Anda di halaman 1dari 33

Penanganan

Perdarahan Hidung
Oleh:
dr. Marhaban
Tugas Presentasi Divisi Rhinologi

DIVISI RHINOLOGI
BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

SMF THT-KL RSUD dr. Zainal Abidin


Banda Aceh -2017
PENDAHULUAN

• Pernahkah anda mengalami perdarahan hidung?

• Apa yang anda lakukan ketika mengalami atau


melihat orang disekitar anda perdarahan hidung?

• Reaksi orang terhadap perdarahan hidung berbeda-


beda, ada yang merasa khawatir dan ada yang
menganggap itu hal yang biasa. Dalam penanganannya
pun berbeda-beda, ada yang ditengadahkan, ada yang
menjepit hidung, ada yang membebat dengan daun-
daunan dan lain sebagainya.
Apakah hal-hal tersebut sudah benar?
PENDAHULUAN

• Sebenarnya, apa perdarahan hidung?


• Apa penyebabnya?
• Bagaimana terjadinya?
• Bagaimana seharusnya hal dilakukan jika mengalami
atau menemukan kejadian perdarahan hidung?

Berikut akan diuraikan mengenai


penanganan perdarahan hidung.
PENDAHULUAN

• Perdarahan Hidung disebut juga dengan Mimisan,


Dalam Medis disebut Epistaksis :
keluarnya darah dari hidung yang merupakan
gejala atau manifestasi penyakit lain,
penyebabnya bisa lokal atau sistemik

Epistaksis
- Bukan suatu penyakit
- Suatu keluhan atau tanda
- Akibat dari kelainan setempat (lokal)/penyakit sistemik
Epidemiologi
• Jarang terjadi pada bayi
• Epistaksis anterior lebih sering
pada anak-anak & Remaja

• Epistaksis posterior sering pada usia yang lebih tua,


terutama dengan penyakit hipertensi dan arteriosklerosis
ANATOMI VASKULER
HIDUNG

• A. ETMOID ANTERIOR
• A. ETMOID POSTERIOR
A. KAROTIS INTERNA

• A. PALATINA MAYOR
• A. SFENOPALATINA
• A. LABIALIS SUPERIOR

A. KAROTIS EKSTERNA
Klasifikasi
 Epistaksis Anterior
→berasal dari Pleksus
Kiesselbach
- a. labialis superior
- a. palatina mayor
- a. ethmoidalis anterior
- a. spenopalatina

 Epistaksis Posterior
→berasal dari pleksus
woodruff
- arteri sfenopalatina
- arteri etmoid posterior
Epistaksis
anterior

Epistaksis
posterior
Etiologi
Penyebab Lokal Penyebab sistemik
Sering Jarang Sering Jarang
 Trauma wajah  Mukosa kering  Hereditary Hemorrhagic  Tuberkulosis
 Mengorek hidung  Inhalasi kimiawi Telangiectasia (HHT)  Mononukleosis
 Benda asing  Barotrauma  Leukemia  Demam scarlet
 Perforasi septum  Sinusitis  Trombositopenia  Demam
 Deviasi atau spina  Rinitis  Anti platelet (aspirin, reumatik
septum  Lesi metastatik clopidogrel)  Sifilis
 Polip hidung  Angiofibroma  Polisitemia vera  Penyakit hepar
 Tumor sinonasal juvenil  Anemia aplastik  Uremia
 Tumor nasofaring  Iritasi  Hemofilia  ISPA
 Hemangioma lingkungan  Obat antikoagulan
hidung (heparin, warfarin)
 Defisiensi vitamin K
 Penyakit Von
Willebrand
Patofisiologi
Lokal Sistemik

• Bila akibat trauma, ada • Epistaksis spontan, tanpa


pembuluh darah pecah. trauma.
• Gejala atau tanda yang terjadi
• Perdarahan terjadi karena bergantung kelainan atau penyakit
pembuluh darah kurang dapat yang mendasari timbulnya
berkontraksi: epistaksis tersebut.
- pembuluh darah terletak antara • Pasien dengan hipertensi yang
periosteum dan mukosa tipis. lama memiliki kerusakan
- tidak ada bantalan yang pembuluh darah yang kronis. Hal
melindungi pembuluh darah. ini berisiko terjadi epistaksis
terutama pada kenaikan tekanan
darah yang abnormal.
• Hemofilia merupakan keadaan
dimana darah sukar membeku
• Tumor karena terjadinya
kerapuhan pembuluh darah
Gambaran klinis
• Darah menetes atau mengalir
dari lubang hidung depan atau
belakang.
• Muntah darah bila banyak
darah tertelan.
• Bisa spontan.
• Bisa akibat trauma.
• Bila perdarahan berlanjut
penderita menjadi lemah,
pucat, anemis.
• Penderita jatuh syok, nadi
cepat, lemah, tekanan darah
turun.
PENATALAKSANAAN
EPISTAKSIS
3 Prinsip

1. MENGHENTIKAN PERDARAHAN

2. MENCEGAH KOMPLIKASI

3. MENCEGAH BERULANGNYA EPISTAKSIS


1. Menghentikan Perdarahan
Beberapa tindakan untuk menghentikan perdarahan :
A. METODE TROTTER
B. TAMPON KAPAS ADRENALIN 1/100.000 dan LIDOCAIN
2%
C. TAMPON ANTERIOR
D. TAMPON POSTERIOR (BELLOCQ)
E. KAUSTIK (PERAK NITRAS ATAU TRICHLOR ACETIC ACID)
ATAU ELEKTROKAUTER
F. USAHA PALING AKHIR : LIGASI VASKULER.
METODE TROTTER
Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan
vaskular berkurang dan mudah membatukkan
darah dari tenggorokan. Epistaksis anterior yang
ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara
menekan cuping hidung selama 5-10 menit.
Pemasangan tampon Anterior & Posterior
Persiapan Alat dan Bahan
INSTRUMENT BAHAN
1. Lampu kepala 1. Lar.Adrenalin
2. Spekulum hidung 1:100.000
3. Pinset bayonet 2. Lar. Procain 2 %
4. Ujung suction 3.Trichlor acetic acid
5. Suction pump 4.Tampon vaselin
6. Penekan lidah 5. Kapas tampon
7. Arteri klem 6.Tampon bellocq
8. Kateter nelaton 7. Benang (silk 0-1)
8. Kain kasa
9. Plester
10. Handscoon
Tampon gulung / kapas
vaselin-salap
Murah
Abrasi/laserasi mukosa waktu memasang &
mengangkat
Tidak nyaman
Tampon anterior
Merocel (kapas spons)
Merocel (kapas spons)
Tampon Posterior
Ikat tampon dan tarik Letakkan tampon di nasofaring
Tampon posterior
Tampon posterior
Teknik Kauterisasi Pleksus Kiesselbach
Teknik Kauterisasi Pleksus Kiesselbach
Penatalaksanaan Bedah
LIGASI VASKULER

“ untuk mencegah waktu perawatan yang lama dan


meningkatkan daya tahan pasien.”

• Tentukan lokasi perdarahan


• Tentukan arteri yang diligasi
• Ligasi
• Skin graft
Kauter / ligasi A. Sfenopalatina
• Kauterisasi / Ligasi
• Ujung terdistal suplai
pembuluh darah rongga
hidung
Menurunkan tekanan &
aliran drh mel arteri &
cabang anastomosis
• Teknik lebih mudah
OBAT-OBATAN
1. ANTIBOTIKA 3. SIMPTOMATIK
Karena tampon Untuk menenangkan
dianggap benda asing pasien atau mengurangi
dan dapat mengundang rasa nyeri
infeksi.

2. HEMOSTATIKA 4. KAUSATIF
Untuk menghentikan Untuk menurunkan
perdarahan. tekanan darah pada yang
disebabkan hipertensi.
2. Mencegah Komplikasi
AKIBAT PERDARAHAN: AKIBAT PASANG TAMPON:
1.SYOK 1.TIMBUL SINUSITIS
2.ANEMIA 2.TIMBUL OMA
3.ASPIRASI DARAH 3.HEMOTIMPANUM
4.GAGAL GINJAL 4.AIR MATA DARAH (BLOODY TEARS)
5.TENSI TURUN 5.SEPTIKEMIA
MENIMBULKAN ISKEMIA 6.LASERASI MUKOSA HIDUNG (AKIBAT
OTAK, INSUFISIENSI KORONER, TAMPON ANTERIOR)
INFARK MIOKARD. 7.LASERASI SUDUT BIBIR, PALATUM
MOLLE, ALA NASI (AKI BAT TAMPON
BELLOCQ)
3. Mencegah Epistaksis Berulang
• Sesuai dengan ETIOLOGI
• Mencegah REKURENSI
– Krim AB
– Kontrol hipertensi
– Rujukan dini ke Hematologi
– Terapi bedah spesifik: Septoplasti,
Dermoplasti, Ekstirpasi tumor
KESIMPULAN
 Epistaksis adalah keadaan keluarnya darah dari
hidung. Epistaksis ini bukan merupakan suatu
penyakit, melainkan suatu keluhan atau tanda, yang
merupakan akibat dari kelainan setempat atau
penyakit umum.
 Epistaksis dibagi atas epistaksis anterior yang sering
terjadi pada anak-anak dan remaja serta epistaksis
posterior yang sering terjadi pada laki-laki berusia 50
an dengan penyakit hipertensi dan arteriosklerosis.
• Penyebab epistaksis dapat lokal dan sistemik
Prinsip pentalaksanaan epistaksis adalah perhatikan
ABC, memperbaiki keadaan umum, mencari sumber
perdarahan, menghentikan perdarahan serta mencari
faktor penyebab untuk mencegah berulangnya
perdarahan.
• Pentalaksanaan epistaksis yang dapat dilakukan
adalah:
– memencet hidung
– memasang tampon anterior dan posterior
– kauterisasi
– teknik bedah
SARAN
• Epistaksis termasuk kedaruratan medis dibidang THT
yang dapat berakibat fatal, diharapkan setiap dokter
memiliki kemampuan dasar dalam pertolongan
pertama terhadap pasien.
• Untuk penatalaksanaan yang tepat diperlukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat dalam
menetukan penyebab epistaksis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai