Anda di halaman 1dari 39

REFERAT

RHINORRHEA
NUR INDAH FEBRIANA
1710221052

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT –KL
RSUP PERSAHABATAN
Rhinorrhea
• ‘Rhinos’ yang berarti hidung dan ‘rrhea’ yang berarti
cairan.

• Rinorrhea dapat didefinisikan sebagai keluarnya cairan


dari hidung atau sering disebut pilek.

• Sering muncul dari alergi atau penyakit tertentu dan


menjadi gejala umum dalam demam atau common cold.

• Cairan yang keluar dapat berwarna jernih, hijau ataupun


coklat.
Patofisiologi
• Secara histologis, mukosa hidung dilapisi dengan epitel
berlapis semu yang bersilia dan mengandung sel goblet
serta kelenjar serosa dan mukosa.
• Apabila terjadi peradangan, akan terjadi hipersekresi
dan kerja silia terganggu.
• Pada fraktur basis cranii akan terjadi bocornya cairan
serebrospinal yang akan mengalir ke hidung
Klasifikasi

• Alergi • Non Infeksi dan Non


– Rhinitis Alergi alergi
– Sinusitis – Rhinitis Vasomotor
– Rhinitis
• Infeksi Medikamentosa
– Penyebab: – Rhinitis Hipertrofi
• Bakteri – Rhinitis ec cairan
serebrospinal
• Virus
• Jamur
– Rhinosinusitis
Anatomi
Vaskularisasi Hidung
Cabang a.karotis eksterna :
 a. sfenopalatina
 a. palatina desendens
 a. labialis superior
Cabang a. karotis interna :
 a. etmoidalis anterior
 a. etmoidalis posterior
Histologi
Mukosa pernafasan (respiratorius)  epitel
torak berlapis semu + silia + sel goblet

• Rongga hidung
Mukosa penghidu (olfaktorius)  epitel torak
tidak bersemu tidak bersilia

• Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka


superior, dan sepertiga atas septum.

• Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel
basal dan sel reseptor penghidu
Histologi
• Dalam keadaan normal, mukosa respiratori berwarna merah muda
dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket)
pada permukaannya dan daerah mukosa penghidu berwarna coklat
kekuningan.

• Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal
dan kadang-kadang terjadi metaplasia, menjadi sel epitel skuamosa.

• Di bawah epitel terdapat tunika propria yang mengandung


pembuluh darah, kelenjar mukosa dan jaringan limfoid.
Rhinitis Virus
• Etiologi
– Rhinovirus
– Myxovirus
– Virus Coxsackie
– Virus ECHO
• Gejala Klinis
– Hidung kering, panas dan gatal
– Bersin berulang
– Hidung tersumbat
– Ingus encer apabila kental sudah terjadi infeksi sekunder oleh bakteri
– Demam
– Nyeri kepala
• Penatalaksanaan
– istirahat
– obat simtomatis
– antibiotik jika terinfeksi skunder bakteri
PEMBEDA BAKTERI
Rinitis difteri Rinitis sifilis Rinitis tuberkulosa
Etiologi -Corynebacter-ium Treponema Palidum
dphteriae M. Tuberculosis
-Dapat terjadi primer
pada hidung
Sekunder  tenggorokan
- Riw imunisasi tidak
lengkap

Gejala Demam, toksikemia, Bercak pada mukosa Hidung tersumbat


limfadenitis, pralisis (gumma/ ulkus) Sekret mukopurulen
Ingus bercampur darah Sekret mukopurulen
berbau + krusta,
perforasi septum/
hidung pelana

Pemeriksaan Pseudo-membran putih Secret mukopuru-len BTA (+)


yang mudah berdarah berbau dan krusta
Krusta coklat pada nares Perforasi septum /
anterior dan rongga hidung pelana
hidung

tatalaksana Penisilin local dan IM Penisilin Obat tuberkulosis


Obat cuci hidung Pencuci hidung
PEMBEDA BAKTERI
Rinitis atrofi Rinoskleroma
Etiologi Klebsiella ozaena. Kuman spesifik lainnya Penyakit infeksi
antara lain Stafilokokkus, Streptokokus, granulomatosa kronik 
Pseudomonas dan Kokobasil Klebsiella rhinoscleromatis

Gejala • Bau napas 1. Tahap kataral/atrofi


• Ingus kental berwarna hijau Gejala: ingus purulen, berbau dan
• Krusta hijau krusta
• Gangguan penghidu 2. Tahap granulomatosa
• Sakit kepala Gejala: seperti polip, deformitas
• Hidung tersumbat puncak hidung, epistaksis
• Rongga hidung lapang 3.Tahap sklerotik/sika-triks
• Konka inferior dan media bisa Gejala:penyempitan saluran nafas
hipotrofi atau atrofi

Pemeriksaan tampak metaplasia epitel torak bersilia Histopatologi dengan gambaran sel
menajdi epitel kubik atau gepeng Mikulic
berlapis, silia menjadi lebih tipis,
kelenjar-kelenjar bergenereasi atau
atrofi.

tatalaksana pemberian antibiotik spektrum luas Antibiotik jangka panjang


obat cuci hidung Operasi untuk pengangkatan
Operatif sikatriks
Rhinitis Jamur
• Etiologi
– Aspergillus
– Candida
– Histoplasma
– Fussarium
• Gejala Klinis
– non-invasif
• menyerupai rinolit (gumpalan jamur)
• tidak terjadi destruksi kartilago dan tulang
– invasif
• hifa jamur di lamina propria
• perforasi septum atau hidung pelana
• sekret mukopurulen
• ulkus/perforasi pada septum dan disertai dengan jaringan
nekrotik berwarna kehitaman (Black Eschar)
Rhinitis Jamur
• Pemeriksaan
– Secret mukopurulen
– Ulkus
– Perforasi septum disertai nekrotik kehitam-an (black eschar)

• Penatalaksanaan
– Debridement pda jaringan nekrotik
– Cuci hidung  krusta terangkat
– Antifungal  Amfoterisin B
– pembedahan
Rhinosinusitis
– Adanya rinitis dan sinusitis karena mukosa dari hidung
terhubung ke sinus” paranasalis

– Klasifikasi : rinosinusitis viral akut

1. rhinosinusitis akut rinosinusitis non viral akut

2. rhinosinusitis kronik
Rhinosinusitis Kronik. Disebut rhinosinusitis kronik jika
memenuhi kriteria berikut:

• Gejala >12 minggu

• Terdapat 2 gejala mayor, 1 gejala mayor dan 2 gejala


minor

–Etiologi : ispa virus dan bakteri

pajanan lingkungan

obstruksi rongga hidung, trauma sinus

berenang
Rhinitis Alergi
• Reaksi alergi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama

• Gejala dari rhinitis adalah bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan


tersumbat dan postnasal drip yang muncul secara spontan atau
pada pengobatan. Dapat juga disertai konjungtivitis alergi.
Diagnosa (anamnesa)

• Bersin berulang (terutama pagi hari)

• Kontak dengan debu

• Rinore encer dan banyak

• Hidung tersumbat

• Hidung dan mata gatal (dapat disertai lakrimasi)


Klasifikasi Rhinitis Alergi
– Durasi

• Intermiten: gejala muncul kurang dari 4 hari dalam seminggu kurang


dari 4 minggu.

• Presisten: gejala muncul ≥ 4 hari dalam seminggu lebih dari 4 minggu.

– Keparahan

• Ringan

– Tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,


bersantai, olahraga, bekerja, belajar dan hal lain yang
mengganggu

• Sedang-Berat

– Terdapat satu atau lebih gangguan diatas


Diagnosa (Px Fisis)
• Rinoskopi anterior:
– Mukosa edema
– Basah
– Berwarna pucat
– Sekret encer yang banyak
– Persisten : mukosa inferior tampak hipertrofi
• Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit tinggi:
gangguan pertumbuhan gigi geligi
• Dinding posterior faring tampak granuler dan edema
• Dinding lateral faring menebal
• Geographic Tongue
Diagnosa (Px penunjang)
• Eosinofil meningkat
• Serum IgE meningkat (tes RAST atau ELISA)
• Sitologi: Eosinofil banyak (alergi inhalan), basofil > 5
sel/lap (alergi makanan), sel PMN (infeksi bakteri)
• Uji Kulit: SET untuk alergi inhalan, IPDFT untuk alergi
makanan.
Rhinitis Vasomotor
• Keadaan idiopatik yang didiagnosa tanpa adanya
infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal,
dan pajanan obat.
• Etiologi dan patofisiologi belum diketahui dengan
pasti namun ada hipotesis:
1. Neurogenik
2. Neuropeptida
3. Nitrit Oksida
4. Trauma
DIAGNOSIS RHINITIS VASOMOTOR

Anamnesa:
• Hidung tersumbat, bergantian kanan dan kiri
• Rinore mukoid/serosa
• Gejala memburuk pagi hari waktu bangun tidur
• Bersin
• Pencetus: rangsangan non spesifik (asap, bau menyengat, makanan pedas, udara
dingin)
Pemeriksaan:
• Mukosa hidung edema
• Konka berwarna merah gelap/merah tua
• Permukaan konka licin/hipertrofi
• Rongga hidung terdapat sekret mukoid sedikit/serosa banyak
Penunjang:
• Eosinofil jumlah sedikit
• Uji Kulit Negatif
• IgE normal
Penatalaksanaan Rhinitis Vasomotor

1. Hindari stimulus 3. Operasi:

• Bedah beku

2. Medikamentosa: • elektrokauter

• dekongestan oral • konkotomi parsial konka inferior

• obat cuci hidung

• kauterisasi konka

• Kortikosteroid
Rhinitis Medikamentosa

• Kelainan hidung berupa gangguan respon normal


vasomotor yang diakibatkan pemakaian
vasokonstriktor topikal jangka lama dan berlebihan
menyebabkan sumbatan hidung menetap.

• Etiologi penggunaan obat vasokonstriktor topikal


jangka lama dan berlebihan
Diagnosis Rhinitis Medikamentosa
Anamnesa:

• Hidung tersumbat terus menerus dan berair

Pemeriksaan:

• Konka hipertrofi/edema

• Sekret hidung berlebihan

• Pemberian tampon adrenalin, edema konka tidak berkurang


Penatalaksanaan Rhinitis
Medikamentosa
1. Menghentikan pemakaian obat tetes/semprot
vasokonstriksi hidung.

2. Kortikosteroid jangka pendek dan dosis


Tappering off

3. Dekongestan oral
Rhinitis Hipertrofi
• Perubahan mukosa hidungg pada konka inferior
yang mengalami hipertrofi karena infeksi primer
atau sekunder

• Etiologi:

– Infeksi Berulang di hidung/sinus

– Lanjutan rinitis alergi/vaso-motor


Diagnosis dan Penatalaksanaan
Rhinitis Hipertrofi
Anamnesa:
• Sumbatan hidung
• Sekret banyak (mukopurulen)
• Nyeri kepala

Pemeriksaan:
• Konka hipertrofi, permukaan berbenjol-benjol karena mukosa hipertrofi

Penatalaksanaan
• Sesuai penyebab
• Kauterisasi konka
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai