Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MATA KULIAH GAWAT DARURAT


KEGAWATAN OBSTETRIK

Disusun Oleh :

Carmeneza F.D.S (181014201601)

Ayub Danna W. (181014201615)

Adrianus Aprilyanto (181014201607)

Lailatul Mukarromah (170914201600)

Enryo Dhiasaputra (181014201623)

Lesliana Kondo (181014201631)

Dosen Pengampu :

Fatimah Zahra S. Kep., Ns. M. Kep

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

TAHUN 2021
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................4
A. Latar Belakang ........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................5
C. Tujuan .....................................................................................................................7
D. Manfaat...................................................................................................................7
BAB II..................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................................8
A. Definsi Kegawatan Obstetri ...................................................................................8
B. Jenis Kegawatan Obstetric ....................................................................................8
C. Etiologi ...................................................................................................................8
D. Tanda dan Gejala ....................................................................................................9
E. Patofisiologi............................................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................10
G. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan ..........................................................10
H. Hiperemesis Gravidarum ......................................................................................10
I. MANISFESTASI KLINIK KEGAWATDARURATAN OBSTETRIC ..................................13
J. PATHWAY POST PARTUM.....................................................................................14
K. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................15
L. Diagnosa keperawatan yang muncul : ..................................................................16
M. Rencana Keperawatan......................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................21
TREND DAN ISSUE ............................................................................................................21
A. Jurnal : Hubungan Respon Time Dengan Luaran Keberhasilan Pada Penanganan
Kasus Perdarahan Postpartum Dalam Kegawatdaruratan Obstetri Di RSU Andi
Makkasau Parepare......................................................................................................21
BAB IV ..............................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................23
A. KESIMPULAN ........................................................................................................23
B. SARAN ..................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyebab utama kematian ibu baik di dunia maupun
Negara berkembang adalah perdarahan postpartum (Homer et al., 2009).
Hal ini dilihat dari kasus perdarahan yang paling banyak ditemukan yaitu
perdarahan postpartum sebesar 18,4%. Risiko kematian ibu semakin
besar dengan adanya anemia, kekurangan energi kronik (KEK), dan
penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, serta
HIV/AIDS. Pada tahun 1995, misalnya, prevalensi anemia pada ibu hamil
mencapai 51% dan ibu nifas 45%. Sementara pada tahun 2002 terdapat
17,6% wanita usia subur yang menderita KEK. Disamping itu beberapa
faktor yang berkontribusi secara tidak langsung adalah tingkat sosial
ekonomi, pendidikan, budaya, akses terhadap sarana kesehatan,
transportasi, dan tidak meratanya distribusi tenaga terlatih (terutama
bidan) (Tim 2 Penyusunan Laporan Tujuan Pembangunan Millennium
(MDGs) Indonesia, 2007).

Perdarahan postpartum merupakan perdarahan yang melebihi 500 ml


dalam 24 jam setelah bayi lahir. Namun secara praktis hal ini tidak dapat
digunakan sebagai standar penilaian karena sering pasien datang dalam
kondisi secara klinik presyok atau syok. Perdarahan dapat terjadi segera
setelah bayi lahir, selama pelepasan dan setelah plasenta lahir.
Berdasarkan waktut erjadinya perdarahan postpartum dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu perdarahan postpartum primer (terjadi dalam 24 jam
setelah bayi lahir) dan perdarahan postpartum sekunder (terjadi setelah
24 jam setelah bayi lahir) (Saifudin et al.,2007). Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan perdarahan postpartum yaitu atonía uteri, retensio plasenta
dan laserasi jalan lahir.Atonia uteri dapat terjadi pada kasus overdistensi
uterus seperti hidramnion,gemelli, persalinan lama, induksi oksitosin,
multiparitas, dan retensio plasentaAhonen et al. (2010).

Dalam Shane (2002), kasus perdarahan postpartum harus segera


mendapat penanganan yang tepat karena kasus perdarahan postpartum
dapat mengancam jiwa. Seorang ibu dengan perdarahan hebat akan
cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang sesuai,
termasuk pemberian obat-obatan,prosedur klinis sederhana, transfusi
darah dan operasi. Di daerah dengan akses terbatas untuk memperoleh
perawatan petugas medis, transportasi, dan pelayanan gawat darurat
akan menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan sehingga risiko
kematian karena perdarahan postpartum meningkat. Kondisi tersebut
diperburuk apabila ibu mengalami anemia.

Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum yaitu


pencegahan,penghentian perdarahan dan mengatasi syok. Menurut
Anderson and Etches (2007) manajemen aktif kala III (PAKT) merupakan
strategi pencegahanpendarahan postpartum. Setiap ibu melahirkan harus
mendapatkan penangananaktif kala III (active management of the third
stage of labour). Manajemen aktif kala III adalah sebuah tindakan yang
bertujuan untuk mempercepat lahirnyaplasenta dengan meningkatkan
kontraksi uterus sehingga menurunkan kejadianperdarahan postpartum
karena atonia uteri.

Hasil penelitian Siswosudarmo (2009) mengenai pengaruh


keterlambatan terhadap kejadian miss dan near-miss menunjukkan
bahwa terlambat rujukan berisiko menyebabkan kematian sebesar 5,27
kali dibandingkan dengan yang tidak terlambat memutuskan untuk
melakukan rujukan, terlambat mendapat pertolongan di rumah sakit
berisiko menyebabkan kematian sebesar 13,23 kali dibandingkan dengan
yang tidak terlambat, dan responden yang mengalami terlambat tiba di
rumah sakit dan terlambat mendapat pertolongan dirumah sakit berisiko
sebesar 12,73 kali menyebabkan kematian bila dibandingkan dengan
yang tidak terlambat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kegawatandarurat obstetri?

2. Apa etiologi dari kegawatandarurat obstetri?

3. Apa klasifikasi dari kegawatandarurat obstetri?


4. Apa saja penatalaksanaan dari kegawatdarurat obstetri?

5. Apa saja tanda dan gejala kegawatandarurat obstetri?

6. Apa saja klasifikasi kegawatandarurat obstetri?

7. Apa diagnosa kegawatandarurat obstetri?

8. Apa patofisiologi kegawatdarurat obstetri?

9. Bagaimana asuhan keperawatan dari kegawatandarurat obstetri?


C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
kelompok dari mata kuliah keperawatan gawat darurat serta menambah
pengetahuan umum tentang keperawatan gawat darurat obstetric.

D. Manfaat
Dapat memberikan manfaat untuk banyak orang,dan bisa menambah
ilmu pengetahuan tentang kegawatandarurat obstetrik dan dapat
memecahkan masalah yang ada di rumah sakit tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definsi Kegawatan Obstetri


Kedaruratan Obstetrik adalah suatu keadaan klinik yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat bahkan kematian ibu
dan janinnya. Secara umum terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin
dan bayi baru lahir,yaitu perdarahan, infeksi, sepsis, hipertensi, preeklampsia,
eklampsia, persalinan macet (distosia). Persalinan macet hanya terjadi pada
saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab lain dapat terjadi
dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas

Setiap kehamilan berpotensi mengalami risiko kedaruratan. Pengenalan


kasus kedaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang
cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat klinis kasus kedaruratan obstetri
yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, setiap kasus sebaiknya
ditangani seyogyanya kasus gawat darurat lewat triase awal, sampai
pemeriksaan menunjukkan bahwa kasus tersebut bukan kedaruratan. Dalam
menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama
(diagnosis) dan tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat,
dan segera mungkin.

B. Jenis Kegawatan Obstetric


Perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih


setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000).

C. Etiologi
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :

Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk


berkontraksi setelah plasenta. Laserasi jalan lahir Pada umumnya
robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Laserasi
diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu (Rohani, Saswita dan
Marisah, 2011): Derajat satu Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit
perineum. Derajat dua Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot
perineum. Derajat tiga Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum,
otot perineum, dan otot sfingter ani eksternal. Derajat empat Robekan
mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani
eksternal, dan mukosa rektum.

Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi


waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan.
Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan
postpartum (20% - 30% kasus).

D. Tanda dan Gejala


Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10%
dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru
tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa
perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan
banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan
lain-lain (Wiknjosastro, 2005).

E. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh
darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan
terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya
pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu
proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan
postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan
shock hemoragi
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, kultur uterus dan vagina, Profil
koagulasi, Sonografi

G. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


Penanganan pasien dengan Perdarahan postpartum memiliki dua
komponen utama yaitu resusitasi dan pengelolaan perdarahan obstetri yang
mungkin disertai syok hipovolemik dan identifikasi serta pengelolaan
penyebab dari perdarahan. Keberhasilan pengelolaan perdarahan postpartum
mengharuskan kedua komponen secara simultan dan sistematis ditangani
(Edhi, 2013).

Penggunaan uterotonika (oksitosin saja sebagai pilihan pertama)


memainkan peran sentral dalam penatalaksanaan perdarahan postpartum.
Pijat rahim disarankan segera setelah diagnosis dan resusitasi cairan
kristaloid isotonik juga dianjurkan. Penggunaan asam traneksamat disarankan
pada kasus perdarahan yang sulit diatasi atau perdarahan tetap terkait
trauma. Jika terdapat perdarahan yang terusmenerus dan sumber perdarahan
diketahui, embolisasi arteri uterus harus dipertimbangkan. Jika kala tiga
berlangsung lebih dari 30 menit, peregangan tali pusat terkendali dan
pemberian oksitosin (10 IU) IV/IM dapat digunakan untuk menangani retensio
plasenta. Jika perdarahan berlanjut, meskipun penanganan dengan
uterotonika dan intervensi konservatif lainnya telah dilakukan, intervensi
bedah harus dilakukan tanpa penundaan lebih lanjut (WHO, 2012).

H. Hiperemesis Gravidarum
- Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah bentuk yang paling parah dari mual dan
muntah yang terjadi selama masa kehamilan, dan ditandai dengan
muntah dan mual yang berat sehingga menyebabkan dehidrasi,
gangguan elektrolit dan metabolisme, dan defisiensi nutrisi yang dapat
menyebabkan seseorang memerlukan perawatan rumah sakit.6,7,8,9,10
Muntah yang berlebihan dalam kehamilan yang menyebabkan terjadinya
ketonuria dan penurunan berat badan ≥ 5%.11 2.2
- Etiologi

Penyebab pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum dapat
diketahui. Berdasarkan beberapa teori, faktor biologis yang paling berperan
adalah perubahan kadar hormon selama kehamilan. Menurut teori terbaru,
peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) akan menginduksi
ovarium untuk memproduksi estrogen yang dapat merangsang mual dan
muntah. Perempuan dengan mola memiliki kadar HCG lebih tinggi daripada
perempuan hamil lainnya

- Diagnosis

Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan untuk menegakkan


diagnosis antara lain:

 Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.


 Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
 Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi
lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (lividae).
 Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga
untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun
kehamilan molahidatidosa.
 Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
benda keton, dan proteinuria.
 Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan
untuk konsultasi psikologi
- Gejala Klinis

Mulai terjadi pada trismester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai
adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, salivasi yang berlebihan,
tandatanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan
laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan
hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal dapat juga dijumpai.
- Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan hiperemesis gravidarum berupa:

 Atasi dehidrasi dan ketosis  Berikan infus Dextrose 10% + B


kompleks IV  Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposis
kalori dan elektrolit yang memadai seperti : KaEN Mg 3, Trifuchsin
dll
 Atasi defisit asam amino
Atasi defisit elektrolit
Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit
elektrolit’
 Berikan obat anti muntah
B. Abortus
- Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau janin belum mampu untuk hidup di luar kandungan

- Etiologi
Penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi dan sering
diperdebatkan.Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak
diantaranya adalah sebagaiberiku
1. Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik.
2. Kelainan kongenital uterus
3. Autoimun
4. Defek fase luteal
5. Infeksi
6. Hematologik
7. Lingkungan
- Patofisiologi

Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin


yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu
terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi
sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah
kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan
sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi
uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing
itu keluar rongga rahim (ekspulsi)/

- Penatalaksanaan

Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-


tanda syokmaka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse
darah. Kemudian,jaringan dikeluarkan secepat mungkin dengan metode
digital dan kuretase.Setelah itu, beri obat-obat uterotonika dan antibiotika

Pada keadaan abortuskompletus dimana seluruh hasil konsepsi


dikeluarkan (desidua dan fetus),sehingga rongga rahim kosong, terapi
yang diberikan hanya uterotonika (agar uterus berkontraksi sehingga
perdarahan berhenti).Untukabortus tertunda, obat diberi dengan maksud
agar terjadi his sehingga fetus dandesidua dapat dikeluarkan, kalau tidak
berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan.

Histerotomia anterior (pengangkatan rahim) juga dapat dilakukan dan


pada penderita, diberikan tonikadan antibiotika.Pengobatan pada
kelainan endometrium pada abortus habitualislebih besar hasilnya jika
dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.

I. MANISFESTASI KLINIK KEGAWATDARURATAN OBSTETRIC


Penyebab utama manisfestasi klinik kegawatdaruratan obstetric berbeda-
beda yaitu :
Perdarahan: bermanifestasi mulai perdarahan berwujud bercak,
mrembes, profus hingga syok; Kasus persalinan macet : manisfestasi
berawal dari kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas
waktu yang normal sesuai partograf serta resiko terjadinya rupture uteri.
serta teknologi
J. PATHWAY POST PARTUM
.

Atoni uterus Laserasi jalan Gangguan


lahir koogulasi

Uterus tidak Plasma beku


Robekan Robekan
berkontraksi
jalan lahir dinding
dan lembek
vagina
trombositop
perdarahan enia

histerektomi nyeri

500- Transfuse
600cc/24 trombosit
jam Luka insisi MK :
Gangguan
rasa
Suplai darah nyaman
MK :resiko
menurun
infeksi

Syok
hipovolemia

MK: Defisit
volume
cairan
K. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.
Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam
merencanakan tindakan dan evaluasi, dari tidakan yang
dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari
wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post partum meliputi :
1. Identitas pasien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, agama, pendidikan, medical record, dan lain lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia,riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir,
kegagalan kompresi pembuluhdarah, tempat implantasi
plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang
dirasakan saat iniyaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat,lokea berwarna merah,
haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah
rendah,ekstremitas dingin , mual.
c. Keluhan Utama
Keluhan yang dialami oleh pasien.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang
menderita hipertensi,penyakit jantung, pre eklampsia,
penyakit keturunan hemopilia dan penyakitmenular.
e. Riwayat menstruasi
Menarche,lamanya siklus, banyaknya, baunya, keluhan
waktu haid, HPHT
f. Riwayat Kehamilan sekarang
Hamil muda, keluhan selama hamil muda, Hamil tua,
keluhan selama hamiltua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan,peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
g. Riwayat antenatal care
Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,perawatan serta
pengobatannya yang didapat
3. Catatan Medik
Catatan medik berupa tanggal masuk, jam masuk, no. rm.
4. Pola Kognitif Dan Persepsi
Berisi tentang tingkat pengetahuan pasien akan maslah
kesehatan yang dihadapi oleh pasien. Selain itu berisi persepsi
pasien tentang masalah kehamilan seperti perasaan takut,
gelisah, dan lain-lain.
5. Pola aktifitas sehari-hari
a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi,
baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun
makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah
warna,konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan
defeksi.BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan
miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam
Mukthar,1995).
c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena
perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang
berlebihan.

L. Diagnosa keperawatan yang muncul :


- Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri
abdomen
M. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Resiko syok Syok prevetion Syok prevention


(hipovolemik)
Syok management  Monitor status sirkulasi,
berhubungan
warna kulit, suhu tubuh,
dengan Kriteria hasil :
denyut jantung dan
perdarahan
 Nadi dibatas ritme, nadi perifer dan
yang kapiler refill
diharapkan  Monitor suhu dan
 Irama pernafasan
jantung  Monitor tanda awal syok
dalam batas  Monitor tanda dan
yang gejala asites
diharapkan  Berikan cairan iv dan
oral yang tepat
 Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok.
 Syok management
 Monitor fungsi
neurologis
2 Kekurangan Fluid balace Fluid management
volume
Nutritional status  Pertahankan cacatan
cairan
intake dan output yang
berhubungan Kriteria hasil :
akurat
dengan
 Mempertahankan  Monitor tekanan darah
perdarahan
urine output pasien
sesuai dengan  Monitor vital sign
usia, BB, BJ, urine  Berikan cairan IV dan
normal, HT monitor adanya tanda
normal. dan gejala kelebihan
 Tekanan darah, volume cairan
nadi,suhu tubuh
normal
2 Gangguan Intervesnsi yang dapat di lakukan yaitu:
rasa
 Mengunakan pendekatan yang
nyaman
menenangkan
berhubung
 Menemani pasien untuk
an dengan
memberikan keamanan dan
ansietas
mengurangi takut
dan nyeri
 Membantu pasien mengenali situasi
abdomen
yang menimbulkan kecemasan
 Mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
 Neurologis
 Memonitor fungsi renal
 Memonitor tekanan nadi
 Memonitor status cairan, input dan
ouput
BAB III

TREND DAN ISSUE


A. Jurnal : Hubungan Respon Time Dengan Luaran Keberhasilan Pada Penanganan
Kasus Perdarahan Postpartum Dalam Kegawatdaruratan Obstetri Di RSU Andi
Makkasau Parepare
Jurnal ini Membahas tentang penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan
respon time dengan luaran keberhasilan pada penanganan kasus perdarahan
postpartum dalam kegawatdaruratan obstetri. Respon time sendiri merupakan waktu
yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan
kegawatdaruratan penyakitnya sejak masuk pintu IGD (DepKes, 2010). Tujuan dari
respon time adalah untuk meminimalisir angka keterlambatan pelayanan pertama
darurat/emergency.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan respon time dengan
luaran keberhasilan pada penanganan kasus perdarahan postpartum dalam
kegawatdaruratan obstetri sehingga kasus kematian ibu di Rumah Sakit Umum Andi
Makkasau Parepare dapat ditekan melalui upaya penanganan yang tepat termasuk
dalam hal waktu tanggap/respon time terhadap kasus kegawatdaruratan obstetri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian observasional


dengan rancangan crossestional. Populasi penelitian ini adalah seluruh penanganan
kasus perdarahan postpartum pada bulan september 2014 sampai januari 2015 di IGD
kamar bersalin RSU Andi Makkasau Parepare sebanyak 40 orang. Studi ini dilakukan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan respon time terhadap
kegawatdaruratan obstetri.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 40 responden, luaran keberhasilan


penanganan perdarahan postpartum: yang hidup 34 orang (85%), nyaris mati 6 (15%)
dan yang mati 0 orang (0%). Dengan responden yang mendapat respon time<30 menit
sebanyak 27 orang dan respon time>30 menit sebanyak 13 orang. Sesuai dengan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara respon time pada
penanganan perdarahan postpartum di RSU Andi Makkasau Parepare tahun 2014.

Beberapa hasil penelitian lain juga sejalan dengan penelitian ini, antara lain
penelitian oleh Nurisna (2012). Akan tetapi hasil penelitian oleh Wilde (2009) ini tidak
sejalan dengan penelitian diatas, yang mana telah membuktikan secara jelas
pentingnya waktu tanggap/respon time. Kelompok berpendapat perbedaan hasil
penelitian ini berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan pada pasien IGD yang
mana berbeda-beda dalam standar kompetensi dan kemampuan, hal ini juga dapat
dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan
manajemen IGD Rumah Sakit.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa Berdasarkan hasil penelitian pada luaran keberhasilan diperoleh = 0,321 >α
(0,05), maka Ha di tolak dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara respon
time pada penanganan perdarahan postpartum di RSU Andi Makkasau Parepare Tahun
2014.

B. SARAN
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada kasus kematian ibu di Rumah Sakit
Umum Andi Makkasau Parepare. Kasus kematian di rumah sakit dapat ditekan melalui
upaya penanganan yang tepat termasuk dalam hal waktu tanggap/respon time terhadap
kasus kegawat daruratan obstetric khususnya dalam hal ini adalah kasus perdarahan
postpartum.

Sehingga hal tersebut dapat diterapkan oleh rumah sakit yang lain sehingga dapat
menekan lasus kegawatan obstetrik dan menekan angka kematian ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

DI RSU ANDI, M. P. HUBUNGAN RESPON TIME DENGAN LUARAN KEBERHASILAN


PADA PENANGANAN KASUS PERDARAHAN POSTPARTUM DALAM
KEGAWATDARURATAN OBSTETRI.

Anda mungkin juga menyukai