I.
KETERANGAN UMUM
- Nama
: Ny.H
- Jenis Kelamin
: Perempuan
- Usia
: 28 Tahun
- Alamat
: Kp. Cibungur RT 001/006 Nangger
pagerageung.Tasikmalaya
- Agama
: Islam
- Status
: Menikah
- Pekerjaan
: Ibu Rumah tangga
- Penghasilan
: Cukup
- Pendidikan terkhir
: SMP
- Tanggal Pemeriksaan : 16-9-2015
II.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Suara serak
III.
PEMERIKSAAN FISIK
- Status generalis
o Keadaan Umum : tampak sakit ringan
o Kesadaran
: compos mentis
o Vital Sign
:
- TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 68x/menit
o Kepala
o Leher
o
o
o
o
-
: Normochepali
: DBN
Thorax
Abdomen
Ekstrremitas
Neurologi
Status lokalis
o Telinga
Bagian
Preauricula
Auricula
Retroauricula
Canalis
Acusticus
Eksternus
Kelainan
Kelainan
Radang dan tumor
Trauma
Kelainan
Radang dan tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Kelainan kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
Massa
Kolesteatoma
Membran
Timpani
Warna
Auris
Dekstra
DBN
Terdapat
serumen
Keruh
Sinistra
DBN
Terdapat
serumen
Keruh
Intak
2
Intak
Cahaya
(+)
(+)
Tidak ada
Tidak ada
Tes Pendengaran
Pemeriksaan
Auris
Tes Rinne
Tes Webber
Dekstra
Sinistra
(+)
(+)
Tidak ada lateralisasi
Kesan:
Telinga kanan dan kiri dalam batas normal
o Hidung
Pemeriksaan
Keadaan luar
Rhinoskopi
Anterior
Rhinoskopi
Posterior
Nares
Dekstra
Kering
Merah muda
DBN
DBN
DBN
DBN
Sinistra
Kering
Merah muda
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
-
Sulit dinilai
o Tenggorok
Bagian
Mulut
Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi Geligi
Keterangan
Bibir basah
DBN
DBN
87654321
12345678
DBN
Tonsil
Faring
Laring
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta
Dentritus
Perlengketan
Mukosa
Granulasi
Post nasal drip
Epiglottis
Kartilago aritenoid
DBN
DBN
-
Bintik-Bintik
putih
T1
Tidak melebar
DBN
DBN
Bintik-Bintik
putih
T1
Tidak melebar
DBN
DBN
MOBILE
MOBILE
Plika ariepiglotika
DBN
Plika vestibularis
Plika vokalis
Rima glottis
Trakea
DBN
IV.
RESUME
a. Anamnesis
RPS
Telinga
Hidung,
Mulut
Tenggorok,
Leher
(-)
(-)
RPD
- Hearing Loss ( -)
- Tinitus ( - )
- Vertigo ( + )
- Otalgia ( - )
- Otorea ( - )
- Serumen (+)ADS
sedikit
Epistaksis (-)
Sumbatan ( -)
Rhinorea ( - )
Bersin ( - )
Nyeri daerah
muka dan kepala ( - )
nosmia/Hiposmia ( - )
- sesak napas( + )
- Rasa mengganjal di
tenggorok ( + )
- Odinofagia ( + )
- Disfagia ( + )
- Afoni/Disfoni ( + )
- Halitosis ( - )
- Terdapat bintik-bintik
putih di tonsil
- (+) Pembesaran KGB
- Plika
vestibularisTerdapat
nodul-nodul berwarna
putih
- Plika vokalisTerdapat
nodul-nodul berwarna
putih
b. Pemeriksaan Fisik
- Status generalis :
o KU
: Baik
-
V.
Status lokalis :
o ADS : serumen ADS sedikit
o CN
: mukosa kering
o NPOP : Terdapat bintik-bintik putih di tonsil
o MF
: DBN
o Leher : (+) Pembesaran KGB
DIAGNOSIS BANDING
- Laringitis TB + Serumen ADS
- Laringitis Kronik + Serumen ADS
VI.
DIAGNOSIS KERJA
- Laryngitis TB+ Serumen ADS
VII.
USULAN PEMERIKSAAN
Untuk evaluasi :
- Foto Rongent Thoraks PA
- Pemeriksaan LAB
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Umum :
- Istirahat yang cukup
- Ekstraksi serumen AD
- Menjaga higenitas hidup
- Jangan membuang ludah sembarangan
b. Medikamentosa :
- Pengobatan dengan OAT
6
IX.
Isoniazid
4-6 mg/KgBB
Rifampisin
8-12 mg/KgBB
Pirazinami
20-30 mg/KgBB
Streptomisin
15-18 mg/KgBB
Etambutol
15-20 mg/KgBB
Ambroxol tab 3x1
PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
b. Quo ad functional
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis.Infeksi ini biasanya mengenai paru-paru (TB
pulmoner) tetapi dapat juga mengenai organ selain paru-paru (TB
extrapulmoner).Pada TB ekstrapulmonal, organ yang terlibat diantaranya,
kelenjar getah bening, otak, tulang temporal, rongga sinonasal, hidung, mata,
faring, kelenjar liur, dan termasuk salah satunya adalah laring.
TB laring atau dikenal sebagai laringitis TB jarang bersifat primer tanpa
disertai kelainan paru dan terjadi karena komplikasi suatu TB paru stadium
lanjut ataupun dengan lesi minimal.Pada pertengahan tahun 1900, TB laring
memiliki prevalensi yang cukup tinggi di dunia dan 37% merupakan
penderita yang disertai TB paru dengan prognosis yang buruk. Dahulu TB
laring terjadi pada kelompok usia muda, namun sekarang terjadi pada usia 5060 tahun dimana laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan
perbandingan 2:1.
Diagnosis TB laring dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan laboratorium, radiologis, bakteriologis, histopatologis,
serta pemeriksaan serologis seperti Polimerase Chain Reaction (PCR) dapat
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan
beberapa diagnosis banding.Namun pemeriksaan yang menjadi standar baku
emas untuk diagnosis pasti suatu laringitis TB adalah biopsi laring.
Semenjak tahun 1950-an angka TB dapat ditekan dengan pemakaian Obat
Anti Tuberkulosis (OAT), penggabungan metode deteksi serta pencegahan
secara dini, perubahan gaya hidup, dan edukasi, sehingga dapat menekan
penyebaran infeksi ke ekstra pulmonal dan ke lingkungan sekitar. Dua dekade
terakhir terjadi peningkatan insiden TB laring yang disebabkan peningkatan
penyakit imunosupresif, faktor usia, meningkatnya jumlah imigran dari
daerah resiko tinggi TB, dan terjadinya resistensi terhadap OAT.
BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Laring
2.1.1 Anatomi Laring
Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian
atas.Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas
lebih besar daripada bagian bawah.Laring terletak di bagian anterior leher
setinggi corpus vertebrae cervicales III-VI.Laring menghubungkan bagian
inferior faring dengan trakea.Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan
batas bawahnya ialah batas kaudal cartilago cricoid.Kerangka laring terdiri
dari dari satu tulang, yaitu os hyoid dan sembilan tulang rawan yang
berhubungan melalui ligamentum dan membrana.
Os hyoid terletak pada bagian superior laring dan berbentuk U. Pada
permukaan superior os hyoid melekat tendon dan otot-otot lidah, mandibula,
dan kranium. Pada bagian bawah os hyoid terdapat dua buah alae atau sayap
cartilago tiroid yang menggantung pada ligamentum tiroid dan akan menyatu
di bagian tengah yang disebut dengan Adams Apple (jakun). Dari sembilan
tulang rawan terdapat tiga yang tunggal, yaitu:
a. Cartilago thyroidea
Merupakan cartilago terbesar dari tulang-tulang rawan laring.Bagian dua
pertiga cartilago thyroidea berupa lembar-lembar yang bersatu di bidang
median untuk membentuk prominentia laryngea (Adams apple).Tepat di atas
prominentia laryngea (Adams apple), kedua lembar berpisah untuk
membentuk incisura thyroidea yang berbentuk V. Tepi posterior masingmasing lembar (lamina) menonjol ke atas sebagai cornu superior dan ke
bawah sebagai cornu inferior.Tepi superior dan kedua cornu superior cartilago
thyroidea dihubungkan dengan os hyoideum oleh membrana
thyrohyoidea.Bagian median membrana tyrohyoidea ini yang lebih tebal,
dikenal sebagai ligamentum thyrohyoideum medianum, bagian-bagian lateral
yang menebal adalah ligamentum thyrohyoideum laterale yang dapat
mengandung beberapa cartilagines triticeae yang menyerupai butir-butir
gandum dan membantu menutup lubang laring sewaktu menelan. Cornu
inferior bersendi dengan permukaan lateral cartilago cricoidea pada
articulatio cricothyroidea. Gerak-gerak utama pada kedua sendi ini adalah
rotasi dan gerak luncur cartilago thyroidea yang menghasilkan perubahan
ukuran panjang plica vokalis.
b. Cartilago cricoidea
Berbentuk seperti cincin stempel yang tangkainya menghadap ke depan.
Bagian posterior (stempel) cartilago cricoidea adalah lempengnya, dan bagian
anterior (tangkai) membentuk lengkungnya.Meskipun cartilago ini jauh lebih
kecil daripada cartilago thyroidea, tulang rawan ini lebih tebal dan lebih
kuat.Cartilago cricoidea dihubungkan pada tepi bawah cartilago thyroidea
Cavitas infraglottica, yakni cavitas laryngis inferior yang meluas dari plica
vocalis ke tepi inferior cartilago cricoidea.
Otot-otot laring.Otot-otot laring dapat dibedakan menjadi kelompok otot
ekstrinsik dan kelompok otot intrinsik.Otot-otot ekstrinsik menggerakkan
laring sebagai kesatuan.Musculi infrahyoidei berfungsi sebagai otot-otot
depresor os hyoideum dan laring, sedangkan musculi suprahyoidei dan
musculus stylopharyngeus berfungsi sebagai elevator os hyoideum dan
laring.Otot-otot intrinsik mengadakan gerak pada bagian laring, mengubah
panjang dan ketegangan plica vocalis, serta luas dan bentuk rima
glotis.Semua otot intrinsik laring kecuali satu, dipersarafi oleh N. Laryngeus
rekuren (cabang N. X); musculus cricothyroideus dipersarafi oleh N.
Laryngeus internus.
Saraf-saraf laring.Saraf-saraf laring berasal dari nervus vagus melalui ramus
internus dan ramus eksternus nervus laryngeus superior dan nervus laryngeus
rekuren.Nevus laryngeus superior dilepaskan dari pertengahan ganglion
inferius cabang nervus vagus yang terletak pada ujung superior trigonum
caroticum. Saraf ini berakhir menjadi dua cabang di dalam sarung karotis
(carotid sheath): nervus laryngeus internus (sensoris dan otonom) dan nervus
laryngeus eksternus (motoris). Nervus laryngeus internus menembus
membrana thyrohyoidea bersama arteri laryngea superior dan mengantar
serabut sensoris kepada membrana mukosa laring yang terdapat superior dari
plica vocalis. Nervus laryngeus eksternus menurun di belakang musculus
sternothyroideus bersama arteri thyroidea superior.Mula-mula letaknya pada
musculus constrictor pharyngis inferior dan kemudian menembus otot ini dan
mempersarafinya serta juga musculus cricothyroideus.
Nervus laryngeus rekuren mempersarafi semua otot intrinsik kecuali
musculus cricothyroideus.Nervus ini membawa serabut sensoris kepada
membran mukosa laring inferior dan plica vocalis.Bagian akhirnya, yakni
nervus laryngeus inferior memasuki laring dengan melintas di sebelah dalam
tepi inferior musculus constrictor pharyngis inferior.Saraf ini terpecah
menjadi ramus anterior dan ramus posterior yang mengiringi arteri laryngea
inferior ke dalam laryng.
Vaskularisasi laring.Laring mendapat pasokan darah dari cabang-cabang
arteri thyroidea superior dan arteri thyroidea inferior. Arteri laryngea superior
mengiringi ramus internus nervi laryngealis superior melalui membran
thyrohyoidea dan kemudian bercabang-cabang untuk mengantar darah kepada
permukaan dalam laring. Arteri laryngea inferior mengiringi nervus laryngeus
inferior dan memasok darah kepada membran mukosa dan otot-otot di aspek
inferior laring.
Vena-vena laring mengikuti arteri-arteri laring.Vena laryngea superior bersatu
dengan vena thyroidea superior lalu bermuara ke dalam vena jugularis
11
12
13
14
15
virulensi dan jumlah kuman dalam tubuh serta daya tahan tubuh manusia itu
sendiri.
Bebeberapa teori yang menyebabkan terjadinya kontaminasi laring oleh
kuman Mycobacterium tubeculosa, diantaranya:
1. Teori bronkogenik
Dimana laring mengalami infeksi melalui kontak langsung dari sekret atau
sputum yang kaya kuman Mycobacterium tubeculosa, baik pada cabang
bronkus atau pada mukosa laring. Dengan kata lain laring mengalami
gangguan seiring dengan kelainan yang terjadi di paru. Suatu penelitian
melaporkan lokasi lesi pada laring paling sering terjadi pada bagian posterior
laring berupa edema, granuloma, hiperplasia reaktif, ulserasi, dan tuberkel
epiteloid.
2. Teori hematogenik
Pada teori ini kelainan hanya terjadi di laring dan tidak memperlihatkan
kelainan pada paru.Kuman Mycobacterium tubeculosa menyebar melalui
darah dan sistim limfatik, dan beberapa penelitian membuktikan lesi pada
laring paling sering ditemukan pada epiglotis dan bagian anterior laring
berupa edema polipoid, hiperplasia, dan ulserasi minimal.
Infeksi awal pada subepitelial berupa gambaran fase inflamasi akut difus
seperti hiperemis, edema, dan infiltrasi sel-sel eksudat.Kemudian
terbentuknya granuloma tuberkel yang avaskuler pada jaringan submukosa
dengan daerah perkijuan yang dikelilingi sel epiteloid pada bagian tengah dan
sel mononukleus pada bagian perifer.Tuberkel yang berdekatan bersatu
hingga mukosa di atasnya meregang atau pecah dan terjadi ulserasi.
Ulkus yang timbul membesar, biasanya dangkal dan ditutupi oleh perkijuan
dan dirasakan nyeri oleh penderita, dan bila ulkus semakin dalam akan
mengenai cartilago laring sehingga terjadi perikondritis atau kondritis
terutama cartilago aritenoid dan epiglotis. Kerusakan tulang rawan yang
terjadi mengakibatkan terbentuknya nanah yang berbau dan selanjutnya akan
terbentuk sekuester. Pada stadium ini keadaan penderita sangat buruk dan
dapat berakibat fatal.
2.3.4 Gejala Klinis
Secara klinis, laringitis TB terdiri atas 4 stadium, yaitu:
1. Stadium inflitrasi
Yang pertama-tama mengalami pembengkakan dan hiperemis ialah mukosa
laring bagian posterior.Kadang-kadang pita suara terkena juga.Pada stadium
ini mukosa laring berwarna pucat.Kemudian di daerah sub-mukosa terbentuk
tuberkel, sehingga mukosa tidak rata, tampak bintik-bintik yang berwarna
kebiruan.Tuberkel itu makin membesar, serta beberapa tuberkel yang
berdekatan bersatu, sehingga mukosa di atasnya meregang. Pada suatu saat,
karena sangat meregang, maka akan pecah dan timbul ulkus.
16
bertahan maka proses berlanjut dan masuk dalam stadium terakhir yaitu
stadium fibrotuberkulosis.
4. Stadium fibrotuberkulosis
Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita
suara dan subglotik.
laring berupa ulkus yang multipel dan tersebar, serta lesi hipertrofi pada
laring.
Kelainan laring pada penderita TB laring menunjukkan gambaran lesi putih
pada mukosa (38,5%), terdapat ulkus (13,50%), massa granulomatosa
(13,50%), peradangan nonspesifik (26,9%), terdapatnya semua gambaran
klinis (53,8%), dan tidak ada pergerakan pita suara (11,5%). Pada kasus tidak
terdapat pergerakan pita suara yang terjadi bilateral diperlukan tindakan
trakeostomi untuk mengatasi obstruksi jalan nafas atas.
Pemeriksaan radiologi.Gambaran radiologi berupa infiltrasi pada daerah
apikal, lesi fibrokalsifikasi, terdapat kavitas, adanya gambaran granulomanodular, atau terdapat gambaran opak pada lapangan paru.
Pemeriksaan
bakteriologis.Pemeriksaan
bakteriologis
merupakan
pemeriksaan untuk diagnosis pasti TB, namun tidak semua penderita TB
mempunyai pemeriksaan bakteriologis positif.Bilasan bronkus, jaringan paru,
cairan pleura, cairan serebrospinal, urin, feses, dan jaringan biopsi dapat
digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis dengan menggunakan pewarnaan
Ziehl Nielsen, selain pemeriksaan pada sputum.
Pemeriksaan biakan kuman.Biakan kuman Mycobacterium tubeculosa
pada sputum memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan. Hasil positif pada biakan kuman penderita TB memiliki tingkat
keakuratan yang cukup tinggi 84,6%.
Pemeriksaan histopatologi. Biopsi laring menjadi standar baku emas pada
TB laring ataupun keganasan laring, walaupun pemeriksaan sputum dan
rontgen toraks sudah cukup membantu. Gambaran mikroskopis pada TB
memperlihatkan suatu kelompok sel epitel numerous dan sel Giant Langhans
multipel dengan menggunakan pewarnaan HE, sedangkan basil tahan asam
akan terlihat dengan pewarnaan Ziehl Nielsen. Pemeriksaan uji tuberkulin
kurang berarti sebagai alat bantu diagnostik. Dasar dari pemeriksaan ini
adalah timbulnya reaksi hipersensitifitas terhadap tuberkuloprotein akibat
terjadinya suatu proses infeksi di dalam tubuh.
Pada TB laring yang disertai pembesaran kelenjar getah bening, dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi biopsi aspirasi jarum halus.
2.3.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
b. Gejala dan pemeriksaan klinis
c. Laboratorium
d. Foto rontgen thoraks
e. Laringoskopi langsung/tak langsung
f. Pemeriksaan patologi anatomi
2.3.7 Diagnosa Banding
19
20
Tabel 1. Dosis dan efek samping dari obat anti tuberkulosis lini pertama
Nama
Obat
Dosis
Harian
Efek Samping
Isoniazid
4-6
mg/kgBB
(max.
300
mg)
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisi
n
Etambutol
8-12
mg/kgBB
(max
600
mg)
20-30
mg/kgBB
15-18 mg/kg
15-20 mg/kg
2.3.9 Komplikasi
Komplikasi penyebaran kuman Mycobacterium tubeculosa secara limfogen
atau hematogen dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya
komplikasi akibat meluasnya penyebaran fokus primer ke bagian tubuh lain.
Komplikasi di paru dapat berupa kelainan paru yang luas, kavitas, efusi
pleura, empiema, endobronkitis, atelektasis, penyebaran milier, dan
bronkiektasis.
Selain komplikasi yang terjadi di paru, komplikasi di laring dapat terjadi,
diantaranya stenosis laring, fiksasi dari krikoaritenoid akibat fibrosis,
subglotis stenosis, gangguan otot laring, dan pararalisis pita suara ketika
krikoaritenoid atau nervus laringeal rekuren mengalami trauma dan
memerlukan tindakan bedah untuk menanggulanginya.
21
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya mengenai paru-paru (TB
pulmoner) tetapi dapat juga mengenai organ selain paru-paru (TB
extrapulmoner) diantaranya, kelenjar getah bening, otak, tulang temporal,
rongga sinonasal, hidung, mata, faring, kelenjar liur, dan termasuk salah
satunya adalah laring.
Gejala klinis yang muncul pada psien laringitis TB dapat berupa suara serak,
yang diikuti nyeri menelan dan sukar menelan, pada beberapa kasus disertai
batuk dan stridor yang disebabkan obstruksi jalan nafas akibat lesi yang
hipertrofi atau fiksasi dari krikoaritenoid.
Diagnosis laringitis TB dapat ditegakkan berdasarkan, anamnesis, gejala dan
pemeriksaan klinis, laboratorium, foto rontgen thoraks, laringoskopi
langsung/tak langsung, serta pemeriksaan patologi anatomi.
Prinsip pengobatan TB ekstrapulmonal tidaklah berbeda dengan TB
pulmonal, termasuk pengobatan untuk TB laring.Evaluasi keteraturan berobat
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan TB.
22