Rontgen Thorax Cor dan pulmo dalam batas normal

EKG Normal Sinus Rhythm


USG Abdomen
- Hepar : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal,
permukaan rata, tidak tampak pelebaran duktus bilier intra dan
ekstra-hepatik. Vaskuler normal. Tidak tampak massa

- GB : dinding tidak menebal, tampak echo batu dengan


diameter 1,5cm

- Pankreas : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal

- Lien : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal

- Kedua ginjal : ukuran dan cortex normal. Pelviocaliceal syste


tidak dilatasi. Tidak tampak batu/massa/kista

- VU : dinding tidak menebal, mukosa reguler, echo batu (-)

Kesan: Cholelithiasis
DIAGNOSIS KERJA

■ Cholelitiasis
Planning
Diagnostik ■ IVFD RL 20 tpm
■ Lab Lengkap ■ Inj. Dopacef 2 gr iv (preop)
■ USG Abdomen
■ Rontgen Thorax Terapi Non- medikamentosa
■ EKG ■ Konsul spesialis bedah: pro
cholesistektomi, tanggal
10/07/2020 pukul 13.00 WITA.
Terapi Medikamentosa
■ Konsul spesialis interna
■ Konsul spesialis anestesi
TINJAUAN PUSTAKA
Kolelithiasis
Definisi
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang
dapat ditemukan di dalam kandung empedu
atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-
duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama
batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung
empedu
Fisiologi

Fungsi kandung empedu, yaitu:


■ Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di
dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu dihasilkan oleh
sel hati.
■ Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin
yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi bilirubin dan dibuang
ke dalam empedu.
Tipe Batu Empedu
1. Batu kolesterol
■ Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50%
kolesterol)
2. Batu pigmen
■ Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis batu empedu yang mengandung < 20%
kolesterol. Jenisnya antara lain:
■ Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk
akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu.

■ Batu pigmen hitam.


Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan
kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi. Batu pigmen hitam adalah tipe
batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis
hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin.
Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas.
3. Batu Campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 50% kolesterol.
Merupakan batu campuran kolesterol yang mengandung kalsium. Batu ini sering ditemukan
hampir sekitar 90 % pada penderita kolelitiasis. batu ini bersifat majemuk, berwarna coklat
tua. Sebagian besar dari batu campuran mempunyai dasar metabolisme yang sama dengan
batu kolesterol
Patogenesis
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap:
(1) pembentukan empedu yang supersaturasi
(2) nukleasi atau pembentukan inti batu
(3) berkembang karena bertambahnya pengendapan.
Gambaran Klinis
■ Batu empedu mungkin tidak menimbulkan gejala selama berpuluh tahun.
■ Gejalan khas: nyeri cenderung hebat, dapat menetap cukup lama, dapat
menjalar ke punggung atau bahu. Mual dan muntah sering kali berkaitan
dengan serangan kolik. Sekali serangan kolik, serangan cenderung makin
meningkat frekuensi dan intensitasnya.
■ Gejala yang lain seperti demam, nyeri seluruh permukaan perut, perut
terasa melilit, perut terasa kembung.
Faktor Resiko

■ Female
■ Fat
■ Fertile
■ Forty
Diagnosis
1. Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan yang mungkin timbul
adalah dispepsia (intoleran terhadap makanan berlemak).
Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau
perikondrium, yang berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam. Nyeri
pada 30% kasus timbul tiba-tiba. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada
waktu menarik nafas dalam.
2. USG atau Pemeriksaan Ultrasonografi
USG ini merupakan pemeriksaan standard, yang sangat baik untuk menegakkan diagnosa Batu
Kantong Empedu. Akurasi dari USG dapat mencapai 95%.
3. CT Scan
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
5. Pemeriksaan laboratorium
Penatalaksanaan
■ Penanggulangan non bedah

1. Disolusi Medis
Disolusi medis sebelumnya harus
2. Endoscopic Retrograde
memenuhi kriteria terapi non 3. Extracorporeal Shock
Cholangio Pancreatography
operatif diantaranya batu Wave Lithotripsy (ESWL)
(ERCP)
kolesterol diameternya <20mm Litotripsi Gelombang
Untuk mengangkat batu saluran
dan batu kurang dari 4 batu, Elektrosyok (ESWL) adalah
empedu dapat dilakukan ERCP
fungsi kandung empedu baik, dan Pemecahan batu dengan
terapeutik dengan melakukan
duktus sistik paten. Agen disolusi gelombang suara. ESWL Sangat
sfingterektomi endoskopik.
yang digunakan ialah asam populer digunakan beberapa
Selanjutnya batu di dalam
ursodioksikolat. Dosis lazim yang tahun yang lalu, analisis biaya
saluran empedu dikeluarkan
digunakan ialah 8-10 mg/kgBB manfaat pada saat ini
dengan basket kawat atau balon
terbagi dalam 2-3 dosis harian memperlihatkan bahwa
ekstraksi melalui muara yang
akan mempercepat disolusi. prosedur ini hanya terbatas pada
sudah besar tersebut menuju
Intervensi ini membutuhkan pasien yang telah benar-benar
lumen duodenum sehingga batu
waktu 6-18 bulan dan berhasil dipertimbangkan untuk
dapat keluar bersama tinja.
bila batu yang terdapat ialah kecil menjalani terapi ini.
dan murni batu kolesterol.
Penatalaksanaan Bedah

2. Kolesistektomi laparoskopik
1. Kolesistektomi terbuka Kandung empedu diangkat melalui selang yang
Operasi ini merupakan standar dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. Indikasi
terbaik untuk penanganan pasien pembedahan batu kandung empedu adalah bila
dengan kolelitiasis simtomatik. simptomatik, adanya keluhan bilier yang mengganggu
Indikasi yang paling umum atau semakin sering atau berat. Indikasi lain adalah yang
untuk kolesistektomi adalah menandakan stadium lanjut, atau kandung empedu
kolik biliaris rekuren, diikuti dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm, sebab
oleh kolesistitis akut. lebih sering menimbulkan kolesistitis akut dibanding
dengan batu yang lebih kecil.
Komplikasi
■ Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu tersumbat oleh batu empedu,
menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.
■ Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang menyebar melalui saluran-
saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi terhalang oleh sebuah batu empedu.
■ Hidrops
Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung empedu. Dalam keadaan ini, tidak
ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi
duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi
bersifat kuratif.
■ Empiema
Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa dan membutuhkan
kolesistektomi darurat segera.
PEMBAHASAN
Kolelithiasis
Diskusi
■ Dalam kasus ini, Ny. A, 37 tahun, didiagnosis dengan kolelitiasis. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis
ditemukan pasien datang dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas sejak 3 minggu
SMRS. Pertama kali pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas, kita dapat
menduga beberapa kondisi yaitu adanya gangguan di hepar, paru – paru atau kandung
empedu. Nyeri yang ditemukan pada pasien serupa dengan nyeri kolik yang timbul pada
pasien dengan kolelitiasis.
Diskusi
■ Umumnya pada kondisi ikterus obstruktif, dapat ditemukan BAB berwarna seperti dempul.
Obstruksi saluran empedu dapat menghambat bilirubin yang memberi warna pada feses
sehingga bila terhambat menyebabkan warna dempul pada feses. Warna BAB yang normal
pada pasien bisa jadi disebabkan obstruksi yang ditimbulkan oleh batu tidak cukup besar dan
tidak terfiksasi sehingga empedu masih bisa mengalir.

■ Pada pasien tidak ada gejala prodromal seperti demam yang biasanya dialami oleh penderita
hepatitis, tidak ada gejala muntah darah, BAB warna hitam, sehingga adanya gangguan pada
hepar dari anamnesis dapat disingkirkan.
Diskusi
■ Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi lebih (overweigth) yang secara epidemiologis
merupakan faktor risiko dari batu empedu. Secara epidemiologi juga menunjukkan bahwa
lebih banyak perempuan yang menderita kolelitiasis, dimana merupakan salah satu factor
resiko pasien tersebut.
Diskusi
■ Selain itu ditemukan nyeri tekan pada kuadran hipokondrium kanan dan epigastrium. Pada
kolelitiasis didapatkan nyeri tekan dengan punktum maksimum di daerah letak anatomis
kandung empedu. Murphy sign ditemukan positif pada pasien ini. Tanda Murphy positif
apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung
empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik
nafas. Dari pemeriksaan fisik hepar dan lien tidak teraba.
Diskusi
■ Pada pemeriksaan rontgen thorax didapatkan gambaran normal dari jantung dan paru.
Kemungkinan adanya gangguan pada paru pada pasien ini dapat disingkirkan. Pada
pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan kolelitiasis.

■ Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini
dapat ditegakkan diagnosis kolelitiasis. Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan berupa
kolesistektomi. Prognosis pada pasien ini ad vitam yaitu bonam, ad functionam dubia ad
bonam, dan ad sanationam dubia ad bonam.
Terima Kasih
Daftar Pustaka
■ Lesmana A., L. 2009. Batu Empedu dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi V. Jakarta : Interna Publishing
■  Jing-Sen Shi,dkk., 2001. Studies on Gallstone in China. World Journal of Gastroenterology. http://www.wjgnet.com.
Akses 5 Juli 2020
■ Richard, S., 2002. Anatomi klinik. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
■ Guyton, H., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
■ Tengadi, K, dkk., 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Bagian III. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
■ Greenberger NJ, Paumgartner G. Diseases of the gallbladder and bile ducts. Dalam: Kasper DL, dkk, penyunting.
Harrison’s principles of internal medicine. Edisi 19. USA: McGraw-Hill Education. 2015. h. 2075-2086.
■ Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
■ Schwartz, dkk., 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
■  Price, S, Lorraine, M., 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Volume 1. Edisi 6. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
■  Hayes, P, Mackay,T., 1997. Diagnosis dan Terapi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
■  Oswari, E., 2006. Penyakit dan Penanggulangannya. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai