Anda di halaman 1dari 39

RHINITIS

Eifraimdio Paisthalozie
Jemie Rudyan
Mathyas Thanama
Nathania Hosea
Rainy Chandranata

RHINITIS ALERGI
Bersin
Rinore
Gatal
Tersumbat

Sensitis
asi
RAFC

kontak 1 jam

Provokasi
Reaksi alergi

RAFL

2-4 jam
puncak 6-8 jam
24-48 jam

SENSITISASI
Sensitisas
i
Kontak ke1x

Sirkulasi
darah

Jaringan

Makrofag &
monosit VS
alergen

Th
0+IL1=Th1,
Th2

Produksi IgE

IL 4&IL 13
Reseptor
perm.
Limfosit B

Reseptor
perm. Basofil
(sel
mediator)

HASIL

Sel mediator
tersensitisasi

RAFC
Mukosa
tersensitis
asi VS
alergen

IgE +
alergen

HISTAMIN
Bradikinin
Sitokin
Mediator
kimia
N.vidianus
gatal & bersin

Degranul
asi basofil

hipersekresi
kelenjar,
permeabilitas
kapiler
rinore
VD sinusoid
tersumbat

Jenis & jumlah


sel
Sitokin
Hipereaktif
hidung
Faktor non
spesifik:
Asap rokok
Bau
merangsang
Perubahan
cuaca
Kelembaban
udara

Basofil

RAFL
Akumulasi sel
eosinofil &
netrofil di jar.
target

Molekul
kemotaktil

HISTOLOGI

Persisten

Ireversibel

Saat
serangan

Proliferasi jar.
ikat
Hiperplasia
mukosa

VD pemb. darah
Sel goblet >>
Sel pembentuk mukus
Ruang interseluler >>
Penebalan membran ba
Infiltrasi sel eosinofil

CARA MASUK
INHALAN
Pernapasan

INGESTAN
Pencernaan

Debu rumah, jamur,


bulu binatang, rumput

Susu, coklat, tomat,


nanas, telur, ikan laut

INJEKTAN
Suntikan
Penisilin, sengatan
lebah

KONTAKTAN
Kontak
Kosmetik, perhiasan

RE
AK
SI
TU
BU
H
Eliminasi
Fagositosis
Ag NS

Primer

Sekund
er
Imun seluler
Imun
humoral
Spesifik

Merugikan
tubuh
Bergantung
daya
eliminasi Ag

Tersier

Klasifikasi (ARIA 2001)

WHO
initiative
ARIA

Sifat
berlangsu
ng

Intermiten

<4 hr/mgg atau <4 mgg

Persisten

>4 hr/mgg dan >4 mgg

Berat
ringan

Ringan
Sedang-berat

Allergic
shinner

Obs. hidung
stasis v.
sek.

Allergic
salute
Gosok
hidung

Pemeriksaan fisik

Geograph
ic tongue
Lidah
gambaran
peta

Mukosa edema, basah, Cobblesto


livid
ne
Sekret encer + banyak appearan
ce
Hipertrofi konkha inf. Ddg post.
Allergic
crease
Garis
melintang
1/3 bawah
dorsum nasi

Facies
adenoid
Mulut
terbuka
Lengkung
langit2
Ggg
pertumb. gigi

Faring
edema
Ddg. Lateral
tebal

IN VITRO
Hitung eosinofil darah
tepi
IgE total
IgE spesifik + RAST
(Radio Immuno Sorbent
Test )
IgE spesifik + ELISA
(Enzyme Linked Immuno
Sorbent Assay Test)
Eosinofil >> alergi
inhalan
Basofil >> alergi
makanan
PMN >> inf. bakteri

Pemeriksaan
penunjang
IN VIVO
Tes cukit kulit
Uji IK / ID tunggal / seri
(Skin End-point
Titration/SET)
IPDFT (Intracutaneus
Provocative Dilutional Food
Test)
Diet eliminasi dan
provokasi (Challenge Test)

PENATALAKSANAAN

1. Menghindari kontak
2. Antihistamin
3. Operatif (F/
memperberat)
4. Imunoterapi

Rhinitis vasomotor

Definisi
Rhinitis vasomotor adalah suatu keadaan
idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya
infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan
hormonal, dan pajanan obat.
Nama lain dari rhinitis vasomotor adalah
vasomotor rinorhea, non-alergic perennial
rhinitis

Patofisiologi

Gejala klinik

Diagnosis
Anamnesis

Eksklusi rhinitis infeksi, alergi,


okupasi, hormonal, dan akibat obat

Pemeriksa
an fisik

Rhinoskopi anterior : edema mukosa


hidung, berwarna merah tua atau
pucat
Sekret mukoid biasanya sedikit,
namun pada tipe rinorrhe sekret
serosa

Pemeriksa
an
penunjang

Pemeriksaan ini dilakukan untuk


eksklusi rhinitis alergi.

Tatalaksana

Menghind
ari
stimulus

Terapi
simtomati
s

Operasi

Neurektomi
n.vidianus
K/ : buta, diplopia,
sinusitis, ggg lakrimasi

Rhinitis
medikamentosa
Rhinitis
medikamentosa
merupakan kondisi
kongesti hidung
dengan rhinorea

Ditimbulkan
karena
penggunaan
pengobatan
dekongestan
selama lebih dari 6
hari

Patofisiologi
Pemakaian obat dekongestan berulang
dalam jangka waktu lama akan
membuat kadar agonis alfa adrenergik
di hidung tinggi, sehingga membuat
sensitivitas reseptor alfa adrenergik
dalam pembuluh darah menurun dan
akan mengakibatkan aktivitas simpatis
turun.

Gejala dan tanda


Pasien akan mengeluhkan rhinorrea
dan nasal obstruction. Pada
pemeriksaan didapatkan hipertrofi
konka dengan sekret yang
berlebihan.

Tatalaksana

1.Hentikan pemakaian obat tetes


dekongestan hidung
2.Pencegahan kongesti berulang
diberikan steroid dosis tinggi
dengan tappering of
3.Obat dekongestan oral

Rinitis Infeksi

Rinitis Simpleks
disebut juga common cold, selesma, flu
et/ sebagian besar virus, yaitu Rhinovirus,
myxovirus, Coxsackie virus, echovirus
panas, kering, gatal di dalam hidung, bersin
berulang, hidung tersumbat, ingus encer, demam,
nyeri kepala, mukosa hidung hiperemis dan
bengkak
tirah baring, terapi suportif: analgetika,
antipiretika, dan obat dekongestan. Antibiotik
untuk infeksi sekunder

Rinitis Hipertrofi
bagian dari rinitis non-alergika kronik
konka inferior hipertrofi akibat inflamasi kronis
(infeksi akut berulang), sinusitis supuratif berulang
atau lanjutan rinitis alergi dan vasomotor
Hasil pemeriksaan
konka inferior
hipertrofi
permukaan mukosa
berbenjol-benjol
pasase udara
menjadi sempit
sekret mukopurulen
di antara konka
inferior dan septum

Gejala klinis:
sumbatan
hidung
mulut kering
nyeri kepala
gangguan tidur

Th/ terapi ditujukan untuk


mengatasi faktor-faktor
penyebab, suportif-simtomatis,
kaustik konka, elektrokauterisasi,
luksasi konka, konkotomi,
konkoplasti

Rinitis Atrofi (Ozaena)


Infeksi hidung kronik atrofi progresif pada
mukosa dan tulang konka
Wanita > laki-laki terutama usia muda, tingkat
ekonomi rendah dan sanitasi lingkungan buruk
Et/
Infeksi kuman spesifik (Klebsiella ozaena, Stafilokokus,
Streptokokus, dan Pseudomonas aeruginosa)
Defisiensi Fe
Defisiensi Vitamin A
Sinusitis kronik
Kelainan hormonal
Penyakit kolagen

Rinitis Atrofi (Ozaena)


Gejala klinis
Napas berbau, ingus kental berwarna hijau, krusta
hijau
Gangguan penghidu (anosmia), sakit kepala ,
hidung terasa tersumbat

Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan hidung: rongga hidung lapang, konka
inferior-media hipotrofi/atrofi, sekret purulenkrusta hijau
Pemeriksaan penunjang: histopatologi,
pemeriksaan mikrobiologik, CT-Scan sinus PSN

Rinitis Atrofi (Ozaena)


Pengobatan
Hingga saat ini masih bersifat paliatif, dapat
dibagi menjadi 2 jenis: konservatif dan
operatif
Konservatif mencakup irigasi untuk membersihkan
krusta atau dengan obat cuci hidung berupa
larutan garam hipertonik atau 100 cc air hangat
dicampur dengan 15 cc larutan Betadin
Pembedahan mencakup penutupan lubang hidung
atau penyempitan lubang hidung, FESS dapat pula
digunakan

Rinitis Difteri
Infeksi hidung akibat Corynebacterium
diphteriae, dapat primer pada hidung
atau sekunder dari tenggorok
Riwayat imunisasi tidak lengkap : perlu
dicurigai
Gram positif, batang
non-motil, aerobik
atau anaerobik
fakultatif, produksi
eksotoksin

Rinitis Difteri
Gejala klinis dan hasil pemeriksaan
Demam dan hidung tersumbat
Limfadenitis
Paralisis otot pernapasan
Ingus bercampur darah mungkin karena
pseudomembran yang terobek
Krusta coklat di nares anterior

Terapi
Antitoksin difteri atau ADS (anti-difteri serum)
Penisilin lokal atau IM
Isolasi penderita hingga 4 sampai 6 minggu
(pemeriksaan kuman negatif)

Rinitis Sifilis
Et/ Treponema pallidum
Gejala serupa rinitis akut dengan bercak/bintik
pada mukosa hidung. Dapat terjadi ulkus/gumma
hingga perforasi septum. Erupsi sifilitika di tangankaki. Sekret mukopurulen yang bau dan krusta
Penisilin dan obat cuci hidung, untuk
membersihkan krusta secara rutin

Rinitis Tuberkulosa
Infeksi Mycobacterium
tuberculosis ekstrapulmoner
Dapat pada pasien TB paru aktif. Noduler
atau ulkus pada rongga hidung, sekret
mukopurulen dan krusta, hidung tersumbat
Terapi dengan protokol pengobatan TB
ekstrapulmoner dan cuci hidung untuk
membersihkan krusta

Rinoskleroma
Penyakit granulomatosa hidung endemik
Et/ Klebsiella rhinoscleromatis
Dapat melibatkan daerah pernapasan atas
termasuk laring
Penyakit terbagi dalam 3 tahap:
Tahap kataral atau atrofi (rinore purulen berbau
busuk)
Tahap granulomatosa (terbentuk nodula-nodula
keras yang dapat menyumbat hidung)
Tahap sklerotik atau sikatriks (jaringan granulasi
menjadi jaringan sklerotik)

Pemeriksaan histopatologik: sel-sel Mikulicz

Rinoskleroma
Penatalaksanaan
Terapi antibiotik jangka panjang
(tetrasiklin, kloramfenikol, TMP-SMX,
siprofloksasin, klindamisin, sefalosporin)
Operasi untuk mengangkat jaringan
granulasi dan sikatriks

Rinitis Jamur
Dapat invasif dan non-invasif
Tipe non-invasif : tidak mendestruksi
kartilago dan tulang
Tipe invasif : hifa jamur pada lamina
propria, bila menginvasi submukosa
perforasi septum
Biasa pada pasien imunosupresi
Et/ Aspergillus, Ordo Mucorales (Rhizopur
oryzae), Candida, Fussarium, Histoplasma

Rinitis Jamur
Gejala klinis
Sekret mukopurulen berwarna hijau kecoklatan atau
dapat pula gelap dan berdarah
Ulkus disertai jaringan nekrotik berwarna kehitaman
Serupa dengan rinitis dan sinusitis akut lainnya

Terapi
Penanganan kondisi primer
Cuci hidung untuk membersihkan krusta
Non-invasif : angkat gumpalan jamur
Invasif : debridement jaringan nekrotik, antijamur topikal
dan/atau antijamur sistemik seperti amfoterisin B

Anda mungkin juga menyukai