SESSION
RHINITIS
Preseptor : Dr. Tety H Rahim, dr., Sp.THT-BKL(K)., M.Kes., MH.Kes.
Maxillary nerve
- Nasophalatine nerve → nasal
septum
- Greater palatine nerve → lateral
wall
- Olfactory nerve → related to
smell
FISIOLOGI HIDUNG
Physical Barier
1. Air Conditioning
2. Olfaction
3. Filtrasi
Defense Humoral
Mechanism 1. Mucus Secretion
2. Lisozim
3. Lactoferin
4. Interferon
5. Complement
RHINITIS
Definisi
Keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa ada nya infeksi, alergi, eosinophilia, perubahan hormonal
(kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-Blocker, Aspirin, dan obat topikal
hidung dekongestan).
Etiologi
● neurogenik
● neuropeptida
● nitrit oksida
● trauma
Rinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang
diakibatkan oleh pemakaian vasokontriktor topical (tetes hidung atau semprot) dalam waktu yang lama dan
berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.
Penatalaksanaan
• Hentikan pemakaian obat tetes atau semprot vasokontriktor hidung.
• Untuk mengatasi sumbatan berulang dapat diberikan kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dan
dosis diturunkan secara bertahap sebanyak 5 mg setiap hari.
• Dapat juga dengan pemberian kortikosteroid topical
Rhinitis Atrofi
• Rinitis atrofi merupakan infeksi hidung kronik yang ditandai oleh adanya atrofi progresif pada mukosa dan
tulang konka.
• Secara klinis mukosa hidung menghasilkan secret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk
krusta yang berbau busuk.
• Pada pemeriksaan histopatolgi tampak metaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel berkubik atau epitel
gepeng berlapis, silia menghilang, lapisan submukosa menjadi lebih tipis, kelenjar-kelenjar berdegenerasi
atau atrofi.
Penatalaksanaan
• Pengobatan konservatif berupa antibiotik spektrum luas atau sesuai dengan uji resistensi kuman dengan dosis yang
adekuat. Lama pengobatan bervariasi tergantung dari hilangnya tada klinis berupa secret purulen kehijauan.
• Untuk menghilangkan bau busuk akibat hasil infeksi serta sekret purulen dan krusta dapat dipakai obat cuci hidung.
Larutan yang dipakai adalah larutan garam hipertonik.
Rinitis Hipertrofi Rhinitis Hormonal
• Istilah hipertrofi digunakan untuk menunjukkan • Selama kehamilan, dengan meningkatnya kadar
perubahan mukosa hidung pada konka inferior yang estrogen, maka gejala-gejala kongesti hidung
mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis biasanya dimulai pada bulan keempat atau
yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau kelima dan semakin hebat menjelang persalinan
sekunder. seiring dengan peningkatan produksi estrogen.
• Gejala-gejala umunya menghilang spontan pada
• Gejala utama adalah hdung tersumbat atau gejala
persalinan.
diluar hidung akibat hidung yang tersumbat seperti
mulut kering, nyeri kepala, dan gangguan tidur, dan
sekret banyak dan mukopurulen.
• disebabkan oleh Corynebacterium diphteria, dapat terjadi primer pada hidung atau sekunder dari tenggorokan,
• Dugaan adanya rinitis difteri dikarenakan riwayat imunisasi yang tidak lengkap.
• Gejala rinitis difteri akut ialah demam, toksemia, limfadenitis dan mungkin ada paralisis otot pernapasan.
• Pada hidung ada ingus yang bercampur darah, mungkin ditemukan pseudomembran putih yang mudah
berdarah, ada krusta coklat rongga hidung.
• Sebagai terapi diberikan ADS, penisilin lokal dan intrmuskular. Pasien harus diisolasi sampai hasil pemeriksaan
kuman negatif.
Rinitis Sifilis Rinitis Tuberkulosa
• Rinitis sifilis disebabkan oleh Treponema • Rinitis tuberkulosa merupakan kejadian infeksi
pallidum. tuberkulosa ektra pulmoner.
• gejalanya serupa dengan rinitis akut lainnya, • Tuberkulosis pada hidung berbentuk nodular
hanya mungkin dapat terlihat adanya atau ulkus, terutama mengenai septum dan
bercak/bintik pada mukosa. dapat mengakibatkan perforasi.
• dapat ditemukan gumma atau ulkus, terutama • Pada pemeriksaan klinis terdapat sekret
mengenai septum nasi dan dapat mengakibatkan mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkan
perforasi septum. keluhan hidung tersumbat.
• Pada pemeriksaan klinis didapatkan sekret • Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya
mukopurulen yang berbau dan krusta. basil tahan asam (BTA) pada sekret hidung.
• Untuk pengobatan dapat diberikan penisilin dan • Pemeriksaan histopatologi ditemukan sel datia
obat cuci hidung dan krusta harus dibersihkan Langhans dan limfositosis.
dengan rutin. • Pengobatannya diberikan antituberkulosis dan
obat cuci hidung.
RHINITIS ALERGI
Definisi
● Menurut von pirquet, 1986
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang
sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
● Menurut NCBI
Rhinitis alergi (AR) adalah penyakit atopik yang ditandai dengan gejala bersin, hidung tersumbat, clear
rhinorrhea, dan pruritus hidung.
● Menurut Diseases of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery 7th Edition
Rhinitis alergi merupakan IgE-mediated immunologic response dari mukosa hidung terhadap airborne allergens
yang dikarakteristikan dengan adanya watery nasal discharge, nasal obstruction, bersin, dan gatal pada hidung.
Epidemiologi
● 40% terjadi pada anak-anak
● 40% terjadi pada populasi umum
● Puncaknya pada usia 20-40 tahun
● Prevalensi rhinitis alergi berdasarkan nasal symptoms yaitu 30%
● Menurut data dari International Study for Asthma and Allergies in Childhood :
○ 14,6% pada kelompok usia 13 -14 tahun
○ 8,5% pada kelompok usia 6-7 tahun
● Rhinitis alergi musiman tampaknya lebih umum pada kelompok usia anak-anak,
sedangkan rinitis kronis lebih banyak terjadi pada orang dewasa.
Etiologi
Berdasarkan jenis allergen
1. Inhalan → masuk bersamaan dengan udara pernapasan (contoh : debu rumah, tungau,
bulu hewan, dan jamur)
2. Ingestan → masuk ke saluran cerna melalui makanan (contoh : susu, telur, udang, dan
ikan laut, dll)
3. Injektan → melalui suntikan atau tusukan (contoh : penicillin, sengatan lebah)
4. Kontaktan → melalui kontak kulit atau jaringan mukosa (contoh : bahan kosmetik,
perhiasan)
Faktor Risiko
● Riwayat keluarga
● Jenis kelamin → laki-laki
● Terdapat IgE spesifik alergen
● Serum IgE > 100 IU/mL sebelum usia 6 tahun
● Status sosial ekonomi yang lebih tinggi
● Anak-anak (resiko tinggi) → mengenalkan makanan atau susu formula lebih awal dan/atau
pajanan berat terhadap rokok pada tahun pertama kehidupan
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya
1. Rhinitis alergi musiman
● Hanya di negara 4 musim
● Alergen penyebab: tidak spesifik
○ Serbuk (pollen)
○ Spora jamur
1. Rhinitis alergi sepanjang tahun
● Gejala: intermiten atau terus menerus sepanjang tahun
● Alergen penyebab: alergen inhalan & alergen ingestan (penyebab tersering pada
anak-anak)
Berdasarkan derajat keparahan:
1. Ringan
Bila tidak ditemukan gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain
yang mengganggu.
2. Sedang-berat
Bila terdapat satu atau lebih dari gangguan diatas
Berdasarkan sifat berlangsungnya:
3. Intermiten (kadang-kadang)
● Bila gejala kurang dari sama dengan 4
hari per minggu
● Atau kurang dari sama dengan 4
minggu
1. Persisten
● Bila gejala > 4 haru per minggu
● Dan > 4 minggu
Manifestasi Klinis
● Serangan bersin berulang (> 5kali berturut-turut)
● Bersin terutama pada pagi hari atau saat terkena debu
● Rhinorrhea (keluar cairan dari hidung yang encer dan banyak)
● Hidung tersumbat, dan sering disertai konjungtivitis alergi
● Hidung dan mata gatal
● Lakrimasi (banyak air mata keluar;kadang)
ALLERGIC SHINER ALLERGIC SALUTE ALLERGIC CREASE
COBBLESTONE GEOGRAPHIC
FACIES ADENOID TONGUE
APPEARANCE
Diagnosis
- THT FK UI & Boeis edisi 6
1. ANAMNESIS
Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan
pemeriksa.Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.
A. Apakah terdapat Gejala rinitis alergi yang khas? Karena gejalas khas nya
terdapatnya serangan bersin berulang.
B. Apakah terdapat Gejala lain seperti keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak,hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai
dengan banyak ai mata keluar (Iakrimasi).
C. Riwayat penyakit alergi dalam keluarga.
D. Gangguan alergi selain yang menyerang hidung, seperti asma, ekzema, urtikaria'
atau sensitivitas obat.
Diagnosis
Diagnosis
2. PEMERIKSAAN FISIK
● Pada rinoskopi anterior → tampak mukosa edema, basah, bervvarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang
banyak.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. In vitro
● Pemeriksaan CBC
Hitung eosinofil dalam darah tepi → hasilnya dapat normal atau meningkat
B. In vivo:
● Pemeriksaan skin prick test / tes cukit kulit: uji intrakutan atau intradermal yang
tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET).
Keuntungan: mengetahui alergen penyebab, derajat alergi serta dosis inisial untuk
desensitisasi dapat diketahui.
● Untuk alergi makanan, dapat dilakukan uji Intracutaneus Provocative Dilutional Food
Test (IPDFT), namun baku emasnya: Challenge Test
Differential Diagnosis
● Rhinitis Vasomotor,
● upper respiratory infection (URI),
● irritant exposure,
● pregnancy with nasal mucosal edema,
● rhinitis medicamentosa,
● nonallergic rhinitis with eosinophilia,
● Rhinitis due to α-adrenergic agents.
PENATALAKSANAAN
● Terapi yang paling ideal: menghindari kontak dengan alergen penyebabnya dan eliminasi
● Medikamentosa
● Operatif
● Imunoterapi
A. MEDIKAMENTOSA
Antihistamin
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi:
difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin.
Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.
Dekongestan oral: pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.
Antihistamin diabsorbsi secara oral dengan cepat dan mudah serta efektif untuk mengatasi gejala pada
respons fase cepat seperti rinore, bersin, gatal, tetapi tidak efektif untuk mengatasi gejala obstruksi hidung
pada fase lambat.
Treatment - THT FK UI
Kortikosteroid
Kortikosteroid dipilih apabila gelaja sumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak berhasil diatasi
dengan obat lain.
Kortikosteroid topikal: beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mutason furoat, dan triamsinolon.
MOA: mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik
dari eosinofil, mengurangi aktifotas limfosit, mencegah bocornya plasma epitel hidung tidak
hipersesponsif terhadap rangsangan alergen (bekerja pada fase cepat dan lambat).
Antikolinergik
Antikolinergik topikal: ipratropium bromide bermanfaat mengatasi rhinorea karena aktiftas inhibisi
reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.
Treatment - THT FK UI
B. OPERATIF
Tindakan konkotomi parsial (pemotogan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple
outfractured, inferior turbinoplasty.
C. IMUNOTERAPI
Cara pegobatan ini dilakukan pada alergi ihalan, dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung
lama, serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Tujuan: penurunan IgE.
Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu intradermal dan sub-lingual.
Komplikasi
3. Sinusitis Paranasal
- THT FK UI
Prognosis
1. Prognosis rhinitis alergi dengan menghindari paparan alergen (dan tidak ada
perkembangan menjadi rinosinusitis), rinitis alergi memiliki prognosis yang sangat
baik. Namun rhinitis alergi yang diklasifikasikan akibat paparan pekerjaan yang
tidak diobati dapat berkembang menjadi asma. (Textbook Current Diagnosis edisi 6
on AccesMedicine )
2. Pasien yang memiliki gejala pada usia yang lebih muda lebih cenderung
menunjukkan perbaikan. Tingkat keparahan dapat bervariasi dari waktu ke waktu
dan bergantung pada berbagai faktor seperti lokasi dan musim. (NCBI)
ALHAMDULILLAH