Pembimbing:
dr. Yunita RMB Sitompul, MKK, Sp.OK
Disusun oleh:
Moh Zainal (2065050006)
Dewa Gde Prema Ananda (2065050064)
Tio Dora Parhusip (2065050108)
Ni Ketut Maharani (2065050121)
Betsyeba Juniarta Sinaga (2065050151)
Penyakit Muskuloskeletal
Musculoskeletal disorder (MSDs) yaitu keluhan
yang terjadi pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang, dari keluhan
ringan sampai berat atau sangat sakit
WHO. Occupational and work-related diseases
Ramdan IW, Laksmono TB. Determinant of Musculosceletal Disorders Complaint on Female Workers. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol
7(4). 2012
● Musculoskeletal disorders (MSD) adalah cedera atau kelainan
pada otot, saraf, tendon, persendian, kartilago, dan discus
intervertebralis.
● Work-related musculoskeletal disorders (WMSD) kondisi di
mana:
1. Lingkungan kerja dan kinerja pekerjaan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap kondisi tersebut; dan / atau
2. Kondisi menjadi lebih buruk atau bertahan lebih lama karena
kondisi kerja
Mayasari D, Saftarina F. Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders. JK Unila. 2016
02
Faktor Risiko
Faktor Risiko
Korhan O, Memon A. Introductory Chapter: Work-Related Musculoskeletal Disorders, Work-related Musculoskeletal Disorders. IntechOpen. 2019.
Faktor Risiko
Faktor Fisik Faktor Psikososial
1. Pekerjaan monoton
1. Postur tubuh yang salah
2. Tekanan waktu
2. Gerakan berulang
3. Beban kerja yang tinggi
3. Durasi
4. Jadwal istirahat kerja yang tidak teratur
4. Frekuensi
5. Kompleksitas tugas
Korhan O, Memon A. Introductory Chapter: Work-Related Musculoskeletal Disorders, Work-related Musculoskeletal Disorders. IntechOpen. 2019.
03
Jenis-jenis Penyakit
Muskuloskeletal Akibat Kerja
● Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan suatu
sindrom klinis yang timbul akibat tertekannya
nervus medianus di dalam carpal tunnel (terowongan
karpal) di pergelangan tangan.
Berhubungan
● Pada beberapa pekerjaan yang menggunakan sikap kerja yang
dengan tidak alamiah seperti tangan fleksi atau ekstensi dalam waktu
Pekerjaan yang lama -> meningkatkan risiko terjadinya CTS karena
pergelangan tangan dipaksa melakukan gerakan yang tidak sesuai
ergonomi, sehingga dapat menghambat aliran darah ke jaringan.
Contoh: pekerja industri, operator komputer
Kusuma IF, Hasan M, Hartanti RI. Pengaruh Posisi Kerja Terhadap Kejadian LBP Pada Pekerja di Kampung Sepatu. 2014
Low Back Pain
● Berkaitan dengan seringnya mengangkat, membawa,
menarik dan mendorong barang berat, sering atau lamanya
membengkokkan badan, membungkuk, duduk atau berdiri
lama atau postur tubuh lain yang tidak natural
● Pendapat lain mengatakan bahwa pada kasus berdiri dalam
jangka yang lama, tubuh hanya bisa mentolerir tetap berdiri
dengan satu posisi hanya selama 20 menit. Jika lebih dari
batas tersebut, perlahan-lahan elastisitas jaringan akan
berkurang dan akhirnya tekanan otot meningkat dan timbul
rasa tidak nyaman pada daerah punggung
Kusuma IF, Hasan M, Hartanti RI. Pengaruh Posisi Kerja Terhadap Kejadian LBP Pada Pekerja di Kampung Sepatu. 2014
● Ankle sprain dapat terjadi karena overstretch pada ligament complex
lateral ankle dengan posisi inversi dan plantar fleksi yang tiba-tiba
terjadi saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai/tanah.
● Gejala berupa nyeri, terutama saat kaki yang terkilir menopang badan.
Pembengkakan, memar, gerak menjadi terbatas
Contoh: pekerja industri retail & manufaktur
Ankle Sprain
4.Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Cahyati, Y. I. (2015, Oktober). Penatalaksaan Fisioterapi Pada Kondisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Pada L5-S1. Kesehatan. 11
5. Bursitis
● Pekerjaan :
Stack T, Ostrom LT, Wilhelmsen CA. Occupational Ergonomics: A Practical Approach Edisi 1. John Wiley dan Sons.New Jersey;
2016.
6. Tension neck syndrome
Stack T, Ostrom LT, Wilhelmsen CA.Occupational Ergonomics: A Practical Approach Edisi 1. John Wiley dan Sons. New Jersey; 2016.
04
Penegakan Diagnosis Penyakit
Muskuloskeletal Akibat Kerja
Penegakan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
Diagnosis penyakit akibat
kerja dilakukan dengan
pendekatan sistematis untuk
mendapatkan informasi yang
diperlukan dalam melakukan
interpretasi secara tepat.
Pendekatan tersebut
dilakukan melalui 7 (tujuh)
langkah diagnosis penyakit
akibat kerja dilakukan
sebagai berikut :
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
Langkah 1. Menegakkan Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan:
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
Langkah 2. Menentukan Pajanan Yang Dialami Pekerja Di Tempat Kerja
Informasi tersebut semakin bernilai, bila ditunjang dengan data yang objektif, seperti
MSDS (Material Safety Data Sheet) dari bahan yang digunakan dan catatan perusahaan
mengenai informasi tersebut diatas.
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
Langkah 3. Menentukan Hubungan Antara Pajanan Dengan Diagnosis
Klinis
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
Langkah 4. Menentukan Besarnya Pajanan
Kualitatif
• Pengamatan cara, proses dan Kuantitatif
lingkungan kerja dengan • Data pengukuran
memperhitungkan lama kerja lingkungan kerja yang
dan masa kerja. dilakukan secara periodik.
• Pemakaian alat pelindung • Data monitoring biologis.
secara benar dan konsisten
untuk mengurangi besar
pajanan.
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
Langkah 5. Menentukan Faktor Individu Yang Berperan
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
Langkah 6. Menentukan Pajanan Di Luar Tempat Kerja
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
Langkah 7. Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
PMK No.56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
05
Tatalaksana
Tatalaksana
Farmakologi
Carpal Tunel Syndrome
• Pemberian obat diuretic, obat anti
inflamaasi non steroid (OAINS),
piridoksin (Vitamin B6) dan
Kortikosteroid, serta pemberian
gabapentin.
• Pemberian Injeksi local kortikosteroid
dan anestesi local pada terowongan
karpal maupun proksimal pada derajat
ringan hingga sedang
Sumber: Carpal Tunnel Syndrome: Diagnosis and Management - American Family Physician (aafp.org)
Low Back Pain
Sumber: Rizki MM et.al. Tatalaksana Medikamentosa pada Low Back Pain Kronis The Therapy of Chronic
Low Back Pain. Med J Lampung Univ. 2020;9:1–7.
Ankle Sprain
Sumber: Young C. Ankle Sprain Clinical Presentation: History, Physical Examination, Staging. Medscape.
2017
Herniated Pulposus
• Pemberian analgesic untuk mengurangi
rasa nyeri dan reaksi inflamasi
ibuprofen 800 mg/ 8 jam atau tramadol
50 mg setiap 4-6 jam
• Pemberian muscle relaxant untuk
mengurangi nyeri pada otot dan
merelaksasi spasme otot -->?
Sumber: Soputan G.E.M et.al. MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3). Jurnal
Ilmiah Media Engineering
Manajemen Risiko Kesehatan Kerja
Sumber: Soputan G.E.M et.al. MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3). Jurnal
Ilmiah Media Engineering
Manajemen Risiko Kesehatan Kerja
- Analisis Kualitatif
- Analisis Kuantitatif
Sumber: Soputan G.E.M et.al. MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3). Jurnal
Ilmiah Media Engineering
Manajemen Risiko Kesehatan Kerja
• Evaluasi
• Pengendalian
Sumber: Soputan G.E.M et.al. MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3). Jurnal
Ilmiah Media Engineering
Manajemen Risiko Kesehatan Kerja
• Evaluasi
• Pengendalian
Sumber: Soputan G.E.M et.al. MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3). Jurnal
Ilmiah Media Engineering
Tatalaksana
Non Farmakologi
(Penyakit Muskuloskeletal Akibat Kerja)
WHO menyatakan bahwa - Ergonomi dianggap tidak
gangguan muskuloskeletal penting bahkan masih
disebabkan oleh kontribusi dari dianggap sebagai
berbagai faktor risiko yang juga pemborosan keuangan.
dapat memperberat gangguan - Peningkatan & pengembagan
ini, yaitu: upaya promosi dan preventif
dalam rangka menekan
- faktor individu
serendah mungkin risiko
- Biomekanik
penyakit yang timbul akibat
- faktor psikososial
pekerjaan atau lingkungan
kerja.
Sumber: M, Diana & S, Fitria. Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders.JK Unila. 2016:
1(2)
2. Force/Beban
Faktor Biomekanik - Cara memindahkan suatu mmaterial ⇒
perhatian terhadap tulang belakang
- Gerakan repetitif ⇒ tidak ada relaksasi
1. Postur Tubuh Saat Bekerja
3. Durasi (Lamanya pajanan ⇒ faktor risiko)
- Posisi netral: posisi anatomis, tidak
terjadi kontraksi otot yang berlebihan - Durasi singkat : < 1 jam/ hari
serta pergeseran atau penekanan - Durasi sedang : 1-2 jam/hari
pada bagian tubuh. - Durasi lama : > 2 jam/hari
Sumber: M, Diana & S, Fitria. Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders.JK Unila. 2016: 1(2)
2. Force/Beban
Faktor Biomekanik - Cara memindahkan suatu mmaterial ⇒
perhatian terhadap tulang belakang
- Gerakan repetitif ⇒ tidak ada relaksasi
1. Postur Tubuh Saat Bekerja
3. Durasi (Lamanya pajanan ⇒ faktor risiko)
- Posisi netral: posisi anatomis, tidak
terjadi kontraksi otot yang berlebihan - Durasi singkat : < 1 jam/ hari
serta pergeseran atau penekanan - Durasi sedang : 1-2 jam/hari
pada bagian tubuh. - Durasi lama : > 2 jam/hari
Sumber: M, Diana & S, Fitria. Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders.JK Unila. 2016: 1(2)
Manual Material Handling