Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

1
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................4
C. TUJUAN......................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI..................................................................................................................................6
A. DEFENISI NAPZA........................................................................................................................6
B. RENTANG RESPON GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA............................................................6
C. JENIS-JENIS NAPZA.....................................................................................................................7
D. GOLONGAN NAPZA....................................................................................................................8
E. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA...................................................................................11
F. CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA....................................................................................................14
G. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NAPZA.........................................................................................15
H. ALAT YANG DIGUNAKAN..........................................................................................................16
I. KOMPLIKASI DARI PENYAHGUNAAN NAPZA............................................................................17
J. TUJUAN TERAPI DAN REHABILITASI.........................................................................................17
BAB II...................................................................................................................................................18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN NAPZA...........................................................18
A. PENGKAJIAN............................................................................................................................18
B. DIANGNOSA KEPERAWATAN...................................................................................................19
C. INTERVENSI..............................................................................................................................19
BAB IV..................................................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................................................22
A. KESIMPUALAN.........................................................................................................................22
B. SARAN......................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………….23

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di
kota besar maupun kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran
NAPZA sudah sangat mengkhawatirkan sehingga cepat atau lambat
penyalahgunaan NAPZA akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut
dengan lost generation (Joewana, 2014). Faktor individu yang tampak lebih pada
kepribadian individu tersebut; faktor keluarga lebih pada hubungan individu
dengan keluarga misalnya kurang perhatian keluarga terhadap individu,
kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan lebih pada kurang positifnya
sikap masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya ketidak pedulian
masyarakat tentang NAPZA (Hawari, 20012).
Berdasarkan hasil temuan Tim Kelompok Kerja Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkoba Departemen Pendidikan Nasional menyatakan
sebanyak 70% pengguna narkoba di Indonesia adalah anak usia sekolah. Angka
itu menunjukkan persentase pengguna narkoba di kalangan usia sekolah
mencapai 4% dari seluruh pelajar di Indonesia. Data Pusat Laboratorium Terapi
dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan, selama tahun
2004, sedikitnya 800 siswa SD mengonsumsi narkoba. Padahal, tahun 2003
jumlah pengguna narkoba yang berusia kurang dari 15 tahun hanya 173 orang.
Ironisnya, pengkonsumsi narkoba dari kalangan siswa SD yang rata-rata berusia
tujuh tahun hingga 12 tahun itu berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas,
terpelajar dan berprestasi di sekolah. Lebih dari 50% siswa SD yang
mengonsumsi narkoba itu berdomisili di Jakarta. Disusul kota-kota lain, seperti
Bali, Medan, Palu dan Surabaya (Jehani & Antoro, 20014).
Dari hasil riset yang dilakukan secara nasional oleh Badan Narkotika
Nasional (BNN) bekerja sama dengan Universitas Indonesia. Hasilnya
menunjukkan, kecenderungan semakin dini usia pengguna narkoba. Ditemukan,
anak usia 7 tahun sudah ada yang mengonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang
dihirup). Anak usia 8 tahun sudah ada yang memakai ganja. Lalu di usia 10
tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan,
ganja, heroin, morfin, ecstasy, dan sebagainya. Kemudian berdasarkan penelitian

3
BNN ini juga ditemukan 10 ibukota provinsi yang digolongkan
“memprihatinkan” karena kasus yang ditemukan melalui angka rata-rata
nasional yaitu 3,9%. Sepuluh kota tersebut yaitu Medan (6,4%), Surabaya
(6,3%), Ternate (5,9%), Padang (5,5%), Bandung (5,1%), Kendari (5%),
Banjarmasin (4,3%), Palu (8,4%), Yogyakarta (4,1%) dan Pontianak (4,1%)
(Jehani & Antoro, 2014).
Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai
melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal ini ditunjukkan
dengan makin banyaknya individu yang dirawat di rumah sakit karena
penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami intoksikasi zat dan
withdrawal. Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya
terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada
penanggulangan NAPZA (DepKes, 20013). Berdasarkan permasalahan yang
terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga
keperawatan dalam membantu masyarakat yang sedang dirawat di rumah sakit
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang
perawatan dan pencegahan kembali penyalahgunaan NAPZA pada klien. Untuk
itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien NAPZA di
lingkungan sekitar dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH
a) landasan Teori Napza
1. Defenisi Napza
2. Rentang Rspon Gangguan Penggunaan Npza
3. Jenis-Jenis Napza
4. Golongan Napza
5. Penyebab Penyalahgunaan Napza
6. Ciri-Ciri Pengguna Napza
7. Akibat penyalahgunaan napza
8. Alat Yang DI Gunakan
9. Komplikasi Dari Penyalahgunaan Napza
10. Tujuan Terapi Dan Rehabilitasi

4
b) Konsep Asuhan Keperawtan Penyalahgunaan Napza
1. Pengkajian
2. Diangnosa
3. Intervensi

C. TUJUAN
a) Mengetahui landasan Teori Napza
1. Mengetahui Defenisi Napza
2. Mengetahui Rentang Rspon Gangguan Penggunaan Npza
3. Mengetahui Jenis-Jenis Napza
4. Mengetahui Golongan Napza
5. Mengetahui Penyebab Penyalahgunaan Napza
6. Mengetahui Ciri-Ciri Pengguna Napza
7. Mengetahui Akibat penyalahgunaan napza
8. Mengetahui Alat Yang DI Gunakan
9. Mengetahui Komplikasi Dari Penyalahgunaan Napza
10. Mengetahui Tujuan Terapi Dan Rehabilitasi

b) Mengetahui Konsep Asuhan Keperawtan Penyalahgunaan Napza


1. Mengetahui Pengkajian
2. Mengetahui Diangnosa
3. Mengetahui Intervensi

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFENISI NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan
pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA
sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak,
sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.

B. RENTANG RESPON GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA


Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari
kondisi yang ringan sampai yang berat, indikator rentang respon ini berdasarkan
perilaku yang ditampakan oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat adiktif
sebagai berikut :
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptive
3. Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan ketergantungan
 Eksperimental : Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin
tahu dari remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, ia
biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering pula dikatakan
taraf coba-coba.
 Rekreasional : Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan
dengan teman sebaya. Misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan,
acara ulang tahun, Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama
teman-temannya.
 Situasional : Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan
kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara
untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya
individu menggunakan zat pada saat sedang konflik stress dan frustasi.

6
 Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi
penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan
sosial : pendidikan dan pekerjaan.
 Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan
adanya Toleransi dan Syndroma putus zat ; Suatu kondisi dimana individu
yang yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin, pada dosis tertentu
menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga
menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan,
Sedangkan Toleransi ; suatu kondisi dari individu yang mengalami
peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa
diinginkannya.

C. JENIS-JENIS NAPZA
a) Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri
dan juga depresan SSP.
b) Kokain : Di olah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik..
c) Putau : golongan heroin, berbentuk bubuk. .
d) Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun
Cannabis yang dikeringkan, Konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok
tetapi menggunakan hidung.
e) Shabu-shabu: kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan
menggunakan alat khusus yang disebut Bong kemudian dibakar.
f) Ekstasi: methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul,
mampu meningkatkan ketahanan seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas
seksual dan aktivitas hiburan dimalam hari).
g) Diazepam,Nipam, Megadon : obat yang jika dikonsumsi secara berlebih
menimbulkan efek halusinogenik.
h) Alkohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan etanol,
dengan kadar diatas 40 % mampu menyebabkan depresi susunan saraf
pusat, dalam kadar tinggi bisa memicu Sirosis hepatic, hepatitis alkoholik
maupun gangguan system persarafan.

7
D. GOLONGAN NAPZA
1. NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika).
NARKOTIKA: adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
 Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh :
heroin/putauw, kokain, ganja).
 Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
 Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein).
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
 Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain
 Ganja atau kanabis, marihuana, hashis
 Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka
2. PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang
Psikotropika).
 PSIKOTROPIKA : adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan
sebagai berikut :

8
 PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
 PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan
serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . (
Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
 PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
 PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip,
Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
 Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
 Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil
koplo dan lain-lain.
 Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
3. ZAT ADIKTIF
ZAT ADIKTIF : adalah Suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.
4. ZAT PSIKOAKTIF
ZAT PSIKOAKTIF : Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada
otak sehingga dapat menimbulkan perubahan pada : perilaku, emosi, kognitif,
persepsi, kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif :
 Bersifat Adiksi
 Golongan Opioida : Morfin, Heroin (Putaw), candu, Codein, Petidin
 Golongan Kanabis : Ganja (Mariyuana), minyak hassish

9
 Golongan Kokain : Serbuk kokain dan daun koka
 Golongan Alkohol : Semua minuman yang mengandung Ethyl alkohol :
Brandy, bir, Wine, Whisky, Cognac, Brem, tuak, Anggur ortu (AO), dsb.
 Golongan Sedatif Hipnotik : BK, Rohypnol, Magadon, Dumolid, Nipam,
Madrax
 Golongan MDA (Methylene Dioxy Ampethamine) : Ampetamine
benzedrine, Dexedrine
 Golongan MDMA (Methylene dioxy meth Ampetahamine) : Extacy
 Golongan halusinogen : LSD, Meskaloin, Mushrom, Kecubung
 Gologan Solven dan inhalansia : Aica Aibon (Glue) Saceton, Thiner, N2O
 Nikotine : tembakau
 Kafein: Kopi dan the
 Golongan lainnya.
 Bersifat Non Adiksi : Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa
psikotik, obat anti depresi.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
 Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),
hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
 Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini
adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
 Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan
daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat
terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.

10
E. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1. Faktor individual : Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada
remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang
pesat. Ciri – ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan
NAPZA :
a) Cenderung memberontak
b) Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
c) Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
d) Kurang percaya diri
e) Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f) Murung, pemalu, pendiam
g) Merasa bosan dan jenuh
h) Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
i) Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
j) Identitas diri kabur
k) Kemampuan komunikasi yang rendah
l) Putus sekolah
m) Kurang menghayati iman dan kepercayaan.
2. Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan
lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun
masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga :
 Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
 Hubungan kurang harmonis
 Orang tua yang bercerai, kawin lagi
 Orang tua terlampau sibuk, acuh
 Orang tua otoriter
 Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
Kurangnya kehidupan beragama.
2. Lingkungan Sekolah :
 Sekolah yang kurang disiplin
 Sekolah terletak dekat tempat hiburan 

11
 Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
 Adanya murid pengguna NAPZA.
3. Lingkungan Teman Sebaya :
 Berteman dengan penyalahguna
 Tekanan atau ancaman dari teman.
4. Lingkungan Masyrakat / Sosial :
 Lemahnya penegak hokum
 Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Tanda dan Gejala Penggunaan NAPZA
1. Tanda-tanda di rumah :
 Hilangnya minat dalam aktifitas keluarga.
 Tidak patuh terhadap aturan keluarga.
 Hilang/berkurangnya rasa tanggung jawab.
 Bersikap kasar baik secara verbal maupun fisik.
 Menurun/meningkatnya nafsu makan secara tiba-tiba.
 Mengaku sering kehilangan barang atau uang.
 Tidak pernah pulang ke rumah tepat waktu.
 Tidak mengatakan kepada siapapun kemana mereka pergi.
 Terus-menerus meminta maaf terhadap segala perbuatannya.
 Menghabiskan banyak waktunya berdiam diri di dalam kamar bila
sedang di rumah.
 Sering berbohong mengenai aktifitas mereka.
 Menemukan benda-benda, seperti kertas pembungkus rokok, pipa hisap,
gelas kecil, sisa-sisa serbuk maupun jarum suntik dan lain-lainnya yang
mencurigakan.
2. Tanda-tanda di sekolah/tempat kerja :
 Sering tiba-tiba pingsan di sekolah/tempat kerja.
 Acapkali bolos masuk sekolah/kerja.
 Kehilangan minat dalam kegiatan belajar.
 Tertidur di dalam kelas/saat bekerja.
 Buruk dalam penampilan sehari-hari.
 Tidak pernah mengerjakan tugas pekerjaan rumah.

12
 Tidak mematuhi bahkan menentang aturan sekolah/otoritas.
 Perilaku yang buruk di setiap kegiatan sekolah/pekerjaan.
 Penurunan konsentrasi, perhatian dan memori.
 Tidak pernah memberitahukan orang tua/wali jika ada
pemanggilan/pertemuan dengan guru.
3. Tanda-tanda kelainan fisik dan emosional :
 Teman/kelompok sering berganti-ganti.
 Pasangan/pacar yang juga sering berganti-ganti.
 Tercium bau-bauan aneh seperti bau alkohol, mariyuana, dan rokok dari
nafas atau badan.
 Perubahan perilaku dan mood yang tidak dapat dijelaskan.
 Sering melawan aturan, bersikap negatif, paranoid (ketakutan dan
curiga), destruktif (merusak), tampak cemas.
 Tidak pernah tampak kegembiraan seperti yang seharusnya.
 Selalu tampak lelah/hiperaktif yang berlebihan.
 Penurunan/peningkatan berat badan yang drastis.
 Kadang tampak depresi, mudah sedih dan tertekan.
 Seringkali menipu, berbohong atau kedapatan mencuri.
 Mengaku memerlukan uang/sebaliknya merasa punya uang lebih.
 Umumnya penampilannya kotor dan tidak terurus.
 Gejala yang timbul diantaranya : bicara cadel, gerakan tidak terkoordinir,
kesadaran menurun, vertigo, dilatasi pupil, jalan sempoyongan,
konjungtiva merah, nafsu makan bertambah, mullut kering, denyut
jantung cepat, panik, curiga, banyak keringat, mual muntah, halusinasi
dan mengantuk.
 Dan jika putus zat maka gejala yang terjadi sebagai berikut : gelisah,
berkeringat, denyut jantung cepat, tremor ditangan, mual muntah, kejang
otot, cemas, agresif, halusinasi, delirium, insomnia, pupil melebar,
murung, depresi berat dan ada tindakan bunuh diri.

13
F. CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA
1. Ciri-ciri Ketergantungan NAPZA
 Keinginan yang tak tertahankan untuk mengkonsumsi salah satu atau
lebih zat yang tergolong NAPZA.
 Kecenderungan untuk menambah dosis sejalan dengan batas toleransi
tubuh yang meningkat.
 Ketergantungan psikis, yaitu apabila penggunaan NAPZA dihentikan akan
menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala psikis lain.
 Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian dihentikan akan
menimbulkan gejala fisik yang disebut gejala putus zat (withdrawal
syndrome). Withdrawal Syndrome terlihat dari beberapa aktivitas fisik
seperti orang yang mengalami sakaratul maut, meronta, berteriak
maupun melakukan aktivitas lain yang menunjukkan bentuk bahwa dia
membutuhkan sebuah zat psikotropika. 
2. Ciri-ciri Pengguna NAPZA
 Ciri Fisik
 Berat badan turun drastis.
 Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman.
 Buang air besar dan air kecil kurang lancar.
 Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
 Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas
luka sayatan.
 Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
 Sering batuk-pilek berkepanjangan.
 Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
 Mengeluarkan keringat yang berlebihan.
 Kepala sering nyeri, persendian ngilu.
 Ciri Emosi
 Sangat sensitif dan cepat bosan.
 Jika ditegur atau dimarahi malah membangkang.
 Mudah curiga dan cemas.

14
 Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara
kasar kepada orang disekitarnya, termasuk kepada anggota
keluarganya. Ada juga yang berusaha menyakiti diri sendiri.
 Ciri Perilaku
 Malas dan sering melupakan tanggung jawab/tugas rutinnya.
 Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
 Di rumah waktunya dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet,
gudang, kamar mandi, ruang-ruang yang gelap.
 Nafsu makan tidak menentu.
 Takut air, jarang mandi.
 Sering menguap.
 Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba bersikap manis jika
ada maunya, misalnya untuk membeli obat.
 Sering bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi
tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
 Selalu kehabisan uang, barang-barang pribadinya pun hilang dijual.
 Suka berbohong dan gampang ingkar janji.
 Sering mencuri baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun
pekerjaan. 
3. Ciri-ciri Kecanduan NAPZA
 Air mata berlebhan
 Banyak lender dari hidung
 Diare
 Bulu kuduk berdiri
 Sukar tidur
 Menguap
 Jantung berdebar-debar
 Ngilu pada sendi

G. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NAPZA


3(tiga) aspek akibat langsung penyalahgunaan NAPZA antara lain :
1. Secara fisik
Penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme tubuh seseorang. Hal ini
terlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala
15
putus obat. Keduanya menyebabkan seseorang untuk berusaha terus-
menerus mengkonsumsi NAPZA.
2. Secara psikis
Berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah,
malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara
yang kemudian ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi mental
itu adalah dengan mengkonsumsi lagi NAPZA.
3. Secara sosial
Dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya
diawali dengan perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti
keluarga, sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman, pihak
sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian
menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang
serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga.

H. ALAT YANG DIGUNAKAN


Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang
mempunyai kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada
pengguna Heroin, pada dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat
antara lain :
 Jarum suntik insulin ukuran 1 ml,kadang-kadang dibuang pada saluran air di
kamar mandi,
 Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya,
 Sedotan minuman dari plastic
 Gulungan uang kertas,yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain
 Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin
dibakar.
 Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin,
 Botol-botol kecil sebesar jempol,dengan pipa pada dindingnya.

I. KOMPLIKASI DARI PENYAHGUNAAN NAPZA


Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara lain : HIV
infeksi, Hepatitis B dan C, Gastritis, Penyakit kulit kelamin, Bronchitis dan
Chirosis hepatis.

16
Masalah kesehatan yang muncul : depresi system pernafasan, depresi
pusat pengatur kesadaran, kecemasan yang sangat berat sampai panic, perilaku
agresif, gangguan daya ingat, gangguan ADL, gangguan system musculoskeletal
missal nyeri sendi dan otot, serta perilaku mencederai diri.

J. TUJUAN TERAPI DAN REHABILITASI


 Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini
tergolong sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai
motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan
NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan
meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA.
Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi
kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.
 Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah
pencegahan relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah
“clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia
memang telah dobekali ketrampilan untuk mencegah pengulangan
penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu
abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif,
Opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan
beberapa alternatif untuk mencegah relaps.
 Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok
ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan
(maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi
golongan ini.

17
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. PENGKAJIAN
a. Fisik :
b. Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan NAPZA
pada saat pengkajian adalah sebagai berikut : Nyeri, gangguan pola tidur,
menurunnya selera makan, konstipasi, diarhe, perilaku sek melanggar norma,
kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi , jantung, hati dsb.
Infeksi pada paru-paru. 
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk teratur
dalam pola hidupnya.
c. Emosional
d. Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak
berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
mengontrol dan mengendalikan diri sendiri.
e. Sosial
f. Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman
pengguna zat, anggota keluarga lain pengguna zat, lingkungan sekolah atau
kampus yang digunakan oleh para pengedar.
g. Intelektual
h. Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adikitif, perasaan ragu untuk
berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
konsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang posistif.
i. Spiritual
j. Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran
yang ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah , pelaksanaan nilai-
nilai kebaikan.
k. Keluarga
l. Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan
pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak
efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak

18
dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirnya mencapai
tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).

B. DIANGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
2. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL
3. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan pola asuh yang salah

C. INTERVENSI
1. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
distress spiritual teratasi.
Kriteria hasi: klien meningkatkan kegiatan spiritual
Intervensi: Dukunga spiritual
Tindakan
Observasi
 identifikasi perasaan khawatir, kesepian, dan ketidak berdayaan
 identifikasi pandangan hubungan antara spiritual dan kesehatan
 identifikasi harapan dan kekuatan pasien
 identifikasi ketaatan dalam beragama
Terapeutik
 berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan tentang penyakit
dan kematian
 berikan kesempatan untuk mengekspresikan dn meredakan marah secara
tepat
 yakin bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidak
berdayaan
 berikan privasi dan waktu tenang untuk aktifitas spiritual
 diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika perlu
 fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
 anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/atau orang lain
 anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
 anjurkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing

19
Kolaborasi
 atur kunjunga dengan rohaniawan (mis,ustaz, pendeta, romo, biksu)
2. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pemeliharaan kesehatan meningkat
Kriteria hasil: klien mampu mengambil keputusan merubah dan
memperbaiki gaya hidupnya
Intervensi: Edukasi Kesehatan
Tindakan
Observasi
 identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motifasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
 sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 barikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 jelaskan faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 ajarkan perilaku hudup bersih dan sehat
 ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
3. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan pola asuh yang
salah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
koping keluarga meningkta.
Kriteria Hasil: keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien
sehingga mampu berhenti menggunakan zat adiktif
Intervensi: Dukungan Koping Keluarga
Tindakan
Observasi
 identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
 identifikasi beban prognosis secara psikologis

20
 identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang
 identifikasi kesesuain antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan
Terapeutik
 dengarkan masalah perasaan dan pertanyaan keluarga
 terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
 diskusikan rencana medis dan perawatan
 fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antara
anggota keluarga
 fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka
panjang, jika perlu
 fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dalam menyelesaikan
konflik nilai
 fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. tempat tinggal,
makanan, pakaian)
 hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang dihunakan
 berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
Edukasi
 informasikan kemajuan pasien secara berkala
 informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
 rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPUALAN
Narkoba adalah obat obatan terlarang yang jika dikonsumsi
mengakibatkan kecanduan dan  jika terlalu lama dan sudah ketergantungan
narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah
melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian.
Narkoba pun ada berbagai jenis seperti: heroin, ganja, putaw, kokain,
sabu-sabu,dan alkoholpun termasuk dalam golongan narkoba.
Manfaat yang dirasakan hanyalah sesaat. Tapi mudhorotnya jelas banyak
sekali. Banyak organ tubuh menjadi rusak. palagi bila pakai obat bius. Dalah-
salah pada saat operasi (karena suatu kejadian) bakal tak mampu lagi bius bagi
para penggunanya. Yang pasti biaya untuk bisa mengkonsumsi barang-barang
haram itu, sangatlah mahal. Salah-salah bisa masuk bui, kalau ketangkep aparat.

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan tersebut, saran penulis adalah sebagai berikut :


1. Jangan pernah mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit
2. Pemerintah harus memberantas peredaran narkoba di Indonesia
3. Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya agar tidak terjerumus ke dalam
jurang narkoba
4. Perlu peningkatan kerja sama antar masyarakat dengan aparat untuk
memeberantas peredaran narkoba
5. Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus pada
penyalahgunaan narkoba

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/136792962/ASKEP-NAPZA-PRINT-docx KAMIS 01 JULI 2021 10.15


WITA

https://hsvfhavfhbhv.blogspot.com/ KAMIS 01 JULI 2021 10.35 WITA

https://riefeonline.blogspot.com/2017/11/makalah-penyalahgunaan-nafza.html KAMIS 01
JULI 2021 10.50 WITA

Fadhillah, Harif, dkk. 2016. Standar diagnosis keperawatan Indonesia : definisi


dan indicator diagnostik edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. KAMIS 1 JULI 2021 11.08
WITA

Fadhillah, Harif, dkk. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia : defenisi


dan tindakan keperawatan edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. KAMIS 1 JULI 2021 11.30
WITA

23

Anda mungkin juga menyukai