Anda di halaman 1dari 73

Kelainan-Kelainan pada Hidung

DISUSUN OLEH:

DINDA HANIFAH
100100182
KELAINAN HIDUNG LUAR
VESTIBULITIS
Definisi
 Infeksi pada kulit vestibulum nasi

Etiologi
 Staphylococcus aureus  menginvasi
 Akibat iritasi sekret hidung
 Misal : rinitis – sinusitis – benda asing – trauma

Gejala
 Hiperemis  indurasi  fluktuasi

Terapi
 Antibiotik Topikal – Antibiotik Oral (k/p),analgetik
NASAL VESTIBULITIS
FURUNKEL VESTIBULUM NASI
 Definisi
-  Infeksi akut – kel. Sebaceus - folikel rambut pada
vestibulum nasi
 Etiologi
-  Staphylococcus aureus & streptococcus

-  Faktor predisposisi
 Trauma berulang – diabetik – usia tua

-  Gejala
 Nyeri & kemerahan pada hidung

 Diagnosa
-  Hiperemis – indurasi – udem  fluktuasi
BENDA ASING DI HIDUNG
 Umumnya pada anak

 Sering asimptomatis

 Dapat disertai rinolith

Etiologi :
 Hidup  larva lalat (“myasis nasi”) lintah /pacat
 Mati  manik, kapur barus, busa, setip, kancing,
biji-bijian, daun dll.

Gejala :
Hidung tersumbat
Rinorea unilateral dengan sekret kental dan berbau
Kadang-kadang nyeri, demam, epistaksis & bersin.
Diagnosa :
Rinoskopi anterior  Corpus alienum (+).
Pemeriksaan:
Edema  inflamasi mukosa hidung unilateral dan ulserasi
Terapi :
 Ekstraksi dgn : forcep hidung – alligator.
 Instrumen bersudut.
 Corpus : bulat  jangan dgn pinset !
 Corpus : binatang hidup  matikan dahulu
 Dengan minyak – parafin – alkohol
 Antibiotik
 Tetes hidung
RINOLITH
Definisi
 Suatu massa “calcareous” di hidung orang dewasa akibat
endapan garam calsium atau magnesium dari sekret
hidung

Etiologi
 Garam terbentuk tanpa asal atau sekitar corpus hidung.

Gejala
 Sama dengan corpus hidung, dgn sekret hidung dan
hidung tersumbat.
Diagnosa
 Massa keras kecoklatan, bentuk “mulberry”.

Terapi
 Ekstraksi seperti corpus hidung kalau besar 
pecahkan dulu  ekstraksi

RINOLITH
Penyakit Rongga Hidung / Cavum Nasi
Rhinitis

Akut Kronis

Common Cold
Non Alergi Alergi
Etiologi
Diketahui
Etiologi Tidak
- Bakteri,
- Jamur Diketahui
Infeksi - Imunodefisiensi
- Sindrom silia immotil
- Cystic fibrosis
Kelainan - Kehamilan
Metabolik - Hipertiroid Sindrom Tidak Diketahui
Etiologinya
- Peny.
- Sarkoidosis
Granulomatosa - Wegner Rinitis Non Alergi Eosinofilia
- Lupus
Vaskulitis - Sjogrn
- NSAID Rinitis Atrofi (Ozaena)
Drug Induced - Nasal dekongestan
- Betabloker optalmik Rinitis Vasomotor
Neoplasma - Oral kontraseptif

Kelainan Anatomi
RHINITIS

ALERGIC RHINITIS NON ALERGIC RHINITIS

HORMONAL
RHINITIS
SEASONAL
ALERGIC
RHINITIS DRUG INDUCED
RHINITIS

PERENNIAL
ALERGIC IRITATIVE TOXIC
RHINITIS RHINITIS

Bailey, BJ, 2006 IDIOPATHIC


(VASOMOTOR) RHINITIS
RINITIS AKUT
Radang akut mukosa hidung :
 Infeksi virus atau bakteri

Sering ditemukan

Merupakan manifestasi dari :


 Common cold
 Influenza
 Peny. Eksantem : morbili, variola, varisela, pertusis
 Penyakit spesifik
 Sekunder : iritasi lokal atau trauma
RINITIS SIMPLEKS
(Pilek, selesma, common cold, coryza)

Etiologi :
 Virus  sering : Rhinovirus
Sangat menular
Faktor predisposisi :
 Yang lain : MyxoV.,V. Coxsackie & V. Echo
 Iklim dan lingkungan , kelelahan dan stres
 Imun sistem  AIDS, obat-obat imunosupresif
 Gejala akibat tidak adanya kekebalan atau
menurunnya daya tahan tubuh.
 Gejala
1. Fase prodmoral (beberapa jam)
Malaise, nyeri kepala, myalgia , hilang nafsu makan,
hidung gatal, bersin
2. Fase katarhalis
Hidung sumbat, sekret encer, demam, gangguan
penciuman.
3. Fase mukosa
Mukosa hidung  merah – membengkak
Infeksi Bakteri :sekret  kental (mukopurulent)
Infeksi meluas ke faring, telinga tengah dan tonsil 
Gejala berkurang setelah 5-10 hari
RINITIS INFLUENZA
RINITIS EKSANTEMATOUS

Etiologi: Virus

Terjadi sebelum tanda karakteristik atau

Skin rash muncul

Disertai infeksi sekunder


RINITIS BAKTERI

• Sulit dibedakan dari Common Cold


• Sekunder infeksi dari rinitis viral
• Terapi: -antibiotik oral -
-simptomatik

-
RINITIS IRITAN
• Etiologi :Debu, chemical fumes, asap tembakau
• Gejala : sekret  encer & bersin
• Terapi: antihistamin
-

-
RINITIS KRONIS
Merupakan radang kronis mukosa hidung

Biasanya : rhinitis akut yang tidak sembuh

Etiologi : Loka obstruksi hidung oleh karena septum deviasi,


konka hipertropi, corpus alienum
Sekitar adenoid-tonsil-sinus
Umum alergi,daya tahan tubuh menurun, perubahan
udara menyebabkan iritasi

Rinitis kronis : rinitis hipertrofi,rinitis sika,rinitis vasomotor,


rinitis medikamentosa,rinitis spesifik
RINITIS HIPERTROFI
Hipertrofi  perubahan mukosa hidung pada konka.
inferior  proses inflamasi kronis → infeksi bakteri
primer atau sekunder
- Konka inferior hipertrofi → lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor

GEJALA: - Hidung tersumbat


- - Nyeri kepala
- Gangguan tidur
- Sekret → banyak, dan mukopurulen
PEMERIKSAAN:

 Konka hipertrofi → terutama konka inferior,


permukaan berbenjol-benjol karena mukosa
hipertrofi → akibatnya pasase udara dalam
rongga hdiung menjadi sempit
Sekret: mukopurulen, banyak dianatara konka
inferior, septum dan dasar rongga hidung
RINITIS SIKA (SICCA)

MUKOSA HIDUNG KERING

• Terutama pada : SEPTUM (BAG. DEPAN)


- • Konka inferior (UJUNG DEPAN)
• KRUSTA ± / -

GEJALA:

• IRITASI ATAU HIDUNG KERING


• EPISTAKSIS (KADANG-KADANG)
TERUTAMA PADA :
Orang tua
Bekerja pd. Lingk. Berdebu, panas dan
Kering, juga pada penderita anemia,
Peminum alkohol dan gizi buruk
TERAPI
Kausal : misal : Penyakit sistemik
Tetes hidung : (x)
Lokal : cuci hidung
Iodine oral  merangsang sekresi mukus
RINITIS VASOMOTOR

•Idiopatik
•Etiologi ?
- Ketidak seimbangan impuls saraf otonom di mukosa
hidung
- Rangsang saraf sensoris meningkat
- Trauma
- Faktor pencetus : asap, bau menyengat, minuman
beralkohol,udara dingin, perubahan suhu,stress,emosi.
RINITIS SPESIFIK

INFEKSI SPESIFIK ANTARA LAIN :

• RINITIS DIFTERI
• RINITIS ATROFI
• RINITIS SIFILIS
• RINITIS TBC
• RINITIS JAMUR
RINITIS DIFTERI : DIFTERI HIDUNG
• ETIOLOGI : CORYNEBACTERIUM DIPHTERIAE

• PRIMER PADA HIDUNG ATAU SEKUNDER DARI TENGGOROK

• DAPAT AKUT ATAU KRONIK

• PRIMER PADA HIDUNG ATAU SEKUNDER DARI TENGGOROK

• RIWAYAT IMUNISASI YANG TIDAK LENGKAP

• PRIMER PADA HIDUNG ATAU SEKUNDER DARI TENGGOROK

• TU : PADA ANAK
•Demam
•Toksemia
GEJALA •Lypmhadenitis
Akut
•Paralisis otot
pernapasan (+/-)
•Ingus bercampur
darah 
pseudomembran yang
mudah berdarah
•Krusta coklat di nares
anterior dan rongga
hidung

Kronik
Gejala lebih ringan
mungkin sembuh sendiri  dapat
menular
RINITIS ATROFI (OZAENA)

Atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka


Wanita >>, usia dewasa mudatasi lingkungan yang jelek, sosio ekonimi
yang rendah, dan sani
KERING – KRUSTA  PASASE TERGANGGU

• MUKOSA HIDUNG : SEKRET KENTAL & CEPAT


KLINIS : MENGERING  KRUSTA BERBAU BUSUK KARENA
INF.EKSI BACTERIGRAM(-): OZAENA
RINITIS TUBERKULOSA
 Infeksi tuberkulosa ekstra purmoner

 Tuberkulosis pada hidung  bentuk noduler atau ulkus,


t.U. Tulang rawan septum  perforasi
 Gejala & pemeriksaan klinis :
 Sekret mukopurulen dan krusta
 Hidung tersumbat

 BTA (+) pada sekret hidung

 Histopatologi : sel datia langhans dan limfositosis

 Pengobatan : anti tuberkulosis dan cuci hidung


RINITIS JAMUR
 Invasif & non invasif
 Non Invasif
 ≈ Rinolith dengan inflamasi mukosa yang lebih
berat
 Fungus ball
 Dekstruksi kartilago dan tulang tidak dijumpai
 Invasif  hifa jamur pada lamina propria invasi jamur submukosa 
perforasi septum / hidung pelana
 Etiologi  berdasarkan pemeriksaan histopatologi, pemerksaan
sediaan langsung atau kultur jamur : aspergillus, candida, histoplasma
, fussarium dan mucor
Pemeriksaan :
 Sekret mukopurulen
 Ulkus atau perforasi septum
 Jaringan nekrotik berwarna kehitaman (black eschar)
Terapi :
 NON INVASIF : Mengangkat seluruh bola jamur
Obat jamur sistemik maupun topikal tidak
diperlukan
 INVASIF : Mengeradikasi agen penyebabnya dengan
pemberian antijamur oral dan topikal
Pengolesan Gentian violet
Debridement seluruh jaringan nekrotik,
bila nekrotik luas  rekonstruksi
 Cuci Hidung dan pembersihan hidung secara rutin 
Mengangkat krusta
AVIAN INFLUENZA
Human Avian Influenza A
influenza (H5N1)

Kelompok • Dapat mengenai • mengenai anak-


umur semua umur anak dan dewasa
muda
• Paling sering pada
anak berumur < 5 • Paling sering pada
tahun penderita < 40
tahun
• Komplikasi paling
sering dijumpai pada
penderita >65 tahun
dan yang menderta
penyakit kronis
Masa • Mean: 2 hari • Mean : 2 – 5 hari
inkubasi
• Range: 1 – 4 days •Range : ≤7 hari
PENATALAKSANAAN

 Obat Antiviral

 Simptomatis
PENYAKIT KONGENITAL HIDUNG

Glioma

Nasal
Dermoids

Encephaloceles
Nasal dermoid
 Istilah nasal dermoid biasanya digunakan untuk
menggambarkan jenis-jenis anomaly dari sistem jaringan
pendek epithelium pada nasal dorsum hingga sistem-sistem
yang meluas dari kulit dorsal melewati septum ke dura
 Massa pada dorsum hidung atau intranasal
 Terdapat lubang atau saluran sinus yang terbuka pada dorsum
nasal
 Rambut disekitar lubang
 Pus dan material sebacea
GLIOMAS
 Massa yang keras dan tidak berdenyut

 Terdapat di dorsum nasal dan atau berkembang dari dinding lateral


hidung

 Terdapat teleangiektasis dengan kulit sekitar

 Tidak membesar dengan kompresi bliateral vena jugularis interna (


furstenberg test )
ENCHEPALOCELE
 sebagai perluasan nasal dan atau sebagai massa yang biru,
berdenyut, padat, dekat nasal bridge dengan transilluminasi

 Membesar jika menangis atau dengan kompresi bilateral vena


jugularis interna

 Dapat sebagai pembesaran massa dari cribiform plate


POLIP HIDUNG

 Massa lunak yang mengandung


banyak cairan didalam rongga hidung
 Putih keabu – abuan, mengkilat

inflamasi mukosa
ETIOLOGI

 Belum diketahui dengan pasti


 Diduga:
- Reaksi hipersensitif / alergi inflamasi
- Peranan infeksi mukosa
Makroskopis
 Massa bertangkai, permukaan licin,
bulat atau lonjong
 Putih keabu – abuan, bening
 Tunggal atau multipel
 Tidak terasa sakit bila ditekan / ditusuk
peradangan / iritasi kronis :
kemerah – merahan
Gejala klinis :
 Hidung tersumbat >>>
 Rinore
 Hiposmia / anosmia
 Nyeri pada hidung
 Sakit kepala  sinusitis
(+)
 Snoring
 Rinolalia
PEMERIKSAAN FISIK

a) Rinoskopi Anterior
dilihat massa polip dalam kavum nasi
berbentuk bulat atau lonjong bewarna putih
keabu-abuan atau kekuning-kuningan, agak
bening, bertangkai berasal dari dinding lateral
hidung.

b) Rinoskopi Posterior
Terutama untuk melihat polip antrokoanal
dimana ditemukan polip yang menonjol
di koana dan nasofaring.
SEPTUM DEVIASI

 Lurus  tengah
 Ringan  keluhan ( - )

 Berat  sumbatan

 >> Tipe Leptorrhine

 Hipertrofi konka

kompensatoir
BENTUK - BENTUK DEFORMITAS

1. DEVIASI :
- bentuk huruf C atau S
- biasanya melibatkan bagian kartilago
maupun tulang

2. DISLOKASI
 bag. bawah kartilago keluar dari krista
maksila  rongga hidung
3. PENONJOLAN TLG / TLG RAWAN :
 Krista : - memanjang dari ant. ke post.
- antara os vomer & lamina
perpendikularis os etmoid

Spina : sangat runcing dan pipih

4. SINEKIA
 apabila deviasi, krista atau spina bertemu
dengan konka didepannya
spina

deviasi kaudal konka media


deviasi septum
HEMATOMA SEPTUM

TRAUMA  p. darah sub mukosa pecah 


darah terkumpul diantara perikondium dan
kondrium septum  HEMATOMA

Fx tlg rawan  darah masuk ke sisi lain


 HEMATOMA SEPTUM BILATERAL
GEJALA KLINIS :

 Sumbatan hidung
 Nyeri
 Rinoskopi anterior :
 pembengkakan unilateral / bilateral pada
bagian anterior septum
 bentuk bulat, licin , warna hiperemis
 dpt meluas sampai dinding lateral hidung
 obstruksi total
KOMPLIKASI :
- abses septum
- hidung pelana ( saddle nose )

hematoma septum
ABSES SEPTUM

Trauma  hematoma  infeksi sekunder



ABSES

GEJALA KLINIS :
- hidung tersumbat progresif
- nyeri yang hebat
- demam dan sakit kepala
PERFORASI SEPTUM
 kerusakan pada mukosa di kedua sisi septum
 lubang pada septum
ETIOLOGI :
A. CONGENITAL  jarang
B. ACQUIRED  sering
- TRAUMA : surgical, “nose picking”, kauterisasi
- INFLAMASI KRONIS : TBC, sifilis, lepra,
Wegener’s granulomatosis, SLE
- POISONS : industri, kokain, kortikosteroid topikal
- MALIGNANT DISEASE : malignant tumours
malignant granuloma
- IDIOPATIK
GEJALA KLINIS :
- Asimptomatis  pemeriksaan rutin
- Krusta dgn sedikit perdarahan
- Perforasi ant. & kecil  peluit pada insp.
( “WHISTLING NOISE” )
- Perforasi besar  tlg dan tlg rawan hilang
 “SADDLE NOSE”
EPISTAKSIS
 Perdarahan melalui hidung yang berasal dari rongga
hidung atau daerah sekitarnya
 Keluhan : ringan  berat

 90 % berhenti spontan

 Bukan penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan


 Diagnosis : mudah  95 % dari anterior rongga
hidung
 Penatalaksanaan bergantung lokasi & berat ringannya
ETIOLOGI
I.LOKAL

A. KONGENITAL :
Hereditary Haemorrhagic Telangiectasia ( OSLER’S DISEASE)

B. ACQUIRED :
1. TRAUMA
membuang ingus kuat –kuat, bersin, korek hidung, korpus
alienum, fraktur hidung /SPN / basis kranii, post op. hidung
iritasi zat – zat kimia.

2. INFEKSI
Hidung : rinitis akut dan kronis
SPN : sinusitis
Granuloma spesifik : SLE, Lepra, Sifilis.

3. NEOPLASMA :
hemangioma, karsinoma, angiofibroma

4. IDIOPATIK
Plexus Kiesselbach
Rinosinusitis

 Definisi : radang mukosa hidung dan

sinus paranasal

 Multi sinusitis : peradangan beberapa sinus

 Hemi sinusitis : peradangan satu sisi sinus

 Pan sinusitis : peradangan semua sinus


Rinosinusitis akut

 Etiologi : Rinitis akut


Faringitis, adenoiditis & tonsilitis
Karies dentis
Berenang / menyelam
Trauma
Barotrauma
Rinosinusitis akut
 Faktor predisposisi :
- obstruksi mekanis : septum deviasi, korpus
alienum
dan tumor
- obstruksi ostium : rinitis kronis & rinitis alergi
- perubahan mukosa dan silia :
polusi, udara dingin dan
kering
Rinosinusitis akut

 Gejala klinik:
- Demam, sakit kepala
- Ingus kental (bau), dahak (post nasal drip)
- Hidung tumpat
- Nyeri pada lokasi sinus yang dikenai
- Nyeri alih
Rinosinusitis akut

 Gejala klinik rinosinusitis maksila akut:


- Nyeri pada kelopak mata bawah & gigi
- Nyeri alih : dahi & depan telinga

 Gejala klinis rinosinusitis etmoid akut:


- Nyeri pada pangkal hidung, kantus media
belakang
bola mata bila mata digerakkan
- Nyeri alih : pelipis
 Gejala klinis rinosinusitis frontal akut :
- nyeri pada dahi ( vacum headache ) / seluruh
kepala,
membungkuk  nyeri >>
- nyeri alih : pelipis

 Gejala rinosinusitis sfenoid akut :


- nyeri alih pada vertex, oksipital, bola mata,
mastoid
- vertigo
Rinosinusitis akut
 Pemeriksaan klinis
Pembengkakan:
- Pipi & kelopak mata bawah  s. maksila
- Dahi & kelopak mata atas  s. frontal
 Pemeriksaan rinoskopi anterior
Pus : meatus media  s. maksila, s. frontal,
s. etmoid anterior
meatus superior  s.etmoid posterior
s. sfenoid
 Pemeriksaan rinoskopi posterior  post nasal drip
Rinosinusitis kronis
 Infeksi sinus menahun ( >3 bln )
 Etiologi : - rinosinusitis akut tidak sembuh
sempurna
- rinosinusitis akut berulang
 Perubahan mukosa:
Atrofi
Hipertrofi sukar sembuh
Granulasi  dengan
Fibrosis medikamentosa
Silia
Rinosinusitis kronis

 Gejala:
Hidung  sekret, tersumbat & bau
Nasofaring  post nasal drip
Faring  batuk, rasa tidak nyaman
Telinga  pendengaran berkurang
( sumbatan tuba
Eutachius )
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai