Anda di halaman 1dari 24

dr. Amanukarti Resi Oetomo, Sp.

PD
 Onset dapat berjalan lambat atau mendadak
(akut - < 4-6 minggu)
 Riwayat perjalanan penyakit 1 – 3 minggu
dengan gejala awal : terasa lemah, tidak
nafsu makan, penurunan berat badan, batuk
kering, keringat malam, demam intermitten
bisa disertai menggigil dengan suhu tubuh
mencapai ≥ 39,4oC
 Batuk berdahak dalam jumlah yang banyak
 Setelah beberapa hari dahak dapat menjadi
purulen dan bisa mengandung darah
 Sputum berbau amis dan berwarna anchovy
menunjukkan penyebabnya bakteri anaerob
dan disebut dengan putrid abscesess
 Nyeri dada dapat menunjukkan keterlibatan
pleura
 Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
 Suhu badan yang meningkat sampai 40oC
 Nyeri tekan lokal pada paru
 Perkusi terdengar redup dengan suara nafas
bronkial
 Clubbing Finger
 Bila terjadi empiema (bila abses pecah) dapat
ditemukan :
 Pergerakan dinding dada tertinggal pada daerah lesi
 Vokal fremitus menghilang
 Perkusi redup/pekak
 Bunyi nafas menghilang
 Terdapat pendorongan mediastinum
 Rawat inap
 Istirahat yang cukup
 Berbaring posisi tredelenburg
 Diet tinggi kalori tinggi protein
 Pemberian Antibiotik yang adekuat
 Tindakan operatif
 Klindamisin 3 x 600 mg IV, kemudian 4 x 300
mg oral/hari
 Alternatif : Penisillin G 2 – 10 Juta unit/hari,
dilanjutkan oral dengan 4 x 500-750 mg/hari
(sering resisten ↑↑↑)
 AB parenteral diganti ke oral bila pasien
tidak demam dan keadaan umum membaik
 Terapi AB dapat disesuaikan dengan hasil
biakan sputum atau darah (kultur (-) berikan
terapi empirik)
 Abses paru yang tidak mengalami perbaikan
 Terjadi komplikasi : empiema, hemoptisis
masif, fistula bronkopleura
 Pengobatan penyakit yang mendasari :
karsinoma obstruksi primer/metastasis,
pengeluaran benda asing, bronkiektasis,
gangguan motilitas gastroesofageal,
malformasi atau kelainan kongenital
 Abses paru yang drainase kurang baik, bisa
mengalami ruptur ke segmen lain
 Ruptur ke rongga pleura dapat menjadi
empiema
 Dapat terjadi abses otak, hemoptisi masif,
ruptur pleura visceral sehingga terjadi
piopneumothoraks dan vistula bronkopleura
 Abses paru kronik (>6 minggu) dapat
menyebabkan anemia, malnutrisi, gangguan
cairan dan elektrolit serta gagal jantung
 Tergantung dari :
 Keadaan umum pasien
 Letak abses
 Luas kerusakan paru yang terjadi
 Respon terhadap pengobatan
 Angka mortalitas pasien abses paru anaerob
pada era antibiotik < 10%,
 10-15% membutuhkan operasi,
 penyembuhan mencapai 90-95%
 Faktor yang membuat prognosis jelek :
 Kavitas > 6 cm
 Penyakit dasar yang berat
 Status immunocompromised
 Umur yang sangat tua
 Empiema
 Nekrosis paru yang progresif
 Lesi obstruktif
 Abses yang disebabkan bakteri aerobik
 Abses yang belum mendapat pengobatan dalam
jangka waktu yang lama

Anda mungkin juga menyukai