Anda di halaman 1dari 12

EPISTAKSIS

Disusun Oleh:
Ni Ketut Maharani (2065050121)

Pembimbing
dr. Fransciscus Harf Poluan, Sp.THT-KL

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT


Periode 5 Juli-17 Juli 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
DEFINISI
● Epistaksis (epistazo) yang berarti hidung berdarah.
● Epistaksis atau perdarahan dari hidung banyak
dijumpai sehari-hari baik pada anak maupun usia
lanjut.
● Merupakan gejala atau manifestasi penyakit lain.
● Sering dapat berhenti sendiri tanpa memerlukan
bantuan medis.
ETIOLOGI

● Seringkali timbul spontan tanpa dapat diketahui penyebabnya.


● Dapat disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung (trauma,
kelainan anatomi, kelainan pembuluh darah, infeksi lokal, benda
asing, tumor, pengaruh udara lingkungan) atau kelainan sistemik
(penyakit kardiovaskular, kelainan darah, infeksi sistemik,
perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal dan kelainan
kongenital).
KELAINAN LOKAL PADA HIDUNG

● Trauma
• Mengorek hidung, bersin/mengeluarkan ingus terlalu keras, pukul, jatuh, trauma
pembedahan.
● Kelaianan pembuluh darah
• Pembuluh darah lebar, tipis, jaringan ikat dan sel-selnya lebih sedikit.
● Infeksi lokal
• Rhinitis atau sinusitis, tuberkulosis, lupus, sifilis atau lepra.
● Perubahan Udara atau Tekanan Atmosfir
KELAINAN SISTEMIK
● Kelainan Kongenital

• Teleangiektasis hemoragik herediter (hereditary hemorrhagic teleangictasis Osler-Rendu-Weber


disease), Von Willenbrand disease.
● Infeksi Sistemik

• Demam berdarah (dengue hemorrhagic fever), demam tifoid, influensa dan morbili.
● Kelainan darah

• Leukemia, trombositopenia, anemia, hemofilia


● Gangguan Hormonal

• Pada wanita hamil atau menopause


● Tumor

• Hemangioma, karsinoma, angiofibroma.


● Penyakit kardiovaskular

• Hipertensi, arteriosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis atau diabetes melitus.


SUMBER PERDARAHAN
● Epistaksis Anterior
Berasal dari pleksus Kisselbach di septum
bagian anterior atau dari arteri etmoidalis
anterior.
● Epistaksis Posterior
Berasal dari arteri etmoidalis posterior atau
arteri sfenopalatina.
TATALAKSANA
● Prinsip penatalaksanaan epistaksis:
- Perbaiki keadaan umum,

- Cari sumber perdarahan,

- Hentikan perdarahan,

- Cari faktor penyebab untuk mencegah berulangnya perdarahan

● Bila pasien datang dengan epistaksis:


- Perhatikan keadaan umumnya, nadi, pernafasan, tekanan darah,

- Bila ada kelainan, pasang infus,

- Bila jalan nafas tersumbat oleh darah/bekuan darah, dibersihkan atau diisap.
TATALAKSANA
Sumber perdarahan dicari untuk membersihkan hidung dari darah dan atau
bekuan darah dengan bantuan alat penghisap.
Kemudian pasang tampon sederhana (dibasahi dengan adrenalin 1/5000-
1/10000) dan pantocain atau lidocain 2% untuk menghentikan perdarahan dan
mengurangi rasa nyeri, dan dibiarkan selama 10-15 menit.
MENGHENTIKAN PENDARAHAN

● Perdarahan anterior
- Menekan hidung dari luar selama 10-
15 menit.
- Dikaustik dengan larutan Nitras
Argenti (AgNO3).
- Pemasangan tampon anterior
(kapas/kasa diberi vaselin atau salep
antibiotik) selama 2 x 24 jam.
MENGHENTIKAN PENDARAHAN

● Perdarahan posterior
- Lebih sulit ditangani
- Pemasangan Tampon Posterior (Tampon Bullocq)
KOMPLIKASI
● Dapat terjadi aspirasi darah ke dalam saluran napas bawah.
● Syok, anemia, dan gagal ginjal.
● Hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner,
infark miokard hingga kematian.
● Infeksi.
● Rinosinusitis, otitis media, septikemia/toxic shock syndrome.
● Hemotimpanum.
● Laserasi palatum mole.
● Nekrosis mukosa hidung/septum.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai