Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

EPISTAKSIS ANTERIOR
Oleh:
dr. Brian Umbu Rezi Depamede
 
Pembimbing
dr. Winda Nurhamda
Definisi:
• Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi
akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik).
• Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala suatu
penyakit.
Etiologi
• Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat diketahui
penyebabnya.
• Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung
atau kelainan sistemik.
Kelainan Lokal
• Trauma
• Infeksi lokal
• Tumor
• Kelainan Kongenital
• Pengaruh efek perubahan tekanan udara atau atmosfer
Kelainan Sistemik
• Penyakit kardiovaskuler
• Kelainan darah
• Infeksi sistemik
Sumber Perdarahan
1. Epistaksis anterior
• Merupakan jenis epistaksis yang paling sering dijumpai dan
biasanya dapat berhenti sendiri.
• Perdarahan pada epistaksis anterior bersumber dari pleksus
Kiesselbach (little area).
• Perdarahan juga dapat berasal dari bagian depan konkha
inferior. (Mukosa sangat rapuh)
• Septum nasi anterior inferior berhubungan langsung dengan
udara. (krusta, fisura, retak karena trauma pada pembuluh
darah)
• Trauma pada pembuluh darah. (Ruptur dan perdarahan)
Sumber Perdarahan
2. Epistaksis posterior
• Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina
dan arteri etmoid posterior.
• Pendarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan
sendirinya.
Diagnosis
• Anamnesis: perdarahan berasal dari bagian depan atau
belakang hidung.
• Perhatian dituju pada tempat awal terjadinya perdarahan atau
pada bagian hidung yang terbanyak mengeluarkan darah.
Evaluasi Sumber dan Penyebab Penyakit
• Rinoskopi anterior
• Rinoskopi posterior
• Pengukuran tekanan darah
• Rontgen sinus
• Skrining terhadap koagulopati
• Skrining riwayat penyakit
Tatalaksana
• Perbaiki keadaan umum
• Cari sumber perdarahan
• Hentikan perdarahan
• Untuk epistaksis anterior dengan menggunakan Kauterisasi &
Tampon anterior.
• Untuk epistaksis posterior dengan dilakukan pemasangan
tampon posterior (tampon Bellocq)
Laporan Kasus
• Nama : Ny. S
• Usia : 40 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Status Pernikahan : Menikah
• Agama : Islam
• Pendidikan Terakhir : SMA
• Pekerjaan : IRT
• Alamat : Gebang Barat, Mataram
• Tanggal Pemeriksaan : 20 April 2020 (09.00)
Anamnesis
• Keluhan Utama : Keluar darah dari lubang hidung sebelah kiri.
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke IGD dengan keluhan keluar darah dari lubang
hidung sebelah kiri sejak tadi pagi jam 07.00. Pasien mengeluhkan
darah yang keluar berwarna merah segar, dan keluar terus
menerus. Pasien mengaku tidak pernah mengorek-ngorek
hidungnya. Keluhan batuk (-), pilek (+), hidung tersumbat (+),
riwayat bersin keras (+). Riwayat perdarahan gusi atau perdarahan
pada bagian tubuh lainnya disangkal oleh pasien. Pasien juga
mengeluhkan pusing (+). Tidak ada lemas, mual muntah, makan
minum sehari-hari normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat mimisan sebelumnya (+),
• Riwayat hipertensi (-),
• Riwayat penyakit jantung (-),
• Diabetes mellitus (-),
• Sakit ginjal (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
• Didalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
seperti pasien.
Riwayat alergi
• Pasien tidak ada alergi terhadap makanan ataupun obat-
obatan.

Riwayat Pengobatan :
• Belum pernah berobat atau minum obat untuk mengatasi
keluhannya.
Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda vital:
• TD : 130/90 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Temperatur : 36,8 oC
Rencana Pemeriksaan Penunjang
Usulkan:
• Darah Lengkap
• BT, CT
Diagnosis
• Epistaksis Anterior
Terapi
• Menjaga kestabilan Air way, breathing, circulation.
• Pemasangan tampon anterior
• Asam Tranexamat 2x1
• Amoxicillin 3x1
• Paracetamol 3x1
KIE
• Epistaksis yang terjadi pada pasien akibat trauma pada hidung saat
pasien bersin.
• Jika kambuh lagi maka disarankan pada pasien untuk menekan
cuping hidung beberapa menit menggunakan tangan, atau
memasang tampon anterior untuk menghentikan perdarahannya.
Yang digunakan untuk menjadi tampon dapat berupa kapas atau
kassa bersih.
• Pasien disarankan untuk jangan mengucek-ngucek atau bersin
terlalu keras.
• Diet bebas.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA
Daftar Pustaka
• Mangunkusumo, E. dan Wardani, R. 2007. Perdarahan Hidung dan
Gangguan Penghidu. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal 155-159.
• Ichsan, M. 2001. Penatalaksanaan Epistaksis. Cermin Dunia Kedokteran
No. 132. [Accessed from: http://www.kalbe.co.id/
files/cdk/files/PenatalaksanaanEpistaksis.pdf/]
• Munir, D., Haryono, Y., Rambe, A.Y.M. 2006. Epistaksis. Majalah
Kedokteran Nusantara. Volume 39 No. 3. Library of USU. [Accessed
from: http://repository.usu.ac.id]
• Kucik, CJ. and Clenney, T. 2005. Management of Epistaxis. American
Family Physician, Vol. 71, No. 2. [Accessed from: http://www.aafp.org/]
• Schlosser, RJ. 2009. Epistaxis: Clinical Practice. The New England
Journal of Medicine 360;8. [Accessed from: http://www.nejm.org/]
• Mansjoer A, dkk, 2008. Epistaksis. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1
cetakan 9, Jakarta FKUI. Hal 95-97

Anda mungkin juga menyukai