0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
204 tayangan36 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Epistaksis adalah pendarahan dari rongga hidung yang dapat berasal dari depan (anterior) atau belakang (posterior) hidung.
2. Diagnosis epistaksis didasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan fisik dan penunjang.
3. Penatalaksanaan epistaksis ringan meliputi kauterisasi atau ligasi pembuluh darah, sedangkan epistaksis berat dapat memerlukan ligasi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Epistaksis adalah pendarahan dari rongga hidung yang dapat berasal dari depan (anterior) atau belakang (posterior) hidung.
2. Diagnosis epistaksis didasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan fisik dan penunjang.
3. Penatalaksanaan epistaksis ringan meliputi kauterisasi atau ligasi pembuluh darah, sedangkan epistaksis berat dapat memerlukan ligasi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Epistaksis adalah pendarahan dari rongga hidung yang dapat berasal dari depan (anterior) atau belakang (posterior) hidung.
2. Diagnosis epistaksis didasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan fisik dan penunjang.
3. Penatalaksanaan epistaksis ringan meliputi kauterisasi atau ligasi pembuluh darah, sedangkan epistaksis berat dapat memerlukan ligasi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto, Semarang Definisi Epistaksis (mimisan) adalah pendarahan akut dari rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis anterior bisa berasal dari Pleksus Kiesselbach atau dari A. ethmoidalis anterior. Epistaksis posterior berasal dari A. sfenopalatina atau A. etmoidalis posterior. Anatomi Hidung : Bagian Luar
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan
tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil, yaitu: yaitu M. nasalis pars transversa dan M. nasalis pars allaris. Suplai darah: cabang-cabang A. facialis dan anastomosisnya dengan A. infraorbitalis dan A.supraorbitalis serta A. supratrochlearis. Persarafan: cabang-cabang terminal N. trigeminus, yakni N. infratrochlearis, N. nasalis externus (cabang ethmoidalis anterior N. V1), dan N. infraorbitalis. Anatomi Hidung : Bagian Dalam
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding,
yaitu dinding medial (septum nasi), dinding lateral (4 buah konka), dinding inferior (dasar rongga hidung yang dibentuk os maksila dan os palatum), dan dinding superior (dibentuk oleh lamina kribiformis). Suplai darah: 1. Bagian atas rongga hidung: A. etmoid anterior dan posterior 2.Bagian bawah rongga hidung: A. palatina mayor dan A. sfenopalatina 3.Bagian depan septum: Pleksus Kiesselbach. 4.Dinding lateral rongga hidung: A. ethmoidales dan cabang nasal lateral r. sphenopalatinus A. maxillaris interna.
Persarafan: Fungsi penghidu oleh N. olfaktorius
dan sensasi hidung oleh cabang pertama dan kedua N. trigeminus. Mukosa hidung: Mukosa pernafasan (pada sebagian besar rongga hidung, dilapisi epitel torak berlapis semu, bersilia, dan terdapat sel sel goblet) dan mukosa penghidu (atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum, dilapisi epitel torak berlapis semu, dan tidak bersilia. Anatomi Nasofaring Ukuran melintang 4 cm, tinggi 4 cm, dan depan belakang 2 3 cm. Batas-batas nasofaring, yaitu: 1.Anterior : koana oleh vomer dibagi atas koana kanan dan koana kiri 2.Posterior : vertebra servikalis I dan II, dipisahkan oleh fascia prevertebra dan M.capitis longus dan M. cervicis dan mukosa lanjutan dari mukosa atas 3.Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia 4.Inferior : palatum molle 5.Lateral : lamina medialis processus pterygoidei, berhubungan dengan ruang telinga tengah melalui tuba Eustachius. Bangunan-bangunan yang penting pada nasofaring, yaitu: 1.Adenoid (Tonsil Faringeal /Tonsil Lushka) 2.Fossa Nasofaring (Forniks Nasofaring) 3.Ostium Tuba Eustachius 4.Torus Tubarius 5.Resesus Faring (Fosa Rosenmuller) 6.Isthmus nasofaring Suplai darah : cabang A. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) serta dari cabang A. maksila interna, yaitu cabang palatina superior. Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif yang dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glossofaring, dan serabut simpatis. Cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-caang untuk otot-otot faring, kecuali M.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh cabang N. glosofaring. Epidemiologi Epistaksis dilaporkan timbul pada 60% populasi umum. Epistaksis jarang ditemukan pada bayi, sering pada anak, agak jarang pada orang dewasa muda, dan lebih banyak lagi pada orang dewasa lanjut. Puncak kejadian dari epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu pada usia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50 tahun. Etiologi : Faktor Lokal Trauma Deviasi Septum Benda asing Reaksi inflamasi lokal pada hidung dan sinus paranasal Neoplasma Perubahan suhu atau tekanan atmosfir Etiologi : Faktor Sistemik Kelainan kongenital : Teleangiektasis hemoragik herediter, Von Willenbrand disease Kelainan darah : leukimia, trombositopenia, hemofilia Penyakit kardiovaskular : hipertensi, arteriosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis, diabetes mellitus Infeksi sistemik : DBD, demam tifoid, influenza, dan morbili yang disertai epistaksis. Gangguan hormonal : pada wanita hamil atau menopause karena pengaruh perubahan hormonal. Patofisiologi
Epistaksis anterior bagian depan hidung
dengan asal perdarahan dari Pleksus Kiesselbach yang letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma ringan pada pembuluh darah ruptur perdarahan ke luar hidung. Hal ini terutama terjadi pada membran mukosa yang sudah terlebih dahulu mengalami inflamasi akibat dari infeksi saluran pernafasan atas, alergi, atau sinusitis. Epistaksis posterior rongga hidung posterior melalui cabang A. sfenopalatina dan A. etmoidalis posterior. Epistaksis posterior menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas seperti mual, muntah darah, batuk darah, anemia, dan melibatkan pembuluh darah besar perdarahan lebih hebat jarang berhenti spontan. Gejala Klinik Epistaksis ringan : berasal dari bagian anterior hidung, keluar darah dalam jumlah yang sedikit dan biasanya dapat berhenti sendiri. Epistaksis berat : berasal dari bagian posterior hidung, banyak kehilangan darah, tekanan darah turun, takikardi, takipneau, serta dapat menyebabkan terjadinya iskemia serebri, insufisiensi koroner, infark miokard, bahkan kematian jika tidak cepat ditolong. Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Anamnesis Lokasi perdarahan? Darah mengalir ke luar hidung atau ke dalam tenggorakan, tertelan, dan muntah darah bila pasien duduk tegak? Lama perdarahan? Faktor pencetus terjadinya perdarahan? Perkiraan volume darah yang keluar? Usaha pengobatan sebelumnya? Pertama kali dirasakan atau pernah sebelumnya? Riwayat dalam keluarga dengan keluhan serupa atau riwayat gangguan perdarahan lainnya? Riwayat pengobatan sebelumnya, seperti pemakaian antikoagulan, OAINS, dan obat kimia toksik? Menderita trauma hidung, hipertensi, diabetes mellitus, gagal ginjal, atau penyakit genetika? Pemeriksaan Fisik Rinoskopi Anterior Rinoskopi Posterior Nasolaringoskopi Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : darah tepi lengkap,
fungsi hemostatis, uji faal hati, dan uji faal ginjal. EKG Pemeriksaan Radiologi : CT scan dan MRI. Penatalaksanaan Perdarahan Anterior Aktif Minor Epistaksis Minor Berulang Pembuluh darah yang menonjol melewati septum anterior anestesi lokal dan agen vasokonstriktor, misalnya larutan kokain 4% atau xilokain dengan epinefrin kauterisasi dengan larutan asam trikloroasetat 50% pada pembuluh darah tersebut. Jika pembuluh darah menonjol pada kedua sisi septum tidak mengkauter daerah yang sama pada kedua sisi. Sekalipun menggunakan zat kauterisasi dengan penetrasi rendah, namun daerah permukaan yang dicakup kauterisasi harus dibatasi. Perdarahan Posterior Aktif Ligasi Pembuluh Spesifik Ligasi Arteri Karotis Eksterna Insisi melintang atau memanjang sepanjang batas anterior M. sternokleidomastoideus setinggi tulang hioid M. platisma diangkat, dapat dikenali batas anterior M. sternokleidomastoideus diseksi hati-hati dapat dikenali selubung karotis, vena jugularis, dan N. vagus diseksi lebih lanjut visualisasi bulbus karotis ligasi dengan ikatan memakai benang sutera di atas percabangan arteri lingualis. Ligasi Arteri Maksilaris Interna Insisi Cadwell dari garis tengah hingga daerah gigi molar atas kedua mukoperiosteum diangkat dari dinding anterior sinus maksilaris sisa dinding anterior diangkat sambil menjaga N.infraorbitalis dinding sinus posterior yang bertulang diangkat lubang ke dalam fosa pterigomaksilaris diperbesar pembuluh darah diidentifikasi dan klip logam dipasang pada arteri maksilaris interna, sfenopalatina dan palatine desendens luka ditutup dan tampon hidung posterior diangkat. Ligasi Arteri Etmoidalis Anterior Insisi melengkung memanjang pada hidung di antara dorsum dan daerah kantus media periosteum diangkat dengan hati-hati dan ligamentum kantus media dikenali Arteri etmoidalis anterior (terletak pada sutura pemisah tulang frontal dengan tulang etmoidalis) dijepit dengan suatu klip hemostatik atau suatu ligasi tunggal. Karena terletak dekat dengan saraf optikus, maka pembuluh etmoidalis harus dicapai dengan retraksi bola mata yang sangat hati-hati. Epistaksis Berkaitan dengan Trauma Hidung
Berlangsung singkat, dan berhenti spontan.
Adakalanya epistaksis dapat berulang kembali beberapa jam kemudian. Epistaksis dapat berulang setelah beberapa hari pada fraktur yang tidak direduksi saat pembengkakan mulai berkurang. Terapi terbaik pada keadaan demikian adalah reduksi segera fraktur hidung. Kegagalan mengatasi perdarahan setelah reduksi fraktur mungkin memerlukan prosedur ligasi. Epistaksis Berkaitan dengan Kelainan Perdarahan Spesifik
Dermoplasti septum pengangkatan mukosa
septum nasi anterior, dasar hidung, dan bagian anterior konka inferior dengan hati-hati, dan penggantian mukosa dengan cangkok kulit ketebalan paruh biasanya hanya pada satu sisi namun dapat diulangi pada sisi satunya. Meskipun tindakan ini menyebabkan pembentukan krusta dalam hidung, namun agaknya perlu dilakukan pada pasien-pasien yang telah mendapat transfusi berulang. Epistaksis pada Penderita Leukemia
Karena infeksi berat lebih mudah terjadi pada
pasien-pasien ini, maka pemakaian lama tampon hidung anterior dan posterior harus dihindari. Meskipun kurang dapat diandalkan, mula-mula dapat dicoba preparat thrombin atau hemostatik topikal, seperti kapas Oxycel atau Gelfoam. Antibiotik sistemik perlu diberikan bahkan pada pemasangan tampon anterior dari kasa. Komplikasi Perdarahan yang hebat aspirasi darah ke dalam saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia, dan gagal ginjal. Turunnya tekanan darah mendadak hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner, infark miokard kematian. Tampon anterior rinosinusitis, otitis media, septikemia, atau toxic shock syndrome. Tampon Bellocq laserasi palatum mole atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat dilekatkan pada pipi. Tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras nekrosis mukosa hidung atau septum. Ligasi transantral arteri maxillaris interna risiko anestesi, rinosinusitis, fistula oroantral, rasa tidak nyaman di infraorbital, trauma pada gigi Ligasi transoral arteri maxillaris interna risiko anestesi, trismus, parestesia lidah Ligasi arteri ethmoid anterior atau posterior risiko anestesi, rhinosinusitis, trauma duktus lakrimalis, dan kebutaan. Pencegahan Jangan mengorek hidung atau mengeluarkan lendir dari hidung terlalu keras. Menggunakan semprot hidung berisi saline (over the counter), vaseline, atau petroleum jelly sebelum tidur Menghindari trauma pada wajah Menggunakan masker untuk menghindari menghirup zat-zat kimia secara langsung Hindari asap rokok karena asap dapat mengeringkan dan mengiritasi mukosa Jika menderita alergi, berikan obat antialergi untuk mengurangi gatal pada hidung Stop pemakaian aspirin karena akan memudahkan terjadinya mimisan dan membuat mimisan berkepanjangan Prognosis Dubia ad bonam Terima Kasih Presentasi Referat 15 Juli 2013