Anda di halaman 1dari 16

Gangguan Jiwa Pada Remaja, Dewasa Lansia

A. DEFINISI

.Definisi Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa ahli, selain
istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens.

B. Klasifikasi

Dalam Sarwono (2011) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses


penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-13 tahun
masih terheran-heran akan
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)Tahap ini berusia 14-16 tahun.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini (17-19 tahun)

C. Etiologi

Jenis Gangguan Mental yang Rentan Dialami Remaja


Melansir dari WHO, berikut jenis-jenis gangguan mental yang rentan dialami oleh para
remaja:
1. Gangguan Emosi
Gangguan emosi umumnya muncul pada masa remaja. Selain depresi atau kecemasan,
remaja dengan gangguan emosi bisa mengalami sifat mudah marah, frustasi atau marah
secara berlebihan. Selain gejala psikologis, gangguan emosi juga dapat menimbulkan
gejala fisik, seperti sakit perut, sakit kepala, atau mual.

2. Masalah Perilaku

Masalah perilaku pada masa kanak-kanak merupakan penyebab utama kedua gangguan
mental pada remaja. Gangguan perilaku pada masa kanak-kanak contohnya ADHD yang
ditandai dengan kesulitan fokus dan gangguan perilaku yang ditandai dengan perilaku
merusak atau menantang. Masalah perilaku ini juga dapat memengaruhi kinerja sekolah
dan berisiko menimbulkan perilaku kriminal pada remaja.

3. Gangguan Makan

Gangguan makan biasanya muncul pada masa remaja dan dewasa muda. Gangguan
makan lebih sering menyerang wanita daripada pria. Contoh gangguan makan yang bisa
dialami remaja adalah anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan yang
ditandai dengan membatasi kalori atau makan berlebihan. Gangguan makan berisiko
merusak kesehatan dan sering kali muncul bersamaan dengan depresi, kecemasan atau
penyalahgunaan zat.

4. Psikosis

Gejala psikosis paling sering muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
Gejala dapat berupa halusinasi atau delusi. Gejala ini dapat mengganggu kemampuan
remaja untuk berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dan memengaruhi kinerja
sekolahnya. Psikosis juga bisa menimbulkan stigma negatif di masyarakat atau
pelanggaran hak asasi manusia.

5. Menyakiti Diri Sendiri Hingga Bunuh Diri

Ada sejumlah faktor risiko yang memicu perilaku bunuh diri pada remaja. Misalnya,
penggunaan alkohol yang berbahaya, pelecehan di masa kanak-kanak dan hambatan
dalam mengakses perawatan mental. Selain itu, media sosial juga kini menjadi penyebab
bunuh diri terbesar pada anak remaja. Pasalnya, media sosial bisa menuntut banyak hal
pada anak remaja, seperti citra diri dan kehidupan yang cenderung konsumtif.

6. Perilaku Pengambilan Risiko

Para remaja juga rentan mengambil banyak risiko, seperti risiko melakukan hubungan
seksual dini, merokok, minum alkohol, hingga penyalahgunaan narkoba. Tindakan
kekerasan adalah perilaku pengambilan risiko yang dapat memengaruhi pencapaian
pendidikan, cedera, keterlibatan dengan kejahatan, hingga kematian.
A. faktor- faktor yang memyebabkan terjadinya gangguan jiwa
Faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik)
1. Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.
2. Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.
3. Kelainan bawaan atau cedera pada otak.
4. Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.
Faktor psikologis
1. Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
2. Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
3. Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
GANGGUAN JIWA PADA DEWASA

A. Definisi dewasa awal

Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah
tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Hurlock
(1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 20 tahun sampai umur 40
tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif.

B. Tugas perkembangan masa dewasa awal

Hurlock (1980) membagi tugas perkembangan pada individu dewasa awal, antara lain:
mulai bekerja
a. memilih pasangan
b. mulai membina keluarga
c. mengasuh anak
d. mengelola rumah tangga
e. mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
f. mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
D. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran yang dapat diukur secara
kuantitatif. Indicator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan
pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang. Akan tetapi,
laju pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.

 Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan.
Perkembangan adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki individu untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek perilaku dari
pertumbuhan.
E. Perkembangan Orang Dewasa

Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa


Karakteristik perkembangan orang dewasa adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus berjalan sesuai dengan jenis
pekerjaan, pendidikan dan latihan serta hobi-hobi aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan
usia yang secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga yang cukup besar.
Kekuatan dan kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, kebiasaan
hidup, kebiasaan makan, dan pemeliharaan kesehatan.
2. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus berkembang lebih meluas
atau komprehensif dan mendalam. Perkembangan ini tergantung pada pengetahuan dan
informasi yang dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan informasi yang
dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan berpikir.
3. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman moral, orang
dewasa mengubah pemikiran-pemikiran moral menjadi perbuatan moral.
4. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan karakteristik utama dari
masa dewasa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orang dewasa adalah sebagai berikut :

A. Faktor genetik

1) Faktor keturunan - masa konsepsi.


2) Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan.
3) Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen.

B. Faktor eksternal / lingkungan

Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir
hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang
cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya.
F. Dewasa Muda (20-40 tahun)

 Tahap Perkembangan

Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka sudah dapat memikul tanggung
jawab terhadap diri mereka sendiri dan mengharapkan hal uang sama dari orang lain. Mereka
menghadapi berbagai tugas dalam hidup dengan sikap realistis dan dewasa, membuat
keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.

1. Perkembangna Fisik
2. Perkembangan Psikososial
3. Perkembangan Kognitif
4. Perkembangan Moral
5. Perkembangan Spiritual

G. Fase-fase interaksi dalam asuhan keperawatan sehat jiwa klien Dewasa


1. Pra-interaksi
Dimulai sebelum kontak pertama dengan pasien. Perawat mengeksplorasikan perasaan,
fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan
hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan. Tugas tambahan pada fase ini
adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.

2. Perkenalan atau orientasi

Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya, penerimaan, dan
pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan pasien. Elemen-
elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat-
pasien dapat optimal.

3. Fase kerja

Pada fase kerja, perawat dan pasien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan
perbuatan klien. Perawat membantu pasien mengatasi kecemasan, meningkatkan
kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri, dan mengembangkan mekanisme koping
yang konstruktif. Perubahan prilaku yang maladaptif menjadi adaptif merukapan fokus
fase ini.

4. Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dalam hubungan terapeutik.
Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada dalam tingkat
yang optimal (Dalami, Ermawati, dkk, 2009).
Kriteria penetapan kesiapan pasien untuk terminasi yaitu:
• Klien mengalami kelegaan dari masalah yang ada.
• Fungsi klien sudah meningkat.
• Harga diri klien meningkat dan rasa identitas diri yang kuat.
Gangguan Jiwa Pada Lansia

A. Pengertian Lansia

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansi
ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging proses.

B. Aspek-aspek Mental

Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin kembali pada kebenaran
yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai. Aspek-aspek jiwa yang bisa mempengaruhi
segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspek-aspek manusia
dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia
adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan.
 Keinginan : perihal yang diinginkan
 Tindakan : perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi
sesuatu.
 Tujuan : arah yang dituju, maksud atau tuntutan.
 Usaha : kegiatan untuk mengarahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suata
maksud.
 Perasaan : hasil/ perbuatan merasa dengan panca indera. Rasa/keadaan batin dalam
menghadapi sesuatu.
2. Zakiah Darajat (1990:32) berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah
kehendak, sikap, dan tindakan.
 Kehendak : kemauan, keinginan dan harapan yang keras.
 Sikap : posisi mental (perasaan terhadap bahasa sendiri/bahasa orang lain).
 Tindakan : perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi
sesuatu.
3. Mawardi Labay El-Shuthani (2001:3) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri
manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter manusia.
 Sifat : rupa/keadaan yang nampak pada suatu benda/lahiriah
 Karakter : sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain,
tabiat, watak, dan mempunyai kepribadian.
4. Ibnu Sina (1996:116) berpendapt bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah
kesadaran diri, amarah, dan keinginan.
 Kesadaran diri : kesadaran seseorang/keadaan dirinya sendiri.
 Amarah : sangat tidak senang.
 Keinginan : perihal yang diinginkan.
5. Al Ghazali (1989:7)mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah
yang merasa, yang mengetahui dan yang mengenal.
 Merasa : mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh) indra (seperti yang dialamu lidah,
kulit/badan).
6. Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri
manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan.
 Berpikir : menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang.
 Berkehendak : kemauan, keinginan dan harapan yang keras.
 Merasa : mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh) indra (seperti yang dialamu lidah,
kulit/badan).
 Berangan-angan : mempunyai angan-angan (pikiran/ingatan).

C. Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia

Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial
dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi tidak labil, mudah tersinggung, gampang
merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia
dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi,
ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah
kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya
perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi
kemunduran.
Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi semakin
penting dalam kehidupan seorang lansia. Aspek psikologis ini lebih menonjol daripada aspek
materiil dalam kehidupan seorang lansia

Aspek sosial yang terjadi pada individu lanjut usia, meliputi kematian pasangan
hidupnya/teman-temannya, perubahan peran seorang ayah/ibu menjadi seorang kakek/nenek,
perubahan dalam hubungan dengan anak karena sudah harus memerhitungkan anak sebagai
individu dewasa yang dianggap sebagai teman untuk dimintai pendapat dan pertolongan,
perubahan peran dari seorang pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya
dihabiskan di rumah.

Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise. Dalam masyarakat sebagai seorang
pensiunan, perubahan pendapatan karena hidupnya tergantung dari tunjangan pensiunan.
Kondisi-kondisi khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan memunculkan gejala umum
pada individu lanjut usia, yaitu “perasaan takut menjadi tua.”

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Mental


1. Perubahan fisik,
a. Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan interseluler
menurun.
b. Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun
(menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya
retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau
hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan
reflek.
d. Pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
e. Penglihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi
menurun, lapang pandang menurun, katarak.
f. Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori menurun
karena proses encoding menurun.
g. Intelegensi: secara umum tidak berubah.

2. Kesehatan umum

Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung pada orang lain.
Terjadi banyak perubahan dalam penampilan lansia, seperti pada bagian kepala dengan rambut
yang menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu, tubuh yang membungkuk dan tampak
mengecil, bagian persendian dengan pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat,
sedangkan ujung tangan tampak mengerut. Selain itu, fungsi pancaindera terjadi perubahan
seperti ada penurunan dalam kemampuan melihat objek, kehilangan kemampuan mendengar
bunyi dengan nada yang sangat tinggi, penurunan sensitivitas papil-papil pengecap (terutama
terhadap rasa manis dan asin), penciuman menjadi kurang tajam, dan kulit yang semakin kering
dan mengeras menyebabkan indra peraba di kulit semakin peka.

3. Lingkungan

Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman. Lansia tidak jarang
merasa emptiness (kesendirian, kehampaan) ketika keluarganya tidak ada yang
memperhatikannya. Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan
pada lansia kapan ia akan meninggal.
E. Masalah Di Bidang Psikogeratri
1. Kecemasan

Gangguan kecemasan pada lansia adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif
kondlusif, gangguan kecemasan umum, gangguan stress akut, gangguan stress pasca traumatic.

2. Depresi
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti
rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk
penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah
kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat
mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi sering
disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan depresi tetap utuh,
sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.
3. Insomnia
a. Pengertian
Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu
kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berubah
tiak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia
melakukan kegiatannya pada malam hari.
4. Paranoid
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta
berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya.

5. Demensia
Demensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama intelegensi, disebabkan oleh
kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible) (Maramis, 1995). Demensia
adalah gangguan progresif kronik yang dicirikan dengan kerusakan berat pada proses kognitif
dan disfungsi kepribadian serta perilaku (Isaac, 2004). Menurut Roger Watson, demensia adalah
suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan kemampuan kognitif secara global dan progresif
yang dihubungkan dengan masalah fisik.
F. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu
ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal
tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan
pada lanjut usia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. Pendekatan inilah
yang dalam bidang kesehatan jiwa (mental health) disebut pendekatan eklektik holistik, yaitu
suatu pendekatan yang tidak tertuju pada pasien semata-mata, akan tetapi juga mencakup
aspek psikososial dan lingkungan yang menyertainya. Pendekatan Holistik adalah pendekatan
yang menggunakan semua upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia, secara
utuh dan menyeluruh.
1. Pendekatan fisik

Perawat mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya cedera sehingga diharapkan
melakukan pendekatan fisik, seperti berdiri disamping klien, menghilangkan sumber bahaya
dilingkungan, memberikan perhatian dan sentuhan, bantu klien menemukan hal yang salah
dalam penempatannya, memberikan label gambar atau hal yang diinginkan klien.

2. Pendekatan psikologis

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien
lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip “Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan service. Hal itu
perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya
usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk
peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan
kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang,
dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan
menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah
tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara
perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila
perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

3. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lansia
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendeteksi kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian.
Seorang dokter mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam
ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya,
adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda,
tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang
timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa
kalaupun keluarga tadi ditinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan
rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

4. Pendekatan social

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia
berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan
bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain. Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk
mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan
lain.

Anda mungkin juga menyukai