Anda di halaman 1dari 21

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD DR. DORIS SYLVANUS

Tugas Portofolio Praktik Klinik Kebidanan I (PKK I)


Program Studi Diploma III Kebidanan Angkatan XXIV-B Semester IV
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Disusun Oleh :
Nama : Aulia Safitri
NIM : PO.62.24.2.22.132

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA

TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN
2

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD DR. DORIS SYLVANUS

Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan I (PKK I)


Di Ruang Poli Kandungan RSUD dr. Doris Sylvanus

Telah Disahkan Pada Tanggal : ………………………………………..2024

Pembimbing Klinik/CI Pembimbing Institusi/CT

(Winarti Triwijayanti, S.SiT.) (DR Legawati, SST., MPH)


NIP. 19710401199112001 NIP. 198003012002122003

Mengetahui, Koordinator MK.


Kaprodi D-III Kebidanan Praktik Klinik Kebidanan I

( Seri Wahyuni, SST., M.Kes ) ( Lola Meyasa, SST., M.Kes )


NIP. 198010192002122002 NIP. 198105222006042004
3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah serta karunia-Nya,
yang memberikan petunjuk dan kemudahan sehingga dapat terselesaikannya laporan kasus dengan
tepat waktu yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kehamilan Di Ruang Poli Kandungan Rsud Doris
Sylvanus” untuk memenuhi ketuntasan Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan I.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih banyak kepada :
1. Ketua Jurusan Kebidanan yaitu Ibu Noordiati, SST., MPH
2. Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan yaitu Ibu Seri Wahyuni, SST., M.Kes
3. Koordinator Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan I yaitu Ibu Lola Meyasa, SST., M.Kes.
4. Pembimbing Institusi/CT yaitu Ibu DR. Legawati, SSiT., MPH.
5. Pembimbing Klinik/CI yaitu Ibu Winarti Triwijayanti, S.SiT.

Penulis sangat berharap semoga laporan kasus ini dapat diterima dengan baik, dan juga dapat
menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman pembaca. Penulis juga menyadari bahwa laporan
pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurrna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat positif dan membangun semangat untuk perbaikan laporan ini kedepannya.

Palangka Raya, 20 Maret 2024

Penulis

DAFTAR ISI
4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
5
dan membahas secara umum tujuan diberikannya asuhan kebidanan kehamilan Di Ruang Poli
Kandungan Rsud Doris Sylvanus.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar kehamilan
b. Menjelaskan Tanda dan Gejala pasti kehamilan
c. Menjelaskan Etiologi yang terjadi pada saat kehamilan
d. Menjelaskan Perubahan Psikologis dalam kehamilan
e. Menjelaskan Perubahan fisiologi dalam kehamilan
f. Memberi Asuhan Kebidanan masa kehamilan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Kehamilan
2. Tanda dan Gejala Pasti Kehamilan
3. Etiologi yang terjadi pada saat kehamilan
4. Perubahan Psikologis Masa Nifas
a. Fase taking in
6
b. Fase taking hold
c. Fase leting go
5. Perubahan fisiologi Masa Nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting yang menyertainya, antara lain
sebagai berikut:
a. Payudara
Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin
setelah persalinan. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-
2 atau ke-3 setelah persalinan. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tandan mulanya
proses laktasi.
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran ASI, yang
merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI ekslusif (menurut
WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan
ataupun makanan lain.
Proses pengeluaran ASI terdiri dari:
 Kolostrum
Adalah cairan yang keluar dari payudara ibu segera setelah melahirkan dan
berwarna kuning. Kolostrum akan keluar pada hari ke 4-7 postpartum, dimana
terjadi peningkatan konsentrasi lemak dan laktosa sementara konsentrasi mineral
dan protein menurun.
 ASI transisi (antara)
Adalah ASI antara, mulai berwarna putih bening dengan susunan yang
disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi.
 ASI sempurna
Adalah pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,
sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna.
b. Uterus dan Serviks
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya
disebut involusi.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
 Autolysis
 Efek oksitosin (kontraksi)
 Iskemia myometrium
 Atropi jaringan
 Proses Involusi
 Lochea
7
a) Lochea rubra
b) Lochea sanguinolenta
c) Lochea serosa
d) Lochea alba
e) Lochea Purulenta
f) Lochea lochiostasis

c. Vulva dan Vagina


d. Perineum
B. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan
1. Pengkajian Data
a. Data Subjektif
a) Biodata
 Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak
keliru dalam pemberian penanganan
 Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari
20 tahum, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum
siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas
 Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
 Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
 Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
 Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
 Alamat
Bermanfaat untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
8
perineum keluhan yang sering dialami ibu masa nifas antara lain sebagai berikut:
 Nyeri setelah lahir
Nyeri setelah kelahiran disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus
berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi
pada wanita dengan paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Nyeri yang
lebih berat pada paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus,
menyebabkan relaksasi intermitten (sebentar-sebentar) berbeda pada
wanita primipara yang tonus otot uterusnya masih kuat dan uterus tetap
berkontraksi tanpa relaksasi intermitten. Nyeri setelah lahir akan hilang
jika uterus tetap berkontraksi dengan baik, yang memerlukan kandung
kemih kosong.
 Keringat berlebihan
Wanita pascapartum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh
menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan cairan
interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan intraseluler
selama kehamilan.
 Pembesaran payudara
Pembesaran payudara disebabkan kombinasi, akumulasi, dan stasis air
susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini
mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal
ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ke 3
pascapartum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui, dan
berakhir sekitar 24 hingga 48 jam. Nyeri tekan payudara dapat menjadi
nyeri hebat terutama jika bayi mengalami kesulitan dalam menyusu
 Nyeri Perenium
Beberapa tindakan kenyamanan perineum dapat meredakan
ketidaknyamanan atau nyeri akibat laserasi atau episiotomi dan jahitan
laserasi atau episiotomi tersebut. Sebelum tindakan dilakukan, penting
untuk memeriksa perineum untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
komplikasi, seperti hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan
tindakan lanjutan apa yang mungkin paling efektif.
 Konstipasi
Konstipasi dapat menjadi berat dengan longgarnya dinding abdomen dan
oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat tiga atau empat.
 Hemoroid
9
Jika wanita mengalami hemoroid mereka mungkin sangat merasa nyeri
selama beberapa hari, jika terjadi selama kehamilan, hemoroid menjadi
trauma dan menjadi edema selama wanita mendorong bayi pada kala II
persalinan karena tekanan bayi dan distensi saat melahirkan.
c) Riwayat Kesehatan
 Anemia
Pada kehamilan yang tidak tertangani dengan baik akan berpengaruh pada
masa nifas yang menyebabkan: terjadi sub involusi uteri, menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran
ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan,
anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae.
 Penyakit TBC
Ibu dengan TBC aktif tidak dibenarkan untuk memberikan ASI karena
dapat menularkan pada bayi.
 Jantung
Pengaruh penyakit jantung dalam masa pasca persalinan/nifas:
1) Setelah bayi lahir penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang
disebabkan darah tiba-tiba membanjiri tubuh ibu sehingga kerja
jantung sangat bertambah, perdarahan merupakan komplikasi yang
cukup berbahaya.
2) Saat laktasi kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI.
3) Mudah terjadi infeksi post partum, yang memerlukan kerja
tambahan jantung.
 Hipertensi
Ibu yang pernah mengalami episode hipertensi pada kehamilan dapat terus
mengalaminya hingga pascapartum.
 Sifilis
Dapat menyebabkan infeksi pada bayi dalam bentuk Lues Kongenital
(Pemfigus Sifilitus), deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki, terdapat
kelainan pada mulut dan gigi.
 Penyakit Asma
Pada persalinan kala II, diafragma dan paru–paru dapat membantu
mempercepat persalinan dengan jalan mengejan dan menahan nafas.
Penyakit asma yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan
10
CO2.
d) Riwayat Kebidanan
 Riwayat Haid
Sebagian besar menstruasi kembali setelah 4 sampai 6 bulan. Dalam waktu
3 bulan belum menstruasi, dapat menjamin bertindak sebagai kontrasepsi.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.
 Riwayat nifas yang lalu
Ibu dengan riwayat pengeluaran lokea purulenta, lokea stasis, infeksi
uterin, rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan khusus. Dan ibu
meneteki kurang dari 2 tahun. Adanya bendungan ASI sampai terjadi
abses payudara harus dilakukan observasi yang tepat.
 Riwayat nifas sekarang
Untuk mengetatui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat
ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
 Riwayat KB
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode
amenorrhoe laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Pemeriksaan postpartum merupakan
waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan
atau menghentikan kehamilan. Khusus untuk mendapatkan pelayanan
kontap wanita (Metode Operasi Wanita) sama sekali tidak diperlukan
hamil. Pelayanan kontap dapat dilayani setiap saat dikehendaki.
e) Pola Kebiasaan Sehari-hari
 Nutrisi
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukupkalori
untuk proses metabolisme, kerja organ tubuh dan proses pembentukan
ASI. Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, makanan yang mengandung 50-
60% karbohidrat, dan tambahan protein sebanyak 10-15%.
 Eliminasi
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu diusahakan
mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka dilakukan tindakan
seperti, dirangsang dengan mengalirkan air kran dekat pasien,
11
mengompres air hangat di atas simfisis, berendam air hangat (klien di
suruh BAK). Sedangkan untuk BAB, biasanya 2-3 hari postpartum masih
susah maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat atau agar BAB
bisa teratur dapat dilakukan dengan diet teratur, pemberian cairan yang
banyak, makanan yang cukup serat dan olahraga.
 Personal Hygiene
Payudara dibersihkan pada saat mandi, terutama sebelum menyusui bila
perlu kompres terlebih dulu dengan air hangat atau minyak agar keropeng-
keropeng terlepas dan payudara bersih.
Ibu disarankan untuk mengganti pakaian minimal dua kali sehari sehabis
mandi, bila perlu dan bila pakaian terasa lembab atau basah. Pakaian
sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak (selain urine). Pakaian agak longgar
terutama di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut
tidak perlu diikat dengan kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lokea tidak
memberikan iritasi pada sekitarnya. Kassa pembalut sebaiknya dibuang
setiap saat terasa penuh dengan lokea.
Kebersihan tempat tidur harus juga diperhatikan. Beri alas perlak atau kain
di bawah bokong ibu sehingga darah nifas tidak langsung mengenai alas
kasur atau seprei diganti 2 minggu sekali, karena bila seprei yang kotor
dapat menjadi media perkembangbiakan kuman. Usahakan menjemur
kasur sekali dalam sebulan. Kebersihan lingkungan bukan hanya di
lingkungan dalam rumah, namun di luar rumah seperti kebersihan
peralatan dapur, peralatan rumah tangga, dan kebersihan halaman,
termasuk pembuangan air limbah dan sampah. ibu yang sedang menjalani
masa nifas harus juga memperhatikan kebersihan giginya dengan cara
menggosok gigi setelah makan, sebelum tidur malam, dan saat mandi.
Hindari kerusakan gigi dengan cara tidak makan atau minum yang terlalu
asam atau manis, memeriksakan gigi ke dokter setiap 6 bulan sekali,
gunakan sikat gigi serta pasta gigi atau odol yang mengandung chloride
dan fluoride.
Setiap 1x seminggu, kuku hendaknya dipotong pendek, rapi dan mengikuti
bentuk kuku karena melalui kuku, kuman bisa masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan penyakit. Vulva hygiene untuk ibu nifas yaitu
12
membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih setiap kali
setelah berkemih dan defekasi. Pada waktu mencuci luka (episiotomi), ibu
harus mencucinya dari arah depan ke belakang dan mencuci daerah
anusnya yang terakhir. Ibu harus mengganti pembalut sedikitnya dua kali
sehari. Perawatan perienum 10 hari, yaitu ganti pembalut wanita yang
bersih setiap 4-6 jam.
 Istirahat
Anjurkan ibu beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali menjalani kegiatan di rumah
tangga seperti biasa secara perlahan, serta untuk tidur siang atau istirahat
selagi bayi tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8
jam/hari yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang.
 Aktivitas
Mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk
bangun dari tempat tidurnya. Klien sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
 Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri,
aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu 6 minggu setelah persalinan, namun keputusan
tersebut bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
 Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,
setelah keadaan ibu normal/pulih kembali. Senam nifas merupakan latihan
yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara
fisiologis maupun psikologis. Senam nifas dapat dimulai 24 jam setelah
persalinan. Dengan melakukan senam nifas, pemulihan ibu menjadi lebih
cepat, dan ibu tidak lagi terlihat lesu.
 KB
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari (6
minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu (Nugroho, 2014: 142). Ibu
dan suami dapat memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang ingin
13
digunakan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal 2 tahun) dan ibu
memiliki waktu untuk merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga
 Latar belakang sosial budaya
Menghindari makanan berprotein seperti ikan atau telur, karena ibu telah
menyusui perlu tambahan kalori sebesar 500 per hari. Penggunaan bebat
perut segera pada masa nifas (2-4 jam pertama) karena akan beresiko
menghambat keluarnya lokea secara lancar. Dimasa lampau perawatan
puerperium sangat konservatif. Wanita yang mengalami masa puerpurium
diharuskan tidur telentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah
dijumpai di Surabaya, terjadi adhesi antara labia minor dan labia mayor
kanan dan kiri, dan telah berlalu hampir 6 tahun.
 Psikososial
Fase-fase yang dialami oleh ibu nifas antara lain:
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu
fokus perhatian ibu terutama hanya pada dirinya sendiri.
Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung pasif terhadap
lingkungannya.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam perawatan bayinya. Ibu memerlukan dukungan karena saat
ini kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu
merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat
masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
14
b. Data Objektif
a) Pemeriksan Umum
 Keadaan Umur: kesadaran komposmetis
 Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali
secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa
hari. Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah tinggi
pada saat postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi
postpartum.
2) Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-80 x/menit. Denyut nadi
diatas 100 x/menit pada masa nifas mengindikasikan adanya suatu
infeksi.
3) Suhu
Suhu tubuh normal yaitu < 380C. Segera setelah persalinan dapat
terjadi peningkatan suhu tubuh tapi tidak lebih dari 38 0C. Bila
terjadi peningkatan melebihi 380C berturut-turut selama 2 hari,
kemungkinan terjadi infeksi. Setelah 12 jam post partum suhu
tubuh kembali normal.
4) Pernafasan
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan. Normalnya 16-24
x/menit.
b) Pemeriksaan fisik
 Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning
menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada
konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre
eklamsia.
 Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis.
 Payudara
15
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Wanita yang menyusui akan terus melepaskan hormon dan
menstimulasi alveoli yang memproduksi susu. Pengkajian payudara pada
periode awal pascapartum meliputi penampilan dan integritas puting susu,
memar atau iritasi jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara,
adanya kolostrum, apakah payudara terisi air susu, dan adanya sumbatan
duktus, kongesti, dan tanda-taanda mastitis potensial
 Abdomen
Pemeriksaan abdomen pascapartum dilakukan selama periode pasca
partum dini (1 jam-5 hari) yang meliputi tindakan berikut:
1) Pemeriksaan kandung kemih
Mencari secara spesifik distensi kandung kemih yang disebabkan
oleh retensi urine akibat hipotonisitas kandung kemih karena
trauma selama melahirkan. Kondisi ini dapat mempredisposisi
wanita mengalami infeksi kandung kemih dan bertanggung jawab
untuk peningkatan perdarahan uterus
2) Pemeriksaan Uterus
Mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi. Penentuan lokasi uterus
dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau
dibawah umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah
abdomen/bergeser ke salah satu lokasi dan ukuran saling tumpang
tindih, karena ukuran ditentukan bukan hanya melalui palpasi,
tetapi juga dengan mengukur tinggi fundus uteri. Konsistensi uterus
memiliki ciri keras dan lunak.
3) Evaluasi tonus otot abdomen
Evaluasi tonus otot abdomen dengan memeriksa derajat distasis
Diastatis adalah derajat pemisahan otot rektus abdomen (rektus
abdominis). Pemisahan ini diukur menggunakan lebar jari ketika
otot-otot abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika otot-otot
tersebut relaksasi.
4) Genetalia
Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada
interuptus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum,
tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina
tidak lagi edema.
5) Ekstremitas
Flegmasia alba dolens yang merupakan salah satu bentuk infeksi
puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena temoralis yang
terinfeksi dan disertai bengkak pada tungkai, berwarna putih, terasa
sangat nyeri, tampak bendungan pembuluh darah, suhu tubuh
meningkat (Manuaba, 2012). Pada pengkajian ekstremitas bawah,
dilakukan pemeriksaan kaki apakah ada oedema dan varises,
oedema, refleks patella kiri dan kanan.
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dan pengawasan Haemoglobin (Hb) dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sahli.Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan
16
sebagai berikut : Tidak anemia jika Hb 11 gr%, anemia ringan jika Hb 9-10 gr%,
anemia sedang jika Hb 7-8 gr%, anemia berat jika Hb < 7 gr%.
d) Terapi yang didapat
Terapi yang diberikan pada ibu nifas yaitu:
 Pil zat besi besi 40 tablet diminum 1 kali satu hari
 Vitamin A 200.000 U diminum 1 kali dalam waktu 24 postpartum.
2. Intrepertasi Data Dasar
Mengintepretasi data kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan
perawatan kesehatan yang di indentifikasi khusus. Masalah yaitu berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
3. Antisipasi Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,
pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspda penuh, dan persiapan terhadap
semua keadaan yang mungkin muncul.
4. Tindakan Segera dan Kolaborasi
Data mengindikasikan situasi kedaruratan, yang mengharuskan bidan mengambil tindakan
cepat.
5. Intervensi
Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan
mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Diagnosa : PAPIAH, post partum hari ke ....,
laktasi lancar, lochea normal, involusi normal, keadaan psikologis baik, keadaan ibu baik,
dengan kemungkinan masalah gangguan eliminasi, nyeri luka jahitan perineum, after pain,
pembengkakan payudara.
6. Implementasi
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langakah ini dapat dilakukan
sebagian oleh orang tua, bidan anggota tim kesehatan lain. Bidan bertanggung jawab untuk
memasstikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi
kebutuhuan ibu, seperti yang telah diidenttifikasi. Pencatatan dilakukan. setelah
melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status
pasien/buku KIA) dan di tulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP yaitu
sebagai berikut:
S : Adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : Adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komperehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evalusasi/follow up dan
rujukan. Langkah implementasi, evaluasi dan dokumentasi di atas berlaku atau
dilakukan juga untuk semua asuhan yaitu asuhan kebidanan pada kehamilan,
bersalin, nifas, neonatus dan keluarga berencana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai