Anda di halaman 1dari 25

Epistaksis Anterior

et causa Trauma
DANTIKA TOBING 102007206
STEPHANIE CLARA 102010250
WILFRIDUS ERIK EL 102010309
SUGIHARTO SAPUTRA 102011022
MALAURA ELFRIDA 102011108
THERESIA TAMIA 102011211
ALEXANDRO WIYANDA 102011296
KASHWINIY NAIDU 102011437
SKENARIO
pasien yang berusia 24 tahun yang datang
dengan keluhan keluar darah dari hidung
setelah terkena bola 15 menit yang lalu.
Sudah berusaha menghentikan pendarahan
dengan memencet hiduing tetapi tidak
berhenti
Keluar darah hidung kanan, hiperemis
Tidak ada deformitas. TTV normal

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sejak kapan
Sudah dah berapa lama
Ngalir terus atau berhenti

Riwayat Penyakit Sekarang:
Lokasi pendarahan pasien. Kiri/kanan
Apakah darah mengalir ke posterior atau
keluar dari hidung bila pasien duduk tegak?
Lama perdarahan dan frekuensinya
WARNA? Merah atau ada yellowish fluid
Adakah mempunyai riwayat penyakit lain
seperti DM, Hipertensi, penyakit
kardoivaskular, dll.

Pernahkah mempunyai riwayat pendarahan
sebelumnya?
Riwayat gangguan pendarahan dalam keluarga
Adakah sedang menggunakan obat
antikoagulan atau obat lain seperti aspirin
atau warfarin
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: kesadaran, sakit
ringan/sedang/berat?
Tekanan darah: 120/80
Nadi: 18x
Suhu: 36.5

Pemeriksaan hidung
Inspeksi : Bentuk luar ada deviasi atau depresi
tulang hidung. pembengkakan di daerah
hidung dan sinus paranasal.
Palpasi : krepitasi os nasal/ nyeri tekan
Udara melalui kedua lubang hidung lebih
kurang sama? spatula lidah dari metal di
depan kedua lubang hidung dan
membandingkan luas pengembunan udara
P. Sinus paranasal
inspeksi dan palpasi hidung serta pemeriksaan
rinoskopi anterior dan posterior sahaja.
Pada pemeriksaan transluminasi sinus maxilla
dan sinus frontal, dipakai lampu khusus dan
dilakukan dalam ruangan gelap.

Transluminasi sinus maxilla- memasukkan
sumber cahaya ke rongga mulut dan bibir
dikatupkan sehingga tidak kelihatan sumber
cahaya lagi. Setelah beberapa menit, tampak
daerah infraorbita terang seperti bulan sabit.
Untuk pemeriksaan sinus frontal tampak
cahaya terang.

Jika berulang dan sering
Rinoskopi anterior-, mukosa hidung dan septum
nasi, dinding lateral hidung dan konkaf inferior
harus diperiksa
Rinoskopi posterior-penting pada pasien dengan
epistaksis berulang untuk menyingkirkan
neoplasma.
Pengukuran tekanan darah- menyingkirkan
diagnosis hipertensi, karena HPT dapat
menyebabkan epistaksis yang hebat dan sering
berulang.

Pemeriksaan Penunjang
Rontgen sinus- sinus maksila dengan posisi
water,
sinus frontalis dan sinus ethmoid dengan
posisi postero anterior dan
sinus sphenoid posisi lateral.
CT-Scan kompleks osteomeatal
Endoskopi hidung
Screening Koagulopati
waktu protrombin serum,
waktu tromboplastin parsial,
jumlah platelet dan waktu perdarahan
CBC
Penurunan faktor viii
Working diagnosis
EPISTAKSIS ANTERIOR et causa Trauma
Patofisiologi
Pleksus Kiesselbach atau little area terletak
pada diseptum kartilagenous anterior dan
merupakan lokasi yang paling sering terjadi
epistaksis anterior karena sebagian besar
arteri yang memperdarahi septum
beranastomosis di area ini.
ICA + ECA
Epistaksis anterior perdarahan berasal dari
Pleksus Kiesselbach
Epistaksis posterior, perdarahan berasal dari
arteri sfenopalatina dan arteri ethmoidalis
posterior. Epistaksis posterior sering terjadi
pada pasien usia lanjut yang menderita
hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit
kardiovaskuler.
Differential Diagnostic
Epistaksis Posterior
Epistaksis posterior berasal dari arteri
ethmoidalis posterior atau arteri
sfenopalatina. Perdarahan biasanya lebih
hebat dan jarang dapat berhenti sendiri.
Sering ditemukan pada pasien dengan
hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan
penyakit cardiovascular akibat pecahnya arteri
sfenopalatina.
Etiologi
Trauma
Infeksi
Neoplasma
Kelainan kongenital
Sebab-sebab lain termasuk benda asing dan
perforasi septum.
Pengaruh lingkungan.

Kelainan darah misalnya trombositopenia,
hemofilia dan leukemia, ITP
Penyakit kardiovaskuler
Hipertensi
infeksi akut pada demam berdarah
Gangguan endokrin

Epidemiologi
Epistaksis atau pendarahan hidung dilaporkan
timbul pada 60% populasi umum. Puncak
kejadian dari epistaksis didapatkan berupa
dua puncak (bimodal) yaitu pada usia <10
tahun dan > 50 tahun.
Penatalaksanaan
Medica mentosa
Vasokonstriktor topical
Anestesi
Antibiotic
Kauterisasi pembuluh darah


Non medica mentosa
Menghentikan perdarahan.
Mencegah komplikasi.
Mencegah berulangnya epistaksis
ABC
Prognosis
Prognosis bagi epitaksis adalah baik tapi
bergantung pada kondisi dan cara perawatan
pasien.
Menurut para ahli 90% mimisan akan berhenti
sendiri dengan segera, sedangkan yang 10%
memerlukan tindakan khusus.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai