Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN

KALA III

DOSEN PEMBIMBING :
Hj. Sitti Asni, S.ST, SKM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III

1. JARNIATI (A.19.11.056)
2. JUSRIANI (A.19.11.057)
3. RAUDAH NOVAYANTI (A.19.11.060)
4. RHOYFATUL RIZQI D.A.N (A.19.11.061)
5. RISKI NOPRIANI (A.19.11.062)
6. WANDASARI (A.19.11.068)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


DOMISILI SELAYAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
Makalah yang berjudul “asuhan keperawatan persalinan kala III” ini, disusun sebagai salah
satu tugas kelompok mata kuliah keperawatan maternitas 1. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada berbagai pihak yang ikut membantu baik langsung maupun tidak
langsung.

Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan dan masyarakat


umum dapat memahaminya. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis juga menyadari makalah ini terdapat kekurangan baik materi maupun
penyajian.

Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari semua pihak ataupun pembaca sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan lebih dan bermanfaat bagi semuanya.

Selayar , 29 juni 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….................. ......

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….......................

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………......................

A. Latar belakang .................................................................................................................


B. Rumusan masalah ............................................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................

A. Definisi ............................................................................................................................
B. etiologi persalinan
C. patofisiologi persalinan kala III
D. Konsep Risiko Perdarahan pada Ibu Partus Spontan Kala III
E. tanda dan gelaja persalinan
F. pemeriksaan diagnostik
G. penatalaksanaan medik dan keperawatan
H. pathway persalinan kala III

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................................

A. Pengkajian .......................................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan .....................................................................................................
C. Intervensi .........................................................................................................................
D. Implementasi ...................................................................................................................
E. Evaluasi ...........................................................................................................................

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….....................

A. simpulan……………………………………………………………..…….....................
B. saran…………………………………………………………………….........................

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….....................


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama
disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa
terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota
masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai
gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.
Asuhan pasca keguguran untuk penatalaksaan gawat darurat keguguran dan komplikasinya
serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu
upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang
terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan
komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis
komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan
tempat terjadinya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengetian persalinan kala III ?
2. Bagemana etiologi persalinan ?
3. Bagemana patofisiologi persalinan kala III ?
4. Bagemana Konsep Risiko Perdarahan pada Ibu Partus Spontan Kala III ?
5. Bagemana tanda dan gelaja persalinan ?
6. Bagemana pemeriksaan diagnostik ?
7. Bagemana penatalaksanaan medik dan keperawatan ?
8. Bagemana pathway persalinan kala III ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengetian persalinan kala III
2. Untuk mengetahui etiologi persalinan
3. Untuk mengetahui patofisiologi persalinan kala III
4. Untuk mengetahui Konsep Risiko Perdarahan pada Ibu Partus Spontan Kala III
5. Untuk mengetahui tanda dan gelaja persalinan
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medik dan keperawatan
8. Untuk mengetahui pathway persalinan kala III
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar dari uterus, ditandai
dengan peningkatan aktifitas myometrium (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (“show”) dari
vagina. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
(Prawirohardjo, 2001)
Menurut WHO persalinan normal adalah : persalinan yang dimulai secara spontan,
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Dari
seluruh persalinan, didapatkan lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal dan sekitar
15-20% terjadi komplikasi persalinan. UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5% -
10% saja yang membutuhkan seksio sesarea. Namun kenyataannya menurut sensus survey
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 bahwa kematian ibu penyebab utama
adalah komplikasi karena partus lama. Insiden ini menyebabkan persalinan sering
berlangsung ditengah proses persalinan dengan tindakan.
Kala III adalah tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta
lahir. Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban (Ilmiah, 2015).

B. ETIOLOGI
Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum diketahui secara pasti, kemungkinan
adanya banyak faktor yang saling berkaitan, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor.
Beberapa teori yang kompleks yang dianggap berpengaruh terhadap kejadian persalinan,
yaitu faktor hormon, fetus, plasenta, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh tekanan pada
saraf dan nutrisi.

C. PATOFISIOLOGI
Kala tiga (pelepasan uri)
Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala
tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban. Setelah kala dua persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabuch, karena
sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda:
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
1. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di bawah pusat.
2. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berubah bentuk
menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi fundus uteri menjadi di atas pusat.
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan plasenta secara
Duncan/dari pinggir).
Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah retensio plasenta,
plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir. Pada kasus retensio plasenta, tindakan
manuak plasenta hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan terdapat perdarahan.

D. Konsep Risiko Perdarahan pada Ibu Partus Spontan Kala III


1. Kala III Persalinan
Kala III adalah tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta
lahir. Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban (Ilmiah, 2015). Pada kala III persalinan terjadi his
pelepasan uri yang mengakibatkan tekanan pada fundus meningkat sedangkan terjadi
pengecilan uterus sehingga perlekatan plasenta di dinding uterus sangat kecil dan
selanjutnya plasenta terlepas dari dinding uterus. Apabila pada kala III persalinan
kontraksi uterus tidak adekuat atau bahkan uterus gagal berkontraksi atau yang disebut
dengan atonia uteri maka darah akan terkumpul di uterus terutama di tempat perlekatan
plasenta yang selanjutnya berisiko terjadi perdarahan. Jika risiko tersebut tidak segera
diatasi maka akan terjadi perdarahaan melebihi batas yang disebut dengan perdarahan
pascapersalinan (Sukarni & ZH, 2013).
2. Fisiologi Kala III Persalinan
Menurut Ilmiah (2015) penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah
kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta
mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat
perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta.
Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding uterus. Setelah terlepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina. Setelah bayi lahir, uterus mengadakan kontaksi yang mengakibatkan
penciutan permukaan kavum uteri yaitu tempat implantasi plasenta. Akibatnya, plasenta
akan terlepas dari tempat implantasinya (Ilmiah, 2015).
3. Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
Adapun tanda-tanda dimulainya Kala III persalinan yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear
atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vagina.
c. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling)
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Tanda ini umumnya terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya
berlangsung dalam lima menit.
4. Risiko Perdarahan Post Partum pada Kala III Persalinan
Sebagaimana diketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan
adalah 500-800 ml/menit, sehingga ketika uterus tidak berkontraksi selama beberapa
menit saja maka akan berisiko kehilangan darah dalam jumlah banyak (Sukarni & ZH,
2013). Perdarahan post partum tidak hanya terjadi pada Ibu yang mengalami
predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan
post partum selalu ada. Cara terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum
adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara tepat (Walyani & Purwoastuti,
2015). Ibu harus diamati dengan cermat selama satu jam pertama pasca partum.
Pengamatan yang paling penting termasuk jumlah kehilangan darah dan tinggi fundus
uteri. Jika uterus tidak cukup berkontraksi, darah dapat berkumpul di dalam rongga
uterus. Jika kehilangan darah tidak normal dan uterus berkontraksi sangat buruk, pijatan
lembut uterus dapat membantu (Ilmiah, 2015).

E. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN


1. Gejala awal
a. Lightening/drapping
Proses terjadinya penurunan bagian kepala janin memasuki pintu bawah panggul.
Lightening terjadi beberapa minggu atau beberapa jam sebelum persalinan.
Penurunan kepala janin biasanya bervariasi waktunya pada primigravida maupun
multigravida. Pada primigravida penurunan kepala berlangsung pada usia kehamilan
36 minggu dan pada multigravida berlangsung pada usia kehamilan 38 minggu.
Proses lightening dipengaruhi oleh adanya peregangan pada jaringan otot dan bagian
persendian tulang pelvis, diameter pelvis anterior-posterior sedikit bertambah luas.
b. Perubahan bentuk perut
Penurunan kepala, berdampak terhadap fundus uteri. Fundus uteri turun dan perut
tampak melebar ke samping.
c. Perubahan pola berkemih
Terjadi lightening yakni penurunan kepala ke dalam rongga panggul akan menekan
kandung kemih yang ada di bagian anterior panggul. Kondisi ini membuat ibu sering
mengalami frekuensi berkemih yang berlebihan dan hampir tidak dapat menahan
kontraksi untuk berkemih.
d. Braxton hicks
Braxton hicks diawal kehamilan telah ada, namun semakin usia kehamilan matur
intensitas braxton hicks semakin kuat dan tidak menimbulkan nyeri. Kondisi ini
dipengaruhi adanya penekanan kepala janin di daerah lumbal dan thorakal pada saat
kepala janin memasuki rongga panggul. Faktor lain yakni pengaruh hormon estrogen
dan progesterone yang berkurang diakhir kehamilan sehingga memicu sekresi
oksitosis dari posterior hipofisis. Dengan demikian kontraksi uterus akan muncul
yang diawali dengan braxton hicks. Sehingga braxton hicks sering disebut dengan
gejala false labor.
e. Pengeluaran mucus vagina
Sekresi serviks meningkat yang dikeluarkan lewat vagina. Konsentrasinya pada
awalnya kental dan berangsur-angsur seperti lender. Dengan demikian serviks mulai
mengalami pendataran (effacement) dan terjadi pengeluaran plug mucus. Plug mucus
adalah yang menutupi kanalis servikalis dan sering bercampur dengan darah (blood
sleem).
2. Gejala Inpartu
Beberapa minggu menjelang persalinan, intensitas braxton hicks contraction semakin
meningkat. Pada masa-masa itu terjadi pembentukan segmen bawah uterus untuk
mengakomodasi bagian terbawah janin. Proses dilatasi dan pendataran seringkali terjadi
sebelum persalinan terutama pada multipara. Pada multipara, tanda show jarang terlihat
dan untuk menetapkan awal persalinan seringkali diperlukan waktu yang agak lama.
a. Kontraksi uterus
Kontraksi berlangsung teratur, intensitas semakin kuat, durasinya semakin lama dan
semakin sering. Kontraksi ini membuat miometrium meregang sehingga membuat
ibu merasa tidak nyaman. Munculnya kontraksi dalam 10 menit pada awalnya 2 kali
dalam yakni 5 menit sekali.
b. Pengeluaran
Mucus serviks yang keluar semakin sering, konsistensi encer dan bercampur dengan
darah.
c. Kadang disertai adanya ketuban pecah dini. Kondisi ini berlangsung bila ada masalah
pada selaput amnion. Dalam hal ini bukan merupakan gejala persalinan normal.
d. Pada saat pemeriksaan dalam/vaginal touché, serviks sudah mengalami effacement
(pendataran) dan dilatasi (pembukaan).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah lengkap

1. Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl

2. Golongan darah = A, B, AB, & O

3. Faktor RH = +/-

4. Waktu pembekuan

5. Protein urine

6. Urine reduksi

b. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, animaly janin, atau melokalisai


kantong amnion pada amniosintesis.
c.Amniosintesis

Guna mengidentifikasi secara dini adanya kelainan kongenital yang dialami oleh janin
sehingga dapat ditentukan tindakan untuk terminasi kehamilan atau melanjutkan kehamilan.

d. Amnioskopi

Guna membantu menseleksi kasus secara cermat untuk dilakukan induksi persalinan bila
pada kehamilan ditemukan risiko janin.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Menurut Halminton (2005) penatalaksanaan Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37


minggu:

1. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake
dan rasio L/S maka penangannya adalah sebagai berikut:

a. Berikan suntikan sulfas magnesikus dosis 8 gr intramuskuler, kemudian disusul dengan


injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap 4 jam (selama tidak ada kontra-indikasi).

b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan
lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria preeklampsi ringan (kecuali jika ada kontra-
indikasi).

c. Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor, penimbangan berat badan
seperti pre-eklampsi ringan sambil mengawastii mbul lagi gejala.

d. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan : induksi
partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.

2.Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu. Sedangkan
penatalaksanaan untuk Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37 minggu ke atas adalah
sebagai berikut:

1. Penderita di rawat inap

a. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi

b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein

c. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler 4 gr bokong kanan dan 4 g bokong


kiri

d. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam


e. Syarat pemberian MgSo4 adalah : refleks patela (+); diurese 100 cc dalam 4 jam yang lalu;
respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsiumg lukonas 10%a mpul 10
cc.

f. Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat

2. Obat antihipertensif : injeksi katapres I ampul i.m dan selanjutnya dapat diberikan tablet
katapres 3x½ tablet sehari.

3. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan
jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan inhavena lasix 1 ampul.

4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan
atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10
satuan dalam infus tetes.

5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi wanita dilarang
mengedan

6. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdarahan disebabkan atonia


uteri.

7. Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr


setiap 4 jam dalam 24 jampostpartum.

8. Bila ada indikasi obstetik dilakukan seksio cesaria.


H. Pathway

Kala III
(Pelepasan dan Pengeluaran Uri)

Terlepasnya plasenta dari endometrium

Trauma Jaringan Kesulitan dengan pelepasan Diikuti oleh pengeluaran


plasenta sisa plasenta

Terputusnya klien Teknik pelepasan dan Keluarnya darah (normal


kontinuitas jaringan pengeluaran uri yang tidak 150-300 cc)
tepat

Pelepasan neurotransmitter Risiko Kekurangan


nyeri di korteks serebral Risiko Cedera Maternal Volume Cairan

Nyeri
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas Istirahat : perilaku senang sampai keletihan

2. Sirkulasi

a. TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudia kembali normal dengan cepat

b. Hipotensi dapat terjadi sebagai respon analgetik

c. Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan

3. Makanan/cairan: kehilangan darah

4. Nyeri/ketidaknyamanan: tremor kaki/menggigil

5.Keamanan

a. Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan danya robekan atau laserasi

b. Perluasan epiostomi/laserasi jalan lahir

6. Seksualitas

a. Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometrium,
biasanya 1-5 menit setelah bayi lahir

b. Tali pusat memanjang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake, muntah
dan diaphoresis
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis melahirkan
3. Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi selama melahirkan,
kesulitan pelepasan plasenta

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake, muntah
dan diaphoresis
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi utama : Manajemen cairan
Observasi
 Monitor status hidrasi (misalnya, frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa,turgor kulit, tekanan darah)
 Monitor berat badan harian
 Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (misalnya hematocrit, Na, K, Cl, berat ejnis
urine, BUN)
 Monitor status hemodinamik (misalnya MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia).
Terapeautik
 Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
 Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravana,jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretic,jika perlu

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis melahirkan


Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri berkurang, Pasien tampak relaks,
Pasien tidak merintih kesakitan
Intervensi utama : Manajemen nyeri
Observasi
 Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Indentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengentahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi kompelementer yang sduah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS,hiponosis,akupresur,terapi musik,biofeedback.terapi pijat,aroma
terapi,teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi bermain).
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri( mis.suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan tidur
 Pertimabangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredahkan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

3. Risiko tinggi infeksi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi selama
melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta
Tujuan : tidak terjadi cedera terhadap ibu
Kriteria hasil : Bebas dari cedera maternal
Intervensi utama : pencegahan infeksi
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokasi dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengu njung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemebrian immunisasi jika perlu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Berdasarkan terminilogi Nursing Outcome Clacifikation (NIC), implementasi terdiri dari
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus
yang diperlukan untuk melakukan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun
dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan tersebut. Ketika
mengimplementasikan intervensi keperawatan, perawat harus mengadaptasikan tindakan
dengan pasien secara individual. Kepercayaan nilai, usia, status kesehatan dan lingkungan
pasien merupakan faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan tindakan keperawatan
(Kozier, 2010).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Format yang dapat digunakan untuk evaluasi
keperawatan menurut Dinarti et al., (2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :

a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada ibu partus spontan kala III
dengan risiko perdarahan tidak dicantumkan data subyektif karena pada diagnosa
keperawatan potensial (risiko) tidak memiliki data subyektif.
b. Objective, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada ibu partus spontan
kala III, indikator evaluasi menurut Moorhead et al. (2013) yaitu :

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

2. Perdarahan di vagina dalam batas normal (< 500 mL).

3. Kontraksi baik.

4. Plasenta lahir lengkap.

c. Assesment, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala bentuk
masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai, perawat dapat
menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan:

1. Tujuan tercapai; yaitu, respons pasien sama dengan hasil yang diharapkan

2. Tujuan tercapai sebagian;, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang berhasil
dicapai.

3. Tujuan tidak tercapai

d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analis


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kami dapat
menyimpulkan tentang materi yang dibahas, sebagai berikut :
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan
adanya kontrasi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
2. Dalam melakukan pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak saat proses
persalinan, perlu dilakukan asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV sebagai berikut :
Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran janin.
perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam.

B. SARAN
Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah
sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun
pendokumentasian data tidak dapat dilakukan karena data yang diperoleh hanya berdasarkan
ilustrasi kasus secara luas tetapi rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Padilla, Hari. 2017; STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. Jakart


selatan :Dewan pengurus pusat. Selasa,29 Juni 2020.

Padilla, Hari. 2018 ; STANDAR INTERENSI KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta


selatan; Dewan pengurus pusat. Selasa ,29 Juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai