Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

RINITIS ATROFI
Dewi Setianingsih 1102013079
Pendahuluan

 Rinitis atrofi adalah penyakit infeksi hidung kronik yang ditandai adanya
atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka serta adanya pembentukan
krusta.
 Penderita rinitis atrofi wanita : laki adalah 3 : 1
 Sering ditemukan pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah
dan di lingkungan yang buruk serta di negara berkembang.
Anatomi Hidung
Vaskularisasi Hidung

Arteri Vena
Bagian  Vena-vena hidung
atas • a.Etmoid anterior & mempunyai nama yang
rongga posterior sama dan berjalan
hidung berdampingan dengan
arterinya .
Bagian
• ujung a.palatina
bawah  Vena-vena di hidung tidak
mayor dan
rongga memiliki katup 
hidung a.sfenopalatina
memudahkan penyebaran
intrakranial
Bagian
depan • cabang – cabang
rongga a.fasialis
hidung
Persarafan
Fisiologi Hidung

 Sebagai jalan nafas


 Pengatur kondisi udara (air conditioning)
 Sebagai penyaring dan pelindung
 Indra penghidu
 Resonansi suara
 Proses bicara
 Refleks nasal
Rinitis Atrofi
Definisi

Penyakit infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi progresif pada
mukosa dan tulang konka dan pembentukan krusta.
Etiologi
Epidemiologi

• Sering terjadi dinegara berkembang


• Wanita >> pria
• Cenderung pada usia pubertas
• Sering dihubungkan dengan status esterogen
• Biasanya berasal dari kalangan ekonomi rendah dengan status
higiene buruk.
Patofisologi

 epitel torak bersilia metaplasia squamosa dan kehilangan silia


kemampuan pembersihan hidung dan debris(-) Glandula mukosa
mengalami atrofi keringnya mukosa hidung krusta yang
merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman
Klasifikasi

Secara patologi:
 Tipe I : adanya endarteritis dan periarteritis pada arteriole terminal
akibat infeksi kronik, membaik dengan efek vasodilator dari terapi
estrogen.
 Tipe II : terdapat vasodilatasi kapiler, yang bertambah jelek dengan
terapi estrogen.
Sutomo dan Samsudin membagi ozaena secara klinik dalam tiga
tingkat:
 Tingkat I : Atrofi mukosa hidung, mukosa tampak kemerahan dan
berlendir, krusta sedikit.
 Tingkat II : Atrofi mukosa hidung makin jelas, mukosa makin kering,
warna makin pudar, krusta banyak, keluhan anosmia belum jelas.
 Tingkat III : Atrofi berat mukosa dan tulang sehingga konka tampak
sebagai garis, rongga hidung tampak lebar sekali, dapat
ditemukan krusta di nasofaring, terdapat anosmia yang jelas.
Menurut Watson dibagi atas 3 klasifikasi:
 Mild: ditandai dengan adanya krusta yang jika dilepaskan
gampang berdarah
 Moderate: ditambah dengan bau busuk dari hidung dan anosmia
 Severe: ditandai dengan adanya destruksi tulang dan terjadi
kelainan bentuk hidung.
Manifestasi Klinik

 napas berbau
 ada ingus kental yang berwarna hijau
 ada kerak (krusta) hijau
 ada gangguan penghidu
 sakit kepala
 hidung tersumbat.
Pemeriksaan Fisik

 Adanya krusta
 cavum nasi yang lapang dan tidak ditemuinya konka inferior
(atrofi)
 adanya sekret
Pemeriksaan Penunjang

 Radiologi
 Mikrobiologi
 Histopatologi
 Pemeriksaan kadar Iron dalam darah
 Pemeriksaan Seroimunologik
 Pemeriksaan kadar VDRL (Venereal Disease Research Laboratory)
CT-scan sinus paranasal:
 Terdapat gambaran penebalan dari mukosa sinus paranasal
 Hilangnya kompleks osteomeatal akibat destruksi bulla ethmoid dan
processus uncinatus
 Hypoplasia dari sinus maksillaris
 Pembesaran dari rongga hidung dengan destruksi dari dinding lateral
hidung
 destruksi tulang konka inferior dan konka media.
Diagnosis Banding

 rinitis kronik TBC


 rinitis kronik lepra
 rinitis kronik sifilis
 rinitis sika
Penatalaksanaan

Konservatif
1. Antibiotik spektrum luas
2. Obat cuci hidung
3. Vitamin A
4. Preparat Fe
• Konservatif gagal  operasi
• Prinsip:
– mengistirahatkan mukosa hidung pada normal kembali selama
2 tahun
TUJUAN PEMBEDAHAN

 menyempitkan rongga hidung


 mengurangi pengeringan & pembentukan krusta
 mengistirahatkan mukosaregenerasi
Teknik Operasi

 operasi penutupan lubang hidung atau penyempitan lubang


hidung dengan implantasi
Jenis teknik operasi yang dilakukan:

1) Young’s operation
2) Modified Young’s operation
3) Lautenschlager operation
4) Implantasi submukosa
5) Wittmack’s operation
Prognosis

Tergantung dari etiologi dan progresifitas penyakitnya, jika cepat ditangani


umumnya akan berakhir baik.
Kesimpulan

 Rinitis atrofi adalah penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya
atrofi progresif tulang dan mukosa konka.
 Beberapa hal dianggap sebagai penyebab seperti infeksi oleh kuman
spesifik, yaitu sepsis klebsiela, yang sering Klebsiela Ozaena, kemudian
Stapfilokokus, dan Pseudomonas Aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi
vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal dan penyakit kolagen.
 Gejala klinis adalah berupa keluhan subyektif yang sering ditemukan pada
pasien biasanya nafas berbau, ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan
penciuman, sakit kepala dan hidung tersumbat.
 Terapi belum ada yang baku, ditujukan untuk menghilangkan etiologi dan
gejala dapat dilakukan secara konservatif ataupun operatif.

Anda mungkin juga menyukai