ATROFI
Rangga Ferdyennizar
Preseptor : dr. Elfahmi,
Sp.THT
Anatomi Hidung
HIDUNG LUAR :
Pangkal hidung (bridge)
Batang hidung (dorsum nasi)
Puncak hidung (tip)
Ala nasi
Kolumela
Lubang hidung (nares anterior)
Hidung dalam :
Vestibulum berada tepat di belakang nares
anterior
yang
dilapisi
oleh
kulit
yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan
rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.
Cavum nasi (rongga hidung)
Superior
Lamina
cribriformis
os
ethmoidale, disini terdapat n. olfaktorius
Inferior Processus palatinus os maxilla
dan lamina horizontalis os palatina
Lateral Os maxilla, os nasale
Medial Septum nasi
Konka
Konka
Konka
Konka
nasalis inferior
nasalis media
nasalis superior
suprema (rudimenter)
Rinitis Atrof
Merupakan
penyakit
kronik
nonspesifk yang ditandai dengan
mukosa dan konka yang atrof,
kelainan mukosa yang menyebabkan
terbentuknya krusta, kavum nasal
yang luas, anosmia, dan bau busuk.
Epidemiologi
Pada satu studi dilaporkan bahwa 69.6%
penderita berasal dari rural area dan 43.5%
merupakan pekerja pabrik. Rinitis atrof banyak
menyerang orang dengan sosial ekonomi
rendah, dan higienis yang buruk. Angka
kejadian enam kali lebih sering pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki.
Etiologi
Banyak teori mengenai etiologi dan patogenesis
rinitis atrof dikemukakan, :
Infeksi oleh kuman spesifk. Yang tersering
ditemukan adalah spesies Klebsiella, terutama
Klebsiella Ozaena. Kuman lainnya yang sering
ditemukan adalah Staflokokus, Streptokokus dan
Pseudomonas aeruginosa.
Patologi
Rinitis atrof mempunyai gejala yang
yaitu dengan adanya perubahan atrof
seluruh bagian hidung. dr.Benhard fraenkel
tahun 1876 menyatakan adanya trias Rinitis
meliputi, bau, krusta, dan atrof nasal.
khas
pada
pada
atrof
Diagnosis
Anamnesa
Keluhan yang paling sering di keluhkan
pasien adalah adanya perasaan hidung yang
tersumbat dikarenakan adanya blunting
effect, dan krusta yang besar yang
mengahalangi aliran udara.
Keluhan lain yang juga sering dikeluhkan
pasien adalah bau busuk yang dikeluhkan
orang sekitar, yang membuat pasien jadi
memiliki masalah sosial, pasien sendiri tidak
dapat mencium bau busuk tersebut, karena
pasien mengalami anosmia.
Pemeriksaan Fisik
Pada 100% kasus ditemui (1) krusta, disusul
dengan (2) kavum nasi yang lapang dan tidak
ditemuinya konka inferior (atrof) pada rhinoskopi
anterior, atrof konka media pada 57% kasus,
adanya (3) sekret pada 52% kasus, dan (4)
perforasi septum yang hanya ditemui pada 10%
kasus.
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Mikrobiologi
Histopatologi
Diagnosa banding
Rinitis
Aleri
Rinitis Vasomotor
Rinitis Medikamentosa
Rinitis Simplek
Penatalaksanaan
Konservatif
Operatif
Prognosis
Prognosis rinitis atrof tergantung dari etiologi
dan progresiftas penyakitnya, jika cepat ditangani
umumnya akan berakhir baik. Jika penyakit di
diagnosa pada tahap awal dan penyebabnya
dapat
dipastikan
bakteri,
maka
terapi
antimikrobial yang adekuat serta cuci hidung yang
rutin diharapkan dapat mengembalikan fungsi
hidung kembali. Jika penyakit didapati dengan
gejala klinis yang parah, tetap dicoba dengan
terapi medika mentosa, dan jika tidak berhasil
perlu dipikirkan untuk melakukan tindakan bedah.
TERIMA KASIH