Anda di halaman 1dari 47

CLINICAL SCIENCE

SESSION

RHINITIS
Preseptor : Dr. Tety H Rahim, dr., Sp.THT-BKL(K)., M.Kes., MH.Kes.

Kelompok 19/ 2022


ANATOMI & FISIOLOGI
HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
● Hidung merupakan bagian atas dari jalan nafas, terletak superior
dari hard palate,
● Terdiri dari external nose dan nasal cavity → terbagi menjadi
cavitas kanan dan kiri oleh nasal septum,
● Fungsi hidung :
→ penghidu (karena adanya mukosa olfaktorius)
→ respirasi (pernapasan)
→ filtrasi debu
→ melembabkan udara
→resepsi dan eliminasi sekresi dari sinus paranasal dan ductus
nasolakrimalis
→ resonansi suara dan membantu proses bicara
External Nose
Merupakan bagian terlihat dari hidung yang
menonjol dari wajah, terbentuk oleh tulang dan
sebagian besar cartilage hyalin.
● Root (pangkal hidung)
● Apex (dorsum nasi)
● Puncak hidung
● Ala nasi
● Kolumela
● Lubang hidung (nares anterior)
Hidung disokong oleh tulang dan tulang
rawan.
Tulang
a. Kedua nasal bone
b. Processus frontalis maxillae
c. Pars nasalis ossis frontalis
Tulang rawan
d. 2 lateral nasal cartilage
e. 2 alar cartilage
f. 1 septal nasal cartilage
Nasal Cavity
● Internal nose (nasal cavity) → berbentuk terowongan, memanjang dari
eksternal nares sampai koana yang menghubungkan hidung dalam dengan
nasofaring,
● Dibagi menjadi kanan dan kiri yang dipisahkan oleh nasal septum
● Hidung dilapisi oleh otot dan mukosa (kecuali nasal vestibulum) → Vestibulum :
terletak di posterior dari nares anterior, dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yg disebut vibrise
● Hidung terbagi menjadi :
→ 2/3 bagian inferior mukosa hidung ; sebagai area pernapasan
→ 1/3 bagian superior mukosa hidung ; sebagai area penghidu
Bagian Nasal Cavity
● Nasal Conchae :
○ Terdiri dari 3 tulang plates pada dinding lateral:
■ Inferior conchae
■ Middle dan superior conchae →
merupakan medial process dari ethmoid
bone
● Nasal Passage :
○ Spheno-ethmoidal recess → superoporterior
terhadap superior concha
○ Nasal Meatus → superior, middle, inferior
○ Common Nasal Meatus → gabungan keempat
passage
Batas-batas Hidung
● Bagian atap (roof) :
○ Frontonasal
○ Ethmiodal
○ Sphenoidal
● Bagian dasar (floor) :
○ Palatine process of maxilla
○ Horizontal plate of palatine bone
● Medial wall :
○ Nasal septum
● Lateral wall:
○ 3 tulang plates → nasal concha
Vaskularisasi
Arteri yang mensuplai dinding medial dan lateral rongga hidung
berasal dari, yakni:
1. Anterior ethmoidal artery (dari ophthalmic artery),
2. Posterior ethmoidal artery (dari ophthalmic artery),
3. Sphenopalatine artery (dari maxillary artery),

4. Greater palatine artery (dari maxillary artery),


5. Septal branch dari superior labial artery (dari facial artery)

Nantinya akan membentuk kiesselbach area →


Kiesselbach plexus (Mensuplai darah ke anterior inferior
(lower front) quadrant pada nasal septum, fungsi untuk
menyesuaikan temperature udara yang masuk ke tubuh)
Inervasi Hidung
Ophthalmic nerve (CN 1)
- Anterior ethmoidal nerve (V1)
→ apex dan dorsal
- Posterior ethmoidal nerve (V2)
→ alae

Maxillary nerve
- Nasophalatine nerve → nasal
septum
- Greater palatine nerve → lateral
wall
- Olfactory nerve → related to
smell
FISIOLOGI HIDUNG
Physical Barier
1. Air Conditioning
2. Olfaction
3. Filtrasi

Defense Humoral
Mechanism 1. Mucus Secretion
2. Lisozim
3. Lactoferin
4. Interferon
5. Complement
RHINITIS
Definisi

→ Rhinitis adalah penyakit simtomatik yang biasanya


dikarakteristikan sebagai inflamasi mukosa nasal, ditandai
dengan adanya 1 atau lebih dari gejala berikut:
• hidung tersumbat,
• hidung gatal,
• bersin,
• rinore, dan
• postnasal drip.
→ Berdasarkan etiologinya terbagi atas rhinitis alergi dan
non alergi.
RHINITIS NON-
ALERGI
Rhinitis Vasomotor

Keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa ada nya infeksi, alergi, eosinophilia, perubahan hormonal
(kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-Blocker, Aspirin, dan obat topikal
hidung dekongestan).

Etiologi
● neurogenik
● neuropeptida
● nitrit oksida
● trauma

Tanda & Gejala


● muncul oleh berbagai rangsangan non spesifik (perubahan suhu, asap rokok, bau menyengat, stress dll)
● hidung tersumbat
● bersin
● rinorea
Perbedaan Rhinitis Alergi dan Rhinitis
Vasomotor
Rhinitis Allergic Rhinitis Vasomotor
Manifestasi Klinis; Manifestasi Klinis;
- Serangan bersin berulang, rinore yang encer - Hidung tersumbat bergantian kanan-kiri
dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata tergantung pada posisi pasien, rinore yang mukoid
gatal yang kadang disertai dengan banyak air mata atau serosa, jarang terdapat keluhan mata, gejala
keluar (lakrimasi) memburuk pada pagi hari ketika bangun tidur

Pemeriksaan Fisik; Pemeriksaan Fisik;


- Rhinoskopi anterior: - Rhinoskopi anterior:
mukosa edema, berwarna pucat atau livide disertai dengan edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah
sekret encer yang banyak, apabila persisten pada mukosa tua, permukaan konka dapat licin atau berbenjol benjol (hipertrofi)
inferior akan tampak hipertrofi
Rhinitis Medikamentosa

Rinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang
diakibatkan oleh pemakaian vasokontriktor topical (tetes hidung atau semprot) dalam waktu yang lama dan
berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.

Gejala dan Tanda


● Hidung tersumbat terus menerus dan berair
● Tampak edema hipertrofi, konka dengan sekret hidung yang berlebihan.
● Apabila diberi tampon adrenalin, edema konka tidak berkurang.

Penatalaksanaan
• Hentikan pemakaian obat tetes atau semprot vasokontriktor hidung.
• Untuk mengatasi sumbatan berulang dapat diberikan kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dan
dosis diturunkan secara bertahap sebanyak 5 mg setiap hari.
• Dapat juga dengan pemberian kortikosteroid topical
Rhinitis Atrofi

• Rinitis atrofi merupakan infeksi hidung kronik yang ditandai oleh adanya atrofi progresif pada mukosa dan
tulang konka.
• Secara klinis mukosa hidung menghasilkan secret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk
krusta yang berbau busuk.
• Pada pemeriksaan histopatolgi tampak metaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel berkubik atau epitel
gepeng berlapis, silia menghilang, lapisan submukosa menjadi lebih tipis, kelenjar-kelenjar berdegenerasi
atau atrofi.

Etiologinya antara lain :


• Infeksi yang tersering disebabkan oleh Klebsiella ozaena, stafilokokus, streptokokus, dan pseudomonas
aeruginosa.
• Defisiensi Fe, vitamin A
• Sinusitis kronik
• Kelainan hormonal
• Penyakit autoimun
Gejala dan Tanda
• napas berbau,
• ingus kental yang berwarna hijau,
• ada kerak (krusta) hijau,
• gangguan penghidu,
• sakit kepala,
• hidung tersumbat.
• Pada pemeriksaan hidung didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dari media menjadi atrofi, ada
sekret purulen dan krusta yang berwarna hijau.
• Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan histopatologi yang berasal dari biopsi konka media, pemeriksaan
mikobiologi dan uji resistensi kuman dan CT scan paranasal.

Penatalaksanaan
• Pengobatan konservatif berupa antibiotik spektrum luas atau sesuai dengan uji resistensi kuman dengan dosis yang
adekuat. Lama pengobatan bervariasi tergantung dari hilangnya tada klinis berupa secret purulen kehijauan.
• Untuk menghilangkan bau busuk akibat hasil infeksi serta sekret purulen dan krusta dapat dipakai obat cuci hidung.
Larutan yang dipakai adalah larutan garam hipertonik.
Rinitis Hipertrofi Rhinitis Hormonal

• Istilah hipertrofi digunakan untuk menunjukkan • Selama kehamilan, dengan meningkatnya kadar
perubahan mukosa hidung pada konka inferior yang estrogen, maka gejala-gejala kongesti hidung
mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis biasanya dimulai pada bulan keempat atau
yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau kelima dan semakin hebat menjelang persalinan
sekunder. seiring dengan peningkatan produksi estrogen.
• Gejala-gejala umunya menghilang spontan pada
• Gejala utama adalah hdung tersumbat atau gejala
persalinan.
diluar hidung akibat hidung yang tersumbat seperti
mulut kering, nyeri kepala, dan gangguan tidur, dan
sekret banyak dan mukopurulen.

• Pada pemeriksaan ditemukan konka yang hipertrofi,


terutama konka inferior. Permukaannya benjol-
benjol karena mukosa hipertrofi. Akibatnya pasase
udara dalam rongga hidung menjadi sempit.
• Sekret mukopurulen dapat ditemukan diantara
konka inferior dan septum dan juga didasar rongga
hidung.
Rinitis Simpleks Rinitis Jamur
• Rinitis simpleks sering disebut juga sebagai Dapat terjadi bersama dengan sinusitis dan bersifat
salesma, common cold, flu. invasif atau non-invasif.
• Disebabkan oleh beberapa jenis virus dan yang • Rinitis jamur yang non invasif dapat
paling penting adalah rhinovirus. Virus yang menyerupai rinolit dengan inflamasi mukosa
lainnya adalah myxovirus, virus Coxsackie yang lebih berat. Rinolit ini sebenarnya adalah
• Pada stadium prodromal yang berlangsung gumpalan jamur.
beberapa jam, didapatkan : • Tipe invasif ditandai dengan ditemukanya hifa
• rasa panas, kering, dan gatal didalam hidung, jamur pada lamina propia. Jika terjadi invasi
bersin berulang-ulang, hidung tersumbat, ingus jamur pada submukosa dapat mengakibatkan
encer yang biasanya disertai dengan demam dan perforasi septum.
nyeri kepala. Mukosa hidung tampak merah dan • Pada pemeriksaan hidung terlihat adanya
membengkak. sekret mukopurulen, ulkus atau perforasi pada
• Bila terjadi infeksi sekunder, ingus jadi septum disertai dengan jaringan nekrotik
mukopurulen. bewarna kehitaman.
• Pemeriksaan jamur bisa dilakukan dengan
• Tidak ada terapi spesifik untuk rinitis simpleks, histopatologi, pemeriksaan langsung atau
selain istirahat dan pemberian obat-obat kultur jamur, misalnya Aspergillus, Candida,
simtomatis seperti analgesik,antipiretik, dan obat Histoplasma, Fussarium dan Mucor.
dekongestan.
Terapi
1. Terapi untuk rinitis jamur non-invasif adalah mengangkat seluruh gumpalan
jamur
2. Sedangkan terapi untuk yang invasif adalah mengeradiksikan agen
penyebabnya dengan pemberian anti jamur oral dan topikal.
3. Cuci hidung dan pembersihan hidung secara rutin dilakukan untuk
mengangkat krusta.
4. Untuk infeksi jamur invasif kadang dibutuhkan debridement seluruh jaringan
yang nekrotik sangat luas,
Rinitis Difteri

• disebabkan oleh Corynebacterium diphteria, dapat terjadi primer pada hidung atau sekunder dari tenggorokan,
• Dugaan adanya rinitis difteri dikarenakan riwayat imunisasi yang tidak lengkap.
• Gejala rinitis difteri akut ialah demam, toksemia, limfadenitis dan mungkin ada paralisis otot pernapasan.
• Pada hidung ada ingus yang bercampur darah, mungkin ditemukan pseudomembran putih yang mudah
berdarah, ada krusta coklat rongga hidung.
• Sebagai terapi diberikan ADS, penisilin lokal dan intrmuskular. Pasien harus diisolasi sampai hasil pemeriksaan
kuman negatif.
Rinitis Sifilis Rinitis Tuberkulosa

• Rinitis sifilis disebabkan oleh Treponema • Rinitis tuberkulosa merupakan kejadian infeksi
pallidum. tuberkulosa ektra pulmoner.
• gejalanya serupa dengan rinitis akut lainnya, • Tuberkulosis pada hidung berbentuk nodular
hanya mungkin dapat terlihat adanya atau ulkus, terutama mengenai septum dan
bercak/bintik pada mukosa. dapat mengakibatkan perforasi.
• dapat ditemukan gumma atau ulkus, terutama • Pada pemeriksaan klinis terdapat sekret
mengenai septum nasi dan dapat mengakibatkan mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkan
perforasi septum. keluhan hidung tersumbat.
• Pada pemeriksaan klinis didapatkan sekret • Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya
mukopurulen yang berbau dan krusta. basil tahan asam (BTA) pada sekret hidung.
• Untuk pengobatan dapat diberikan penisilin dan • Pemeriksaan histopatologi ditemukan sel datia
obat cuci hidung dan krusta harus dibersihkan Langhans dan limfositosis.
dengan rutin. • Pengobatannya diberikan antituberkulosis dan
obat cuci hidung.
RHINITIS ALERGI
Definisi
● Menurut von pirquet, 1986
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang
sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.

● Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)


Rinitis alergi merupakan suatu kelainan simptomatik pada hidung yang timbul akibat paparan
alergen melalui reaksi inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE), dengan gejala seperti
pilek encer, bersin-bersin, hidung tersumbat, gatal pada hidung, mata dan telinga maupun palatum.
Definisi
● Menurut THT FK UI
Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik tersebut.

● Menurut NCBI
Rhinitis alergi (AR) adalah penyakit atopik yang ditandai dengan gejala bersin, hidung tersumbat, clear
rhinorrhea, dan pruritus hidung.

● Menurut ABC of Ear, Nose and Throat 6th Edition


Rhinitis alergi biasanya menyebabkan hidung tersumbat dan sekret hidung akibat paparan alergen yang dapat
menyebabkan perubahan mukosa hidung.

● Menurut Diseases of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery 7th Edition
Rhinitis alergi merupakan IgE-mediated immunologic response dari mukosa hidung terhadap airborne allergens
yang dikarakteristikan dengan adanya watery nasal discharge, nasal obstruction, bersin, dan gatal pada hidung.
Epidemiologi
● 40% terjadi pada anak-anak
● 40% terjadi pada populasi umum
● Puncaknya pada usia 20-40 tahun
● Prevalensi rhinitis alergi berdasarkan nasal symptoms yaitu 30%
● Menurut data dari International Study for Asthma and Allergies in Childhood :
○ 14,6% pada kelompok usia 13 -14 tahun
○ 8,5% pada kelompok usia 6-7 tahun
● Rhinitis alergi musiman tampaknya lebih umum pada kelompok usia anak-anak,
sedangkan rinitis kronis lebih banyak terjadi pada orang dewasa.
Etiologi
Berdasarkan jenis allergen

1. Inhalan → masuk bersamaan dengan udara pernapasan (contoh : debu rumah, tungau,
bulu hewan, dan jamur)
2. Ingestan → masuk ke saluran cerna melalui makanan (contoh : susu, telur, udang, dan
ikan laut, dll)
3. Injektan → melalui suntikan atau tusukan (contoh : penicillin, sengatan lebah)
4. Kontaktan → melalui kontak kulit atau jaringan mukosa (contoh : bahan kosmetik,
perhiasan)
Faktor Risiko
● Riwayat keluarga
● Jenis kelamin → laki-laki
● Terdapat IgE spesifik alergen
● Serum IgE > 100 IU/mL sebelum usia 6 tahun
● Status sosial ekonomi yang lebih tinggi
● Anak-anak (resiko tinggi) → mengenalkan makanan atau susu formula lebih awal dan/atau
pajanan berat terhadap rokok pada tahun pertama kehidupan
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya
1. Rhinitis alergi musiman
● Hanya di negara 4 musim
● Alergen penyebab: tidak spesifik
○ Serbuk (pollen)
○ Spora jamur
1. Rhinitis alergi sepanjang tahun
● Gejala: intermiten atau terus menerus sepanjang tahun
● Alergen penyebab: alergen inhalan & alergen ingestan (penyebab tersering pada
anak-anak)
Berdasarkan derajat keparahan:
1. Ringan
Bila tidak ditemukan gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain
yang mengganggu.
2. Sedang-berat
Bila terdapat satu atau lebih dari gangguan diatas
Berdasarkan sifat berlangsungnya:
3. Intermiten (kadang-kadang)
● Bila gejala kurang dari sama dengan 4
hari per minggu
● Atau kurang dari sama dengan 4
minggu
1. Persisten
● Bila gejala > 4 haru per minggu
● Dan > 4 minggu
Manifestasi Klinis
● Serangan bersin berulang (> 5kali berturut-turut)
● Bersin terutama pada pagi hari atau saat terkena debu
● Rhinorrhea (keluar cairan dari hidung yang encer dan banyak)
● Hidung tersumbat, dan sering disertai konjungtivitis alergi
● Hidung dan mata gatal
● Lakrimasi (banyak air mata keluar;kadang)
ALLERGIC SHINER ALLERGIC SALUTE ALLERGIC CREASE

COBBLESTONE GEOGRAPHIC
FACIES ADENOID TONGUE
APPEARANCE
Diagnosis
- THT FK UI & Boeis edisi 6

1. ANAMNESIS
Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan
pemeriksa.Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.

A. Apakah terdapat Gejala rinitis alergi yang khas? Karena gejalas khas nya
terdapatnya serangan bersin berulang.
B. Apakah terdapat Gejala lain seperti keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak,hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai
dengan banyak ai mata keluar (Iakrimasi).
C. Riwayat penyakit alergi dalam keluarga.
D. Gangguan alergi selain yang menyerang hidung, seperti asma, ekzema, urtikaria'
atau sensitivitas obat.
Diagnosis

E. Apakah ruang tempat tinggal di daerah yang lembab atau berdebu?

F. Apakah gejala timbul saat beraktivitas di luar rumah?

G. Apakah memiliki hewan peliharaan?

H. Riwayat konsumsi obat sebelumnya?

I. Riwayat alergi obat sebelumnya?

- THT FK UI & Boeis edisi 6


- THT FK UI

Diagnosis
2. PEMERIKSAAN FISIK

● Pada rinoskopi anterior → tampak mukosa edema, basah, bervvarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang
banyak.

Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi.

● Terdapat allergic shiner


● Terdapat allergic salute
● Terdapat allergic crease
● Mulut sering terbuk dengan lengkung langit-langit yang tinggi,sehingga akan menyebabkan ganggua pertumbuhan
gigi-geligi (facies adenoid).
● Dinding posterior faring tampak granular dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal
● Lidah tampak sepert gambaran peta (geographic tongue).
Diagnosis - THT FK UI

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. In vitro
● Pemeriksaan CBC
Hitung eosinofil dalam darah tepi → hasilnya dapat normal atau meningkat

Ditemukannya eosinophil daÌam jumlah anyak → menunjukkan kemungkinan alergi nhalan.

Jika basophil (>5sel/lap) → mungkin disebabkan alergi makanan,


Ditemukan sel PMN → menunjukkan adany infeksi bakteri.
● IgE total (prist-paper radio munosorbent test) → hasilnya seringkali menunjukkan nilai normal,
kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dan satu macam penyakit,misalnya selain rinitis alergi
juga menderit asma bronkial atau urtikari berguna untuk prediksi kemungkinan alerg pada bayi atau
anak kecil dan suatu keluarg dengan derajat alergi yang tinggi.
Atau dapat juga dilakukan pemeriksaan IgE spesifik
dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorben
Assay Test).
Diagnosis - THT FK UI

B. In vivo:
● Pemeriksaan skin prick test / tes cukit kulit: uji intrakutan atau intradermal yang
tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET).
Keuntungan: mengetahui alergen penyebab, derajat alergi serta dosis inisial untuk
desensitisasi dapat diketahui.

● Untuk alergi makanan, dapat dilakukan uji Intracutaneus Provocative Dilutional Food
Test (IPDFT), namun baku emasnya: Challenge Test
Differential Diagnosis

● Rhinitis Vasomotor,
● upper respiratory infection (URI),
● irritant exposure,
● pregnancy with nasal mucosal edema,
● rhinitis medicamentosa,
● nonallergic rhinitis with eosinophilia,
● Rhinitis due to α-adrenergic agents.

- Textbook Harrison Manual Medicine 20 th edition on accessmedicine


Treatment - THT FK UI

PENATALAKSANAAN
● Terapi yang paling ideal: menghindari kontak dengan alergen penyebabnya dan eliminasi
● Medikamentosa
● Operatif
● Imunoterapi

A. MEDIKAMENTOSA
Antihistamin
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi:
difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin.
Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.
Dekongestan oral: pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.
Antihistamin diabsorbsi secara oral dengan cepat dan mudah serta efektif untuk mengatasi gejala pada
respons fase cepat seperti rinore, bersin, gatal, tetapi tidak efektif untuk mengatasi gejala obstruksi hidung
pada fase lambat.
Treatment - THT FK UI

Kortikosteroid

Kortikosteroid dipilih apabila gelaja sumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak berhasil diatasi
dengan obat lain.
Kortikosteroid topikal: beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mutason furoat, dan triamsinolon.
MOA: mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik
dari eosinofil, mengurangi aktifotas limfosit, mencegah bocornya plasma epitel hidung tidak
hipersesponsif terhadap rangsangan alergen (bekerja pada fase cepat dan lambat).

Antikolinergik
Antikolinergik topikal: ipratropium bromide bermanfaat mengatasi rhinorea karena aktiftas inhibisi
reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.
Treatment - THT FK UI

B. OPERATIF
Tindakan konkotomi parsial (pemotogan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple
outfractured, inferior turbinoplasty.

C. IMUNOTERAPI
Cara pegobatan ini dilakukan pada alergi ihalan, dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung
lama, serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Tujuan: penurunan IgE.
Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu intradermal dan sub-lingual.
Komplikasi

Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah:


1. Polip hidung
Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi hidung merupakan salah satu faktor
penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung

2. Otitis media efusi yang sering residif,terutama pada anak-anak

3. Sinusitis Paranasal

- THT FK UI
Prognosis

1. Prognosis rhinitis alergi dengan menghindari paparan alergen (dan tidak ada
perkembangan menjadi rinosinusitis), rinitis alergi memiliki prognosis yang sangat
baik. Namun rhinitis alergi yang diklasifikasikan akibat paparan pekerjaan yang
tidak diobati dapat berkembang menjadi asma. (Textbook Current Diagnosis edisi 6
on AccesMedicine )
2. Pasien yang memiliki gejala pada usia yang lebih muda lebih cenderung
menunjukkan perbaikan. Tingkat keparahan dapat bervariasi dari waktu ke waktu
dan bergantung pada berbagai faktor seperti lokasi dan musim. (NCBI)
ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai