Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN SUNTIK KB 3 BULAN


DI PMB BIDAN ASIWEI E. TIGOI, SST., M.KES

Tugas Portofolio Praktik Klinik Kebidanan I (PKK I)


Program Studi Diploma III Kebidanan Angkatan XXIV-B Semester IV
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Disusun Oleh :
Nama : Aulia Safitri
NIM : PO.62.24.2.22.132

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA

TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN SUNTIK KB 3 BULAN
DI PMB BIDAN ASIWEI E. TIGOI, SST., M.KES

Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan I (PKK I)


Di PMB Bidan Asiwei E. Tigoi, SST., M.Kes

Telah Disahkan Pada Tanggal : ………………………………………..2024

Pembimbing Klinik/CI Pembimbing Institusi/CT

(Asiwei E. Tigoi, SST., M.Kes.) (Noordiati, SST., MPH)


NIP. NIP. 198003012002122003

Mengetahui, Koordinator MK.


Kaprodi D-III Kebidanan Praktik Klinik Kebidanan I

( Seri Wahyuni, SST., M.Kes ) ( Lola Meyasa, SST., M.Kes )


NIP. 198010192002122002 NIP. 198105222006042004

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah serta
karunia-Nya, yang memberikan petunjuk dan kemudahan sehingga dapat terselesaikannya
laporan kasus dengan tepat waktu yang berjudul “Asuhan Kebidanan Suntik KB 3 Bulan Di
Pmb Di PMB Bidan Asiwei E. Tigoi, SST., M.Kes” untuk memenuhi ketuntasan Mata
Kuliah Praktik Klinik Kebidanan I.
Asuhan kebidanan ini tersusun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ketua Jurusan Kebidanan sekaligus Pembimbing Institusi/CT yaitu Ibu Noordiati, SST.,
MPH
2. Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan yaitu Ibu Seri Wahyuni, SST., M.Kes
3. Koordinator Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan I yaitu Ibu Lola Meyasa, SST.,
M.Kes.
4. Pembimbing Klinik/CI yaitu Ibu Asiwei E. Tigoi, SST., M.Kes.

Penulis sangat berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat diterima dengan baik, dan
juga dapat menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman pembaca. Penulis juga
menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurrna, oleh karena itu penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat positif dan membangun semangat
untuk perbaikan laporan ini kedepannya.

Palangka Raya, 28 Maret 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................5
A. Latar Belakang...........................................................................................................5
B. Tujuan.........................................................................................................................6
1. Tujuan Umum.......................................................................................................6
2. Tujuan Khusus......................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................7


A. Konsep Dasar Suntik KB 3 Bulan .............................................................................7
......................................................................................................................................
1. Pengertian Suntik KB 3 Bulan............................................................................7
2. Jenis-jenis KB........................................................................................................
3. Tanda dan Gejala Suntik KB 3 Bulan.................................................................7
4. Etiologi yang terjadi pada saat Suntik KB 3 Bulan.............................................8
5. Patofisiologi Suntik KB 3 Bulan.........................................................................9
6. Diagnosa Suntik KB 3 Bulan............................................................................10
B. Asuhan Kebidanan Suntik KB 3 Bulan....................................................................13
1. Pengkajian Data..................................................................................................13
2. Intrepertasi Data Dasar.......................................................................................24
3. Antisipasi Masalah Potensial..............................................................................25
4. Tindakan Segera dan Kolaborasi........................................................................25
5. Intervensi............................................................................................................25
6. Implementasi......................................................................................................25
7. Evaluasi..............................................................................................................25

BAB III PENUTUP............................................................................................................27


A. Kesimpulan...............................................................................................................27
B. Saran.........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................28

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketahanan keluarga sangat diperlukan oleh keluarga dalam upaya menghadapi
permasalahan-permasalahan sosial di masyarakat. Ketahanan keluarga merupakan
gambaran kemampuan keluarga dalam memenuhi segala kebutuhan keluarga yang
berkaitan dengan kebutuhan dasar. Ketahanan keluarga merupakan alat untuk mengukur
pencapaian keluarga dalam melaksanakan peran, fungsi dan tanggung jawabnya dalam
mewujudkan kesejahteraan anggota. Tingkat ketahanan keluarga ditentukan oleh perilaku
individu dan masyarakat. Individu dan keluarga yang memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang ketahanan keluarga yang baik, akan mampu bertahan dengan
perubahan struktur, fungsi dan peranan keluarga yang berubah sesuai perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Individu dan keluarga yang mampu bertahan
dengan perubahan lingkungan, berpotensi memiliki ketahanan keluarga yang kuat
(Wahab Syakhrani & Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai, 2023).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dan membahas secara umum tujuan diberikannya asuhan kebidanan Suntik
KB 3 Bulan di PMB Bidan Asiwei E. Tigoi, SST., M.Kes.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar Suntik KB 3 Bulan
b. Menjelaskan jenis-jenis KB
c. Menjelaskan tanda dan gejala Suntik KB 3 Bulan III
d. Menjelaskan etiologi yang terjadi pada saat Suntik KB 3 Bulan
e. Menjelaskan patofisiologi Suntik KB 3 Bulan
f. Menjelaskan diagnosa Suntik KB 3 Bulan
g. Memberi asuhan kebidanan Suntik KB 3 Bulan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Suntik KB 3 Bulan
1. Pengertian Suntik KB 3 Bulan
2. Jenis-jenis KB
Menurut (Permatasari et al., 2022) terdapat beberapa jenis kontrasepsi, diantaranya:
a. Metode Sederhana Tanpa Alat
a) Metode Kalender
Metode kalender disebut juga metode pantang berkala dikarenakan metode
ini dilakukan dengan cara menghindari hubungan seksual pada masa subur
atau ovulasi, sehingga tidak ada sel telur yang siap dibuahi oleh sperma dan
tidak terjadi kehamilan. Metode ini didasarkan pada perhitungan siklus
menstruasi wanita dengan cara mengetahui kapan masa subur atau fase
ovulasi terjadi. Rata – rata fase ovulasi seorang Bab 8 Layanan Kesehatan
Reproduksi dan KB 81 wanita terjadi pada hari ke 12 – 16 sesudah
menstruasi. Oleh karena fase ovulasi ini berbeda-beda pada setiap wanita,
maka penting bagi seorang wanita untuk mengetahui siklus menstruasinya, di
mana untuk mengetahui siklus menstruasi paling sedikit adalah dengan cara
menghitung siklus haid selama 6 kali berturut-turut. Metode ini sangat
sederhana, tidak membutuhkan alat, tanpa biaya dan tidak mengganggu
hubungan seksual, namun metode ini sangat rentan gagal sehingga tidak
dianjurkan bagi pasangan yang telah memiliki anak lebih dari dua. Selain itu
metode ini harus ada kerjasama serta motivasi yang baik antara suami dan
istri. Angka kegagalan dari metode ini yaitu kemungkinan 14 dari 100 wanita
yang menggunakan metode ini dapat terjadi kehamilan)
b) Senggama Terputus
Senggama terputus disebut juga coitus interuptus. Cara kerja metode ini
dengan mencabut penis sebelum terjadi ejakulasi saat melakukan hubungan
seksual, sehingga tidak ada sperma yang masuk dalam vagina untuk
membuahi sel telur. Metode ini hanya bisa dilakukan oleh suami yang
memiliki pengendalian diri yang baik saat mencapai klimaks, pengalaman

7
serta kepercayaan diri yang baik. Metode ini sangat sederhana, tanpa biaya,
dan tanpa persiapan khusus namun metode ini tidak dianjurkan pada
pasangan yang memiliki anak lebih dari dua sebab angka kegagalan metode
ini cukup besar yaitu 4-27%. Kekurangan lain dari metode ini yaitu memutus
kenikmatan saat berhubungan seksual dan tidak melindungi dari penyakit
menular seksual.
c) Metode Amenora Laktasi (MAL)
Metode amenore laktasi merupakan metode kontrasepsi yang dapat dilakukan
pada wanita yang menyusui secara eksklusif (memberikan ASI saja pada bayi
berusia 0-6 bulan tanpa makanan pendamping apapun). Metode ini
memanfaatkan efek dari hormon oksitosin yang diproduksi tubuh karena
adanya rangsangan bayi ketika menyusui. Hormon oksitosin berperan dalam
menggagalkan proses pematangan sel telur sehingga tidak terjadi ovulasi.
Metode ini memiliki angka kegagalan yang cukup kecil yaitu sekitar 2%
apabila memenuhi syarat yaitu menyusui eksklusif dengan usia bayi < 6
bulan, menyusui > 8 kali dalam sehari dan belum mengalami menstruasi.
Oleh karena metode ini hanya bisa dilakukan apabila ibu menyusui secara
eksklusif maka apabila usia bayi > 6 bulan maka metode ini tidak dapat
dilakukan.
d) Metode Lendir Serviks
Metode lendir serviks merupakan metode kontrasepsi dengan cara mengamati
lendir serviks yang muncul pada fase ovulasi. Biasanya pada fase ovulasi
lendir serviks akan keluar ketika wanita berdiri atau berjalan, maka apabila
muncul keadaan seperti demikian, pasangan dianjurkan untuk tidak
melakukan hubungan seksual. Metode ini adalah metode kontrasepsi alami
sehingga metode ini biasanya sangat cocok dianjurkan pada pasangan yang
taat agama atau budaya tertentu yang kontra dengan metode kontrasepsi
modern. Keberhasilan metode ini cukup tinggi yaitu antara 9697% tergantung
kemampuan pengamatan lendir serviks. Kekurangan metode ini adalah tidak
bisa dilakukan oleh wanita yang memiliki penyakit pada saluran reproduksi
dan memengaruhi keluarnya lendir serviks serta pada wanita yang tidak

8
menyukai untuk menyentuh alat kelaminnya sendiri.
e) Metode Suhu Basal
Cara kerja metode suhu basal pada prinsipnya yaitu menentukan masa ovulasi
dan menghindari hubungan seksual pada masa tersebut dengan cara
mengukur suhu basal yang terjadi pada masa subur. Pada masa subur
umumnya terjadi kenaikan suhu 0,3 – 0,5 ℃ yang disebabkan adanya
kenaikan hormon progesteron. Suhu basal ialah suhu terendah yang dicapai
tubuh ketika tubuh sedang beristirahat. Suhu basal diukur pada pagi hari
sebelum makan, minum ataupun melakukan kegiatan lain dengan
menggunakan termometer basal dan diukur pada tempat yang sama yaitu oral,
vagina, ataupun rectal. Metode ini memiliki angka kegagalan 0,3 – 6,6%
apabila dilakukan dengan tepat dan telaten. Metode ini hanya dianjurkan pada
wanita yang rutin mengukur suhur tubuh dan siklus tidur malam 5 – 6 jam.
Metode ini tidak dianjurkan pada wanita perokok, bekerja pada malam hari,
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, serta mengalami demam dan faktor-
faktor lain yang memengaruhi suhu tubuh.
f) Metode Simptothermal
Metode simptothermal merupakan metode gabungan dari metode lendir
serviks dan metode suhu basal. Metode ini lebih akurat dikarenakan
mengamati tanda ovulasi dengan dua gejala sekaligus dibandingkan dengan
hanya salah satu gejala. Namun metode ini haruslah dilakukan ketika telah
memperoleh instruksi dan konseling terlebih dahulu sehingga pengamatan
masa ovulasi lebih tepat, serta metode ini memerlukan kerjasama yang baik
oleh pasangan. b
b. Metode Sederhana Dengan Alat
Metode sederhana dengan alat terdiri dari kondom, diafragma dan spermisida.
a) Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi laki-laki berbahan dasar lateks yang
dipasangkan pada penis sebelum penetrasi. Prinsipnya untuk mencegah
sperma tumpah dalam vagina saat ejakulasi sehingga tidak terjadi pertemuan
sel sperma dengan sel telur. Efektivitas kondom mencapai 92% apabila

9
digunakan dengan benar. Selain itu kondom juga dapat mencegah penularan
penyakit menular seksual. Keuntungan lain dari kondom ialah harganya yang
murah dan mudah diperoleh serta tidak memengaruhi ASI, sedangkan
kerugian dari kondom yaitu perlu dipakai terus menerus saat melakukan
coitus dan dianggap mengurangi kenikmatan dalam hubungan seksual.
Kondom tidak dianjurkan pada lelaki dengan gangguan ereksi serta pasangan
yang alergi terhadap bahan dasar lateks.
b) Diafragma
Diafragma merupakan alat kontrasepsi wanita berbahan lateks yang berbentuk
kubah dan dimasukan ke dalam vagina hingga menutupi serviks sehingga
mencegah pertemuan sel telur dan sel sperma. diafragma lebih efektif bila
dikombinasikan dengan spermisida di mana angka keberhasilan dapat
mencapai 92-96%. Diafragma cocok digunakan oleh wanita yang tidak
menginginkan kontrasepsi hormonal dan sedang menyusui, namun tidak
dianjurkan pada wanita yang memiliki riwayat infeksi saluran kemih,
perdarahan pada saluran genetalia yang tidak diketahui penyebabnya, serta
alergi bahan lateks maupun spermisida.
c) Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi berbahan dasar kimia yang bertujuan
untuk menghambat pergerakan sperma, menurukan kemampuan sperma
dalam membuahi ovum serta dapat membunuh sperma. Spermisida dapat
berupa busa (aerosol), suppositoria, krim atau jelly yang dioleskan pada
vagina. Keuntungan dari metode ini ialah dapat meningkatkan lubrikasi
dalam melakukan senggama dan tidak memengaruhi produksi ASI,
sedangkan kekurangan dari metode ini ialah pengguna perlu menunggu 10-15
menit sebelum spermisida efektif bekerja dan efektivitas yang hanya
berlangsung 1-2 jam. Metode ini juga memiliki efek samping yang dapat
muncul yaitu iritasi vagina, penis dan rasa panas pada vagina. Spermisidia
dianjurkan pada wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi hormonal
dan ibu yang sedang menyusui.
c. Metode Kontrasepsi Modern

10
a) Metode Kontrasepsi Hormonal Progestin
 Suntik Progestin
Kontrasepsi Suntik Progestin disebut juga suntik 3 bulan, sebab
kontrasepsi ini diberikan setiap 3 bulan sekali. Kontrasepsi ini
mengandung 150 mg hormon Depo Medroxy Progesteron Asetat
(DMPA) atau juga disebut Depo Provera. Cara kerja dari kontrasepsi ini
yaitu mencegah dan menghambat terjadinya ovulasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga sperma sulit menembus ovum, menghambat transportasi
ovum dalam tuba falopii dan memengaruhi endometrium sehingga ovum
yang telah dibuahi tidak dapat melakukan nidasi. Kontrasepsi suntik
progeston dapat digunakan oleh wanita yang sedang menyusui karena
tidak memengaruhi produksi ASI, namun kontrasepsi ini tidak dianjurkan
pada wanita dengan hipertensi dan diabetes militus. Efek samping dari
kontrasepsi ini adalah gangguan pola menstruasi dan perubahan berat
badan, serta efek jangka panjang yang dapat terjadi yaitu penurunan
kepadatan tulang, vagina menjadi lebih kering dan penurunan libido.
Kontrasepsi ini memiliki efektivitas hingga 9799,7%.
 Pil Progestin
Pil progestin merupakan alat kontrasepsi oral berbentuk pil yang
diminum setiap hari. Kontrasepsi ini lebih dikenal dengan sebutan mini
pil. Pil progestin mengandung hormon derivat progestin. Cara kerja dari
kontrasepsi ini adalah mengubah endometrium sehingga sulit terjadi
proses implantasi, mengentalkan lendir serviks, dan transformasi
motilitas tuba falopii sehingga menyulitkan sperma mencapai ovum.
Kontrasepsi ini akan sangat efektif yakni hingga 98,5% bila diminum
teratur setiap hari pada jam yang sama. Oleh karena kontrasepsi ini
diminum setiap hari maka kontrasepsi ini tidak dianjurkan bagi wanita
yang memiliki kebiasaan lupa serta memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes militus. Keuntungan dari kontrasepsi ini adalah tidak
memengaruhi ASI, kesuburan dapat segera kembali setelah
menghentikan pil, serta dapat menjadi kontrasepsi darurat. Efek samping

11
yang dapat muncul pasca penggunaan kontrasepsi ini yaitu mual, nyeri
kepala hingga perubahan pola menstruasi.
b) Metode Kontrasepsi Hormonal Kombinasi
Metode kontrasepsi hormon kombinasi adalah alat kontrasepsi yang
mengandung dua jenis hormon yaitu hormon progesteron dan estrogen.
Terdapat dua jenis kontrasepsi kombinasi yaitu suntik kombinasi dan pil
kombinasi.
 Suntik Kombinasi
Kontrasepsi suntik kombinasi mengandung 25 mg hormon Medroxy
Progesteron Asetat dan 5 mg estradiol sipionat. Kontrasepsi ini diberikan
setiap sebulan sekali sehingga disebut juga suntik 1 bulan. Kontrasepsi
ini memiliki keuntungan yakni mencegah kehamilan ektopik, mencegah
kanker ovarium dan endometrium, serta kanker payudara. Namun
kontrasepsi tidak dianjurkan pada wanita menyusui karena dapat
memengaruhi produksi ASI. Suntik kombinasi bekerja dengan cara
mengentalkan lendir serviks, mengubah endometrium dan mengganggu
motilitas tuba falopii. Metode ini memiliki angka keberhasilan atau
efektivitas mencapai 99%.
 Pil Kombinasi
Pil kombinasi tersedia dalam 3 jenis yakni monofasik yang mengandung
hormon estrogen dan progesteron dalam satu dosis berbeda, bifasik
dengan dua dosis yang berbeda, dan trifasik dengan tiga dosis yang
berbeda. Masing – masing dikemas dalam 21 tablet pil aktif dan 7 pil
plasebo (tidak ada kandungan hormon apapun). Sama seperti suntik
kombinasi, pil kombinasi juga tidak dianjurkan pada ibu menyusui.
Selain itu efek samping dari penggunaan kontrasepsi ini yakni mual dan
bercak saat menstruasi pasca tiga bulan pemakaian awal, serta terjadi
penurunan libido. Kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang sangat tinggi
bahkan menyerupai tubektomi apabila dikonsumsi secara rutin pada jam
yang sama setiap hari. 3
c) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

12
 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi
yang dimasukan ke dalam rahim dan bekerja dengan cara mencegah
pertemuan sel tel telur dan sel sperma serta mencegah terjadinya
implantasi sel telur yang telah dibuahi dalam endometrium. Kontrasepsi
ini dapat digunakan hingga 12 tahun, oleh sebab itulah AKDR tergolong
dalam MKJP. Alat kontrasepsi ini cocok digunakan bagi wanita yang
menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi dan
berencana menunda kehamilan dalam jangka waktu lama. AKDR pada
umumnya tidak mengandung hormon namun beberapa jenis.
AKDR lain mengandung hormon progesteron. Keuntungan utama dari
metode kontrasepsi ini adalah sifatnya yang jangka panjang sehingga
tidak perlu rutin kembali ke fasilitas kesehatan dan tidak memengaruhi
ASI, hanya saja beberapa keluhan dari penggunaan AKDR yaitu
ketidaknyamanan saat berhubungan seksual. Efek samping dari
penggunaan AKDR yaitu berubahnya pola haid dalam 3-6 bulan setelah
pemakaian. Metode ini tidak dianjurkan pada wanita yang memiliki
riwayat infeksi menular seksual.
 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
AKBK dikenal juga dengan nama implan atau susuk dan merupakan alat
kontrasepsi jangka panjang di mana penggunaannya dapat mencapai 5
tahun. Sesuai dengan namanya, alat kontrasepsi ini diletakan di bawah
kulit pada bagian lengan sebelah atas. AKBK berbentuk tabung silinder
seukuran batak korek api terbuat dari bahan karet silastik yang
mengandung hormon progestin levonogestrel sintesis. Alat kontrasepsi
ini bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks, mengubah keadaan
endometrium sehingga tidak sesuai untuk implantasi zigot, dan
memperlambat transportasi sperma. Keuntungan dari metode ini adalah
dapat digunakan pada ibu menyusui (yang hanya mengandung hormon
progesteron), tidak memengaruhi hubungan seksual, serta kesuburan
cepat kembali setelah pelepasan implan. Efek samping pasca penggunaan

13
metode ini yaitu perubahan pola menstruasi 3-6 bulan pasca pemasangan,
nyeri kepala, nyeri payudara dan kegelisahan
d. Metode Kontrasepsi Mantap
a) Vasektomi
Vasektomi merupakan salah metode kontrasepsi pria. Metode kontrasepsi ini
dilakukan melalui pemotongan saluran vas deferens pada sistem reproduksi
laki-laki sehingga tidak terjadi pengeluaran sperma saat ejakulasi. Metode ini
disebut kontrasepsi mantap disebabkan metode ini menghentikan kesuburan
pria secara permanen. Metode ini dilakukan melalui operasi bedah ringan
yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Vasektomi hanya
dianjurkan pada pasangan yang telah memiliki anak 2 atau lebih dan tidak
berencana untuk memiliki anak lagi. Vasektomi tidak memengaruhi libido
maupun fungsi seksual lainnya sehingga tidak berdampak saat melakukan
hubungan sesual, hanya saja risiko yang mungkin terjadi pasca tindakan
vasektomi yaitu nyeri testis, hematoma dan infeksi pada bagian bedah b
b) Tubektomi
Tubektomi merupakan metode kontrapsepsi mantap yang dilakukan oleh
wanita. Metode ini dilakukan melalui bedah sederhana dengan cara
pemotongan ataupun pengikatan saluran tuba fallopii sehingga sperma yang
masuk tidak dapat bertemu dengan ovum. Metode ini juga memiliki
keuntungan lain yaitu mengurangi kemungkinan terjadinya radang panggul
dan kanker endometrium. Metode ini cocok digunakan bagi wanita yang telah
memiliki anak lebih dari 2 dan tidak berencana hamil lagi atas persetujuan
pasangan.
3. Tanda dan Gejala Suntik KB 3 Bulan
Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi:
a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
b. Siklus haid yang memendek atau memenjang.
c. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
d. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
e. Tidak haid sama sekali

14
4. Etiologi yang terjadi pada saat Suntik KB 3 Bulan
Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi: Sering ditemukan gangguan haid,
seperti:
a. Siklus haid yang memendek atau memenjang.
a) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
b) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
c) Tidak haid sama sekali
b. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan).
a) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
b) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
c) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
d) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan
pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan).
e) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
f) Pada penggunaaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
g) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas,
jerawat.
5. Patofisiologi Suntik KB 3 Bulan
6. Diagnosa Suntik KB 3 Bulan
B. Asuhan Kebidanan pada Imunisasi
1. Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini, semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien telah dikumpulkan. Untuk memperoleh
data, dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka
mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Bagian-
bagian yang penting dari anamnesa, antara lain:
a. Data Subjektif

15
a) Biodata
 Nama:
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan
nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan
pasien menjadi lebih akrab.
 Umur:
Untuk mengetahui keadaan ibu termasuk usia di atas 35 tahun. Bila
usia ibu lebih dari 35 tahun, dapat diberikan KIE pada ibu untuk tidak
hamil lagi atau untuk melakukan KB yang jangka waktunya panjang.
Makin tua usia, makin rendah usia kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD.
 Suku/bangsa :
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien .dan
keluarga.
 Agama :
Sebagai dasar bagi bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual
terhadap pasien dan keluarga.Serta untuk mengetahui adakah larangan
metode KB dalam pandangan agama tersebut.
 Pendidikan:
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan. Informasi ini membantu
klinisi memahami klien sebagai individu dan memberi gambaran
kemampuan baca tulisnya.
 Pekerjaan:
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi, dan data
pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama
asuhan.
 Alamat :
Memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah serta tau lingkungan pasien.
b) Alasan Datang
Akseptor datang ke tempat pelayanan kesehatan karena ingin lepas/ pasang
IUD atau hanya control IUD
c) Keluhan Utama

16
Keluhan yang biasanya dialami akseptor KB IUD adalah :
 Amenorrhea
 Kejang/ kram perut bagian bawah
 Perdarahan hebat dan tidak teratur
 Benang/ ekor hilang
 Pengeluaran cairan vagina
 Infeksi
 Perdarahan bercak/ spotting
 Erotio portiones
d) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu apakah merupakan
kontraindikasi kontrasepsi IUD atau tidak. Seperti perdarahan vagina yang
tidak diketahui, infeksi alat genital (vaginistis, servisitis), mengalami PRP
atau abortus septic, tumor jinak rahim, penyakit trofoblas yang ganas,
TBC pelvik, kanker alat genital.
e) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu apakah merupakan
kontraindikasi kontrasepsi IUD atau tidak. Seperti perdarahan vagina yang
tidak diketahui, infeksi alat genital (vaginistis, servisitis), mengalami PRP
atau abortus septic, tumor jinak rahim, penyakit trofoblas yang ganas,
TBC pelvik, kanker alat genital.
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah riwayat kanker alat genital, tumor, penyakit kuning atau
penyakit lain yang menjadi kontraindikasi IUD dalam keluarga pasien.
g) Riwayat Perkawinan
Data ini penting untuk kita kaji karena dari data ini kita akan
mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan:
 Usia nikah pertama kali
 Status pernikahan sah/tidak

17
 Lama pernikahan
 Perkawinan sekarang adalah suami yang ke berapa
h) Riwayat Haid
 Menarche
Adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Pada wanita
Indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun.
 Lama haid
 Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-
sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari.
 Siklus haid
Adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. Siklus
haid normal dianggap sebagai siklus 28 hari tetapi siklus ini bisa maju
sampai 3 hari atau mundur 3 hari.
 Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi, misalnya sakit yang sangat, pening sampai
pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Ada beberapa keluhan yang
disampaikan oleh pasien dapat menunjukkan kepada diagnosa
tertentu.
 Keputihan
Warnanya, berbau atau tidak, gatal atau tidak.
i) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Kehamilan
 TM I
periksa dimana, berapa kali, mendapatkan terapi apa, dapat imunisasi TT
atau tidak, ada keluhan atau tidak.
 TM II
periksa dimana, berapa kali, mendapatkan terapi apa, gerakan janin sudah
terasa 18 minggu pada primigravida dan 16 minggu pada multigravida, ada
keluhan atau tidak.

18
 TM III
periksa dimana, berapa kali, mendapatkan terapi apa, ada keluhan atau tidak.
Persalinan
Ibu bersalin dimana, ditolong siapa, persalinan normal atau tidak,
perdarahan, jenis kelamin bayi, BBL, PBL, bayi langsung menangis atau
tidak, bayi langsung menyusu atau tidak.
Nifas
Ibu menjalani masa nifas berapa lama, ada keluhan atau tidak, menyusui
atau tidak, ASI eksklusif atau tidak, kapan mulai diberikan makanan
pendamping ASI.
j) Riwayat KB
Ditanyakan KB yang pernah diikuti, berapa lama, alasan memilih KB,
alasan berhenti, kapan berhenti, informasi yang pernah didapat.
k) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
 Nutrisi
Pola makan. Hal ini juga penting untuk bidan ketahui, supaya bidan
mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asuhan gizinya. Pola
minum. Bidan juga harus dapat memperoleh data mengenai kebiasaan pasien
dalam pemenuhan kebutuhan cairannya.
 Eliminasi
 Istirahat
Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ibu tidur siang dan malam
hari. Pada kenyataannya, tidak semua wanita mempunyai kebiasaan tidur
siang, padahal tidur siang sangat penting. Untuk istirahat malam rata-rata
waktu yang diperlukan adalah 6-8 jam.
 Aktivitas
Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini
memberikan gambaran kepada bidan tentang seberapa berat aktivitas
yang biasa dilakukan pasien dirumah.
 Kebersihan
Data ini perlu bidan gali karena hal tersebut akan mempengaruhi
kesehatan pasien. Jika pasien mempunyai kebiasaan kurang baik

19
dalam perawatan kebersihan dirinya maka bidan harus dapat
memberikan bimbingan cara perawatan kebersihan dirinya sedini
mungkin.
l) Data Psikososial dan Spiritual
Meliputi bagaimana perasaan ibu terhadap kontrasepsi yang dipakai dan
bagaimana hubungan ibu dengan suami dan keluarga. Serta meliputi kepercayaan
beragama ibu dan adakah larangan metode KB dalam pandangan agama tersebut.
b. Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
 Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan
kriteria:
- Baik. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain.
- Lemah. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain.
 Kesadaran
Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar).
 Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah : 90/60-130/90 mmHg
- Nadi : 60-90 x/menit
- Pernapasan : 16-24 x/menit
- Suhu : 36,5-37,5o C
b) Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
- Rambut : bersih, tidak rontok

20
- Wajah : tidak pucat, tidak terdapat flek-flek pada pipi
- Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih
- Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung
- Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
- Mulut : lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak pucat, tidak
ada caries gigi
- Dada : tidak ada retraksi dinding dada
- Payudara : simetris, bersih puting susu menonjol
- Genetalia : bersih, tidak ada oedema, tidak varises
 Palpasi
- Kepala : kulit kepala bersih, tidak teraba benjolan abnormal
- Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
- Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran
abnormal
- Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises
 Auskultasi
- Dada : tidak terdengar suara ronchi maupun wheezing
 Perkusi
- Ekstremitas : reflek patela (+)
2. Intrepertasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar diatas data yang telah dikumpulkan yaitu dengan
diagnosa kebidanan. Masalah yaitu berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
a. Dx : P..Ab..dengan akseptor baru/lama pemasangan/pelepasan IUD
b. Ds : Ibu mengatakan ingin periksa ulang/control IUD, Ibu mengatakan ingin
pasang/lepas IUD
c. Do :
a) Keadaan umum : baik/ cukup/lemah
b) Kesadaran : composmentis/ somnolen/ apatis/ koma

21
c) TD : normal (90/60 - 130/90 mmHg)
d) Nadi : normal (70-90x/ menit)
e) RR : normal (16-24x/ menit)
f) Suhu : normal (36,5-37,5 C)
d. Masalah :
a) Amenorhea
 Do : Ibu mengatakan sudah ….. bulan tidak haid
 Do : HPHT ….
b) Kejang/kram pada perut bagian bawah
 Ds : -
 Do : palpasi : perut bagian bawah terasa kaku
c) Perdarahan hebat dan tidak teratur
 Ds : Ibu mengatakan menstruasinya tidak teratur dan banyak
 Do : portio : tampak kemerahan, v/v keluar darah
d) Benang/ekor IUD yang lepas
 Ds : Ibu mengatakan tidak dapat meraba benang IUD sendiri
 Do : filament –
 IUD : terlepas/tidak terlepas
e) Pengeluaran cairan dari vagina
 Ds : ibu mengatakan sering mengeluarkan cairan dari kemaluannya
 Do : v/v : fluor albus +/-, bersih/kotor
f) Infeksi
 Ds :-
 Do : suhu tubuh ibu meningkat (> 38 0C)
g) Perdarahan bercak/spotting
 Ds : Ibu mengatakan sering mengeluarkan flek-flek
 Do : Terdapat bercak-bercak darah/flek-flek merah kehitaman
h) Erotio Portiones
 Ds :-
 Do : terdapat kemerahan pada portio
3. Antisipasi Masalah Potensial
Langkah III merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis
atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Langkah ini

22
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Mengidentifikasi
masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika
memungkinkan, menunggu dengan waspda penuh, dan persiapan terhadap semua
keadaan yang mungkin muncul.
4. Tindakan Segera dan Kolaborasi
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi
klien.
5. Intervensi

6. Implementasi
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langakah ini dapat
dilakukan sebagian oleh orang tua, bidan anggota tim kesehatan lain. Bidan
bertanggung jawab unttuk memasstikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang
dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhuan ibu, seperti
yang telah diidenttifikasi. Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian
dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil
evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Pencatatan dilakukan setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia
(rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA) dan di tulis dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP yaitu sebagai berikut:
S : Adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O : Adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

23
komperehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evalusasi/follow up dan rujukan.
Langkah implementasi, evaluasi dan dokumentasi di atas berlaku atau dilakukan juga
untuk semua asuhan yaitu asuhan kebidanan pada kehamilan, bersalin, nifas,
neonatus dan keluarga berencana.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mutu pendidikan kesehatan
2. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa atau pada pendidikan kesehatan pada
umumnya

24
3. Meningkatkan sarana dan prasarana dalam pendidikan kesehatan sebagai salah satu
penunjang dalam meningkatkan mutu dan kualitas generasi penerus

DAFTAR PUSTAKA

25
Wahab Syakhrani, A., & Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai, S. (2023). Keluarga Berencana dan
Kependudukan. JK: Jurnal Kesehatan, 1(3), 523–531

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai