Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Nur Rifdatur Rafila (181014201643)
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga saya selaku penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan laporan pendahuluan “Asuhan Keperawatan
Pada Ibu Hamil Dengan Torch” . Tugas ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Ika Arum Dewi S., S.Kep., Ners., M.Biomed Selaku Dosen Pembimbing yang
telah membantu saya dalam pembuatan dan penyelesaian tugas.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tugas laporan
pendahuluan ini dari segi isi maupun penyajian untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan agar saya dapat memperbaiki laporan pendahuluan ini.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umun
Untuk mengenal dan memahami lebih dalam lagi terkait
dengan bagaimana infeksi TORCH pada Ibu hamil dan bagaimana
kita mencegah dan mengobati TORCH tersebut.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui :
1) Bagaimana pengertian dari TORCH ?
2) Bagaimana etiologi dari TORCH ?
3) Bagaimana patofisiologi dari TORCH ?
4) Bagaimana tanda dan gejala TORCH ?
5) Bagaimana cara penularan TORCH ?
6) Bagaimana caramenghindari TORCH ?
7) Bagimana mencegah TORCH ?
8) Bagaimana pengobatan TORCH ?
9) Bagaiman diagnosa TORCH ?
10) Bagaimana pemeriksaan TORCH ?
BAB II
TINJAUAN KONSEP
2.1 Pengertian Torch
Infeksi TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma, Other
disease, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus yang merupakan
kelompok infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, virus
Rubella, Cytomegalovirus (CMV), virus Herpes Simplex dan oleh infeksi
lain (other disease) yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Infeksi TORCH asalnya dianggap terdiri dari empat kondisi yang
disebutkan di atas, dengan "TO" merujuk kepada Toxoplasma. Format
empat istilah ini masih digunakan pada banyak rujukan modern dan cara
penulisan huruf besar/kecil "ToRCH" juga kadang digunakan dalam
konteks ini (Sumampouw, 2007).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan
berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak
sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi
saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu
cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau
kelainan kongenital (cacat fisik maupun mental). Kelainan kongenital ini
dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf
pusat dan perifer yang mengakibatkan gangguan penglihatan,
pendengaran, sistem kardiovaskuler serta metabolisme tubuh. Infeksi
TORCH dapat menyebabkan 5-10% keguguran dan kelainan kongenital
pada janin meliputi gangguan pendengaran, retardasi mental serta
kebutaan. Angka kejadian kelainan kongenital dibeberapa rumah sakit di
Indonesia yaitu RSCM Jakarta tahun 1975- 1979 sebanyak 11,61 per 1.000
kelahiran hidup dan RS Piringadi Medan tahun 1977-1980 sebanyak 3,3per
1.000 kelahiran hidup (Nelson & Demmler, 1996; Suromo & Budipradigdo,
2007).
2.2 Etiologi Torch
1. Toxoplasma gondii
2. Other : Sifilis , Streptococcus group ß ,liseriosis ( Listeria
monocytogeneses), campak, atau morbilli / measles , Varicella-
zoster , Echovirus , mumps/gondongan, vaccine ,virus polio,
Coxsackie –B , Hepatitis B dan C ,HIV ,HPV ,Human Papiloma
Virus B 19.
3. Rubella virus / German measles
4. Cytomegalo virus (CMV)
5. Herpes simpleks virus (HSV-1 ,HSV-2)
2. Rubella
Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan
adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella
telah terjadi.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella
IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada
saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan,
dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu
dan risiko infeksi rubella bawaan.
3. Cyto Megalo Virus
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk
mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut
mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang
silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV
IgG.
4. Herpes Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm
sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya
lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1. Suhu tubuh meningkat
2. Malaise
3. Sakit tenggorokan
4. Mual dan muntah
5. Nyeri otot
d. Riwayat kesehatan dahulu
1. Klien sering berkontak langsung dengan binatang
2. Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3. Klien pernah mendapatkan tranfusi darah
e. Data psikologis
f. Data spiritual
g. Data social dan ekonomi
h. Pemeriksaan fisik
1. Mata : Nyeri
2. Perut : Diare, mula dan muntah
3. Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat,
timbulnya rash pada kulit
4. Muskuloskletal: Nyeri dan kelemahan
5. Hepar : Hepatomegali dan icterus
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.
2. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai
dengan suhu 390c tubuh menggigil.
3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan
makanan dan cairan ditandai dengan diare.
C. Intervensi
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Nyeri b.d adanya proses Setelah dilakukan 1. Berikan lingkungan yang tenang 1. Menurunkan reaksi
infeksi / inflamasi. tindakan keperawatan sesuai kebutuhan. stimulasi dari luar
diharapkan dapat 2. Berikan lingkungan yang tenang atau sensitivitas
mengurangi nyeri dengan sesuai kebutuhan. pada cahaya dan
Kriteria Hasil : 3. Tingkatkan tirah baring, bantulah meningkatkan
1. Klien melaporkan kebutuhan perawatan diri yang istirahat/reaksi.
nyeri hilang dan penting. 2. Menurunkan reaksi
terkontrol 4. Kolaborasi dengan tim medis stimulasi dari luar
2. Klien tampak rileks, lainnya dalam pemberian atau sensitivitas
Klien mampu analgesic seperti asetamenofen. pada cahaya dan
tidur/istirahat meningkatkan
dengan tepat. istirahat/reaksi.
3. Menurunkan
gerakan yang dapat
meningkatkan
nyeri.
4. Untuk
menghilangkan
rasa nyeri yang
berat.
2 Hipertemia b.d peningkatan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital : Suhu 1. Sebagai indikator
tingkat metabolisme penyakit tindakan keperawatan tubuh untuk mengetahui
ditandai dengan suhu 39, diharapkan dapat 2. Ajarkan klien pentingnya status hipertermi
5°C, tubuh menggigil mendemonstrasikan suhu mempertahankan cairan yang 2. Dalam kondisi
dalam batas normal adekuat sedikitnya 2000ml/ hari demam terjadi
Kriteria Hasil : untuk mencegah dehidrasi. peningkatan
1. Terjadi peningkatan 3. Berikan kompres dengan air evaporasi yang
suhu biasa pada lipatan ketiak dan memicu timbulnya
2. Kulit kemerahan dan femur. dehidrasi.
hangat waktu disentuh 4. Anjurkan klien untuk memakai
3. Peningkatan tingkat pakaian yang menyerap keringat 3. Menghambat pusat
pernapasan simpatis di
hipotalamus
sehingga terjadi
vasodilatasi kulit
dengan
merangsang
kelenjar keringat
untuk mengurangi
panas tubuh
melalui penguapan.
4. Kondisi kulit yang
mengalami lembab
memicu timbulnya
pertumbuhan
jamur, juga akan
mengurangi
kenyamanan klien,
mencegah
timbulnya ruam
kulit.
3 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan diet/ jumlah 1. Makan banyak sulit
b.d tidak adekuatnya tindakan keperawatan kalori. Berikan makan sedikit untuk mengatur bila
masukan makanan dan diharapkan dapat dalam frekwensi sering dan pasien anoreksia.
cairan ditandai dengan, diare memenuhi kebutuhan tawarkan makan pagi paling Anoreksia juga
cairan tubuh dengan besar. paling buruk selama
Kriteria Hasil : 2. Berikan perawatan mulut siang hari,
1. Mempertahankan sebelum makan. membuat maskan
volume sirkulasi 3. Anjurkan makan pada posisi makanan yang sulit
adekuat duduk tegak. pada sore hari.
2. Tanda – tanda vital 4. Konsul pada ahli diet, dukungan 2. Menghilangkan
dalam batas normal tim nutrisi untuk memberikan diet rasa tak enak dapat
3. Nadi ferifer teraba sesuai kebutuhan pasien, meningkatkan
4. Haluaran urine dengan masukan lemak dan napsu makan.
adekuat protein sesuai toleransi 3. Menurunkan rasa
5. Membrane mukosa penuh pada
lembab abdomen dan dapat
6. Turgor kulit baik. meningkatkan
pemasukan.
4. Berguna dalam
program diet untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
individu
BAB IV
PEMBAHASAN
Hubungan Infeksi Torch Pada Kehamilan Dengan Kejadian Kelainan
Kongenital Pada Bayi Baru Lahir
Pada penelitian ini membahas terkait dengan bagaiman hubungan
antars infeksi Torch pada kehamilan dengan kejadian kelainan kolongetal
pada bayi lahir, Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional
dengan pendekatan studi potong lintang (crosssectional). Penelitian
dilaksanakan di RS Ibu dan Anak Permata Bunda dan RS dr.Ismoyo Kendari
dari tahun 2013-2016. Tiga puluh tiga sampel yang terdiri dari wanita hamil
dengan usia dari 24 tahun sampai dengan 38 tahun. Pengambilan sampel
dengan menggunakan total sampling. Sebagai kriteria ekslusi pada saat
pemeriksaan IgM infeksi TORCH mempunyai nilai negatif. Pada sampel
dilakukan pengambilan darah untuk dilakukan pemeriksaan infeksi TORCH
meliputi IgG Toxoplasma, IgG Rubella, dan IgG Cytomegalovirus. Data hasil
pemeriksaan berupa infeksi TORCH (IgG Toxo, IgG Rubella, IgG CMV) dan
observasi ibu hamil sampai bayi baru lahir yang dilakukan oleh dokter
spesialis obstetri dan ginekologi pada saat pasien melakukan check up di
Rumah Sakit dan pada saat proses kelahiran. Analisis bivariat dilakukan
untuk melihat hubungan antara variabel independent dan dependent.
Karena rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional, hubungan
antara variabel independent dan dependent digunakan uji statistik odds ratio
(OR) tabel kontigensi 2x2 dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05).
Pada penelitian ini didapatkan hasil pengumpulan sampel sebanyak
33 orang dengan hasil pemeriksaan infeksi TORCH meliputi IgG
Toxoplasma, IgG Rubella dan IgG CMV. Didapatkan hasil pemeriksaan
infeksi TORCH sebagai berikut IgG Toxoplasma (+), IgG Rubella (+), IgG
CMV (+), IgG Toxoplasma (+) IgG Rubella (+), IgG Toxoplasma (+) IgG CMV
(+), IgG Rubella (+) IgG CMV (+), dan IgG Toxoplasma (+) IgG Rubella (+)
IgG CMV (+).Pemeriksaan IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil. Antibodi IgG muncul beberapa minggu
setelah respons IgM dan mencapai maksimum 6 bulan kemudian. Titer yang
tinggi dapat bertahan beberapa tahun, tetapi akhirnya terjadi penurunan
sedikit demi sedikit, menghasilkan kadar yang rendah dan stabil, serta
mungkin seumur hidup. Data di Amerika Serikat pada tahun 2006
menyatakan 15%-30% wanita mempunyai antibodi terhadap toxoplasma.
Infeksi TORCH di Indonesia pada kehamilan menunjukkan prevalensi cukup
tinggi, berkisar antara 5,5% sampai 84% (Beers & Berkow, 1999; Gershon,
1998; Peter, 1992).
Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada
hubungan antara infeksi TORCH pada kehamilan dengan kejadian kelainan
kongenital (P=0,092, p>0,05). Penelitian ini mengambil sampel dengan hasil
pemeriksaan IgM negatif yang merupakan penanda infeksi aktif. Pada
penelitian ini didapatkan hasil bahwa titer IgG yang tinggi tidak berbanding
lurus dengan luaran. Karena ada sampel dengan nilai titer IgG yang tinggi
tapi mempunyai luaran bayi aterm. Sedangkan sampel dengan nilai titer IgG
yang tidak terlalu tinggi mempunyai luaran abortus, IUFD dan kelainan
kongenital.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat
jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes. Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
toxoplasma gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak
menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yang terinfeksi. Penyebab dari
penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii yang hidupnya
di dalam kucing. Rubela suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak
dan dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly
suatu toga virus yang dalam penyebabnya tidak membutuhkan vector.
Citomegalo virus diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes,infeksi
oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah. Herpes
simplek adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di
sekeliling rectum atau di daerah sekitarnya disebabkan oleh virus Herpes
Simplek. Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan
sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan IgG avidity untuk mengetahui
apakah infeksi sudah lama atau baru terjadi, primer atau sekunder karena
keterbatasan dana. Penetapan IgG avidity dilakukan bersamaan waktu
dengan penetapan IgG, karena interpretasi hasil IgG avidity tidak dapat
dilakukan dengan baik bila kadar IgG di bawah 6 aU/ml atau di atas 400
aU/ml.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Zida Maulina, and Juminten Saimin. "Hubungan Infeksi Torch Pada Kehamilan
Dengan Kejadian Kelainan Kongenital Pada Bayi Baru Lahir." MEDULA 4.2.
Sari, Ratna Dewi Puspita. "Kehamilan dengan Infeksi TORCH." Jurnal Kedokteran
Universitas Lampung 3.1 (2019): 176-181.