Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS NORMAL 2 JAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi

Disusun oleh :

DAFFINA SYAZAH INDRIANY


NIM : P0 5140319 007

Pembimbing Akademik :
Nispi Yulyana, SST, M.Keb

Pembimbing Lahan :
Nilawati, S.ST

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
SARJANA TERAPAN +PENDIDIKAN PROFESI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

“ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS 2 JAM


DI PMB NILAWATI, S.ST DESA TALANG PAUH ”

Oleh:

DAFFINA SYAZAH INDRIANY


NIM P05140319007

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Nispi Yulyana, SST, M.Keb. Nilawati, S.ST


NIP. 197807212008012022 NIP.197801152008012004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan + Pendidikan Profesi

Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb


NIP. 198012102002122002

A. Konsep Dasar Teori Pada Masa Nifas


Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo,
2014)
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal. (Rukiyah, 2011)
Selama masa pemulihan alat-alat kandungan berlangsung, ibu akan
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis,
sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan
pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup
kemungkinan akan terjadi keadaan patologis. (Sulistyawati, 2015)
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah kelahiran plasenta sampai 6
minggu setelah persalinan. Pada masa ini alat-alat reproduktif anatominya
kembali ke keadaan sebelum hamil. Ibu akan mengalami banyak
perubahan baik fisik maupun psikologis selama masa nifas.

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas menurut Asih (2016)
bertujuan untuk:

1. Memulihkan kesehatan klien

Memberikan KIE pada klien untuk menyediakan nutrisi sesuai


kebutuhan berdasarkan anjuran bidan, mengatasi anemia, mencegah
infeksi pada alat-alat kandungan dengan memperhatikan kebersihan
diri, mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
(senam nifas) untuk memperlancar peredaran darah.

2. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

3. Mencegah infeksi dan komplikasi.

4. Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI).


5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

6. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman


serta kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehat pada ibu dan keluarganya melalui KIE.

7. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.

C. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas menurut
Sulistyawati (2015), antara lain:

1. Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi


saat- saat krisis masa nifas. Pada awal masa nifas, ibu mengalami
masa-masa sulit. Saat itulah, ibu sangat membutuhkan teman dekat
yang dapat ia andalkan dalam mengatasi kesulitan yang ia alami.
Bagaimana pola hubungan yang terbentuk anatar ibu dan bidan akan
sangat ditentukan oleh keterampilan bidan dalam menempatkan diri
sebagai teman dan pendamping ibu. Jika pada tahap ini hubungan
yang terbentuk sudah baik maka tujuan dari asuhan akan lebih
mudah tercapai.

2. Pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap


ibu dan keluarga. Masa nifas merupakan masa yang paling efektif
bagi bidan untuk menjalankan perannya seagai pendidik. Dalam hal
ini, tidak hanya ibu yang akan mendapatkan materi pendidikan
kesehatan, tapi juga seluruh anggota keluarga. Melibatkan keluarga
dalam setiap kegiatan perawatan ibu dan bayi merupakan salah satu
teknik yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan
kesehatan yang tepat. Selain itu, setiap pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan kesehatan selalu melibatkan keluarga
sehingga bidan selalu mengikutsertakan seluarga dalam pelaksanaan
asuhan.
3. Pelaksanaan asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penangananan masalah, rujukan, dan deteksi dini
komplikasi masa nifas. Dalam menjalankan peran dan tanggung
jawabnya, bidan sangat dituntut kemampuannya dalam menerapkan
teori yang telah didapatnya kepada klien. Perkembangan ilmu dan
pengetahuan yang paling up to date harus selalu diikuti agar bidan
dapat memberikan palayanan yang berkualitas kepada klien.
Penguasaan bidan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat
mengenai kondisi klien sangatlah penting, terutama menyangkut
penentuan kasus rujukan dan deteksi dini klien agar kompikasi dapat
dicegah.

D. Tahapan Masa Nifas


Masa nifas menurut Kemenkes RI (2015) terbagi menjadi tiga
periode yaitu:
1. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam. Masa 2
jam setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia
uteri. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus dengan teratur
melakukan pemerikasan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,
tekanan darah, dan suhu.
2. Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam – 1 minggu.
Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk,
tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
3. Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 mingu – 6 minggu Pada
periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaaan sehari-hari serta konseling KB.
E. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
a) Uterus
Terjadi involusi/pengerutan uterus yaitu uterus kembali ke kondisi
semula seperti belum hamil dengan berat uterus 60 gram. Proses
involusi uterus :
1) Autolisis
2) Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system
vaskuler dan system limphatik
3) Efek oksitosin
b) Tinggi Fundus Uteri masa post partum :
1) TFU hari 1 post partum 1-2 jari di bawah pusat
2) TFU hari 2 post partum 2- 3 jari di bawah pusat
3) TFU hari 4- 5 post partum pertengahan simpisis dan pusat
4) TFU hari 7 post partum 2- 3 jari di atas simpisis
5) TFU hari 10- 12 post partum tidak teraba lagi 4
c) Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu kedua hanya 3-4 cm,
dan akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta sangat khas
sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah yang tersumbat oleh thrombus.
d) Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan difragma pelvisserta fasia yang meregang
sewaktu kehamilandan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotundum
menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
e) Serviks
Segera setelah berakhirnya kala III, serviks menjadi sangat lembek,
kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama
di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil,
beberapa hari setelah persalinan pinggir-pinggirnya retak karena
robekan dalam persalinan.
f) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun
tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita.
Perbedaan masing-masing lochea dapat dilihat sebagai berikut:
1) Lochea rubra (Cruenta), keluar pada hari 1- 2 pasca persalinan,
berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,
jaringan dan desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekoneum.
2) Lochea sanguinolenta, keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.
3) Lochea serosa, keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna
kecoklatan mengandung lebih banyak serum dan lebih sedikit darah,
juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
4) Lochea alba, keluar sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna
putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lender serviks dan
serabut jaringan yang mati. Umumnya jumlah lochea lebih sedikit
bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri.
g) Perubahan vagina dan perineum
1) Membentuk lorong berdinding lunak dan luas, perlahan mengecil
tetapi jarang kembali ke ukuran nulipara rugae terlihat kembali pada
minggu ke-3.
2) Berkurangnya sirkulasi progesterone mempengaruhi otot-otot pada
panggul, perineum, vagina dan vulva.
3) Proses ini membantu pemulihan kearah tonisitas/elastisitas normal
dari ligament otot rahim
4) Merupakan proses bertahap yang berguna bila ibu melakukan
mobilisasi, senam nifas dan mencegah timbulnya konstipasi.
F. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
a. Nutrisi dan Cairan
Anjuran pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain mengkonsumsi
tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori. Makan dengan diet
berimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin. Minum sedikitnya 3
liter setiap hari, terutama setelah menyusui. Mengkonsumsi tablet zat
besi selama masa nifas. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar
dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
(Sulistyawati, 2015)
b. Ambulasi Dini
Lakukan ambulasi dini pada ibu nifas dua jam setelah persalinan
normal, sedangkan pada ibu nifas dengan partus sectio caesarea
ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam masa nifas setelah
ibu sebelumnya istirahat (tidur). Tahap ambulasi dini dapat dilakukan
dengan miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan
apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk
berjalan. (Asih, 2016)
c. Kebutuhan Eliminasi
Ibu harus berkemih spontan dalam 6-8 jam masa nifas, motivasi ibu
untuk berkemih dengan membasahi bagian vagina atau melakukan
kateterisasi karena urin yang tertahan dalam kandung kemih akan
menghambat uterus berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan
perdarahan yang berlebihan. Sebaiknya pada hari kedua nifas ibu sudah
bisa buang air besar, jika sudah hari ketiga ibu masih belum bisa BAB,
ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak
tinja. Feses yang tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras
karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu diserap oleh
usus, hal ini dapat menimbulkan konstipasi pada ibu nifas. (Asih, 2016)
d. Kebersihan Diri
Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun
kulit anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh.
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
arah sapuan dari depan terlebih dahulu kemudian ke belakang
menggunakan sabun dan air. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut
setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka. (Prawirohardjo, 2014)
e. Istirahat
Ibu nifas sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk
memberikan kesempatan kepada ibu dan beristirahat yang cukup
sebagai persiapan energi menyusui bayinya nanti. (Sulistyawati, 2015)
f. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan
telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
(Prawirohardjo, 2014)

G. Ketidaknyamanan Masa Nifas


Setelah melahirkan terdapat ketidaknyaman umum pada masa nifas
dalam varney (2008), yaitu :
a. Nyeri Setelah Melahirkan
Disebakan oleh kontraksi dan relaksasi uterus berurutan yang terjadi
secara terus-nmenerus. Pada wanita yang menyusui isapan bayi
menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofisis posterior. Pelepasan
oksitosin tidak hanya memicu reflek let-down, tetapi juga menyebabkan
kontraksi uterus.
b. Pembesaran payudara
Pembesaran payudara disebakan karena akumulasi dan statis ASI serta
peningkatan vakularitas dan kongesti. Peningkatan produksi ASI terjadi
hari ke-3 masa nifas. Payudara mulai distensi, tegang, dan nyeri tekan
saat disentuh. Kulit terasa hangat saat disentuh, dengan vena dapat
terlihat, dan tegang dikedua sisi payudara. Putting payudara lebih keras
dan menjadi sulit bagi bayi untuk menghisapnya.
c. Nyeri Perineum
Patofisiologi nyeri perineum yang dialami oleh ibu nifas diakibatkan
oleh proses persalinan, saat persalinan terjadi dilatasi serviks dan
distensi korpus uteri yang meregangkan segmen bawah uterus dan
serviks kemudian nyeri dilanjutkan ke dermaton yang disuplai oleh
segmen medulla spinalis yang sama dengan segmen yang menerima
input nosiseptif dari uterus dan serviks (Mander, 2003). Regangan dan
robekan jaringan pada saat persalinan, terjadi pada perineum dan
tekanan pada otot skelet perineum, nyeri diakibatkan oleh rangsangan
struktur somatik superficial dan digambarkan sebagai nyeri yang tajam
dan terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplasi oleh saraf
pudendus. Rasa nyeri pada luka jahitan perineum yang dirasakan ibu
saat ini diakibatkan efek anastesi lokal pada luka bekas jahitan yang
mulai habis, sehingga nyeri yang dirasakan semakin nyata. Mengurangi
rasa nyeri perineum dapat dilakukan dengan metode farmakologi dan
non-farmakologi. Metode farmakologi yang sering digunakan untuk
meredakan nyeri luka perineum yaitu dengan pemberian analgesik.
Metode non-farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri dengan
melakukan relaksasi. Relaksasi menyebabkan pelepasan endorphin,
sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Teori Gate Control
mengatakan bahwa relaksasi mengaktifkan transmisi serabut saraf
sensori A Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan
transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A yang berdiameter kecil
sehingga gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri (Potter &
Anne Griffin Perry, 2005) Nyeri pada luka jahitan perineum merupakan
kondisi normal yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, dan bukan
merupakan gangguan patologis masa nifas (Doenges, 2011). Tetapi,
penting memeriksa perineum untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya komplikasi, seperti hematoma, pemeriksaan ini juga
mengindikasikan tindakan lanjutan apa yang mungkin paling efektif.
d. Kaki Bengkak
Terdapat budaya menggunakan stagen pada ibu nifas, jika penggunaan
stagen terlalu kencang dapat mengganggu aliran darah yang dapat
menyebabkan kaki bengkak, karena pada masa nifas volume darah ibu
masih tinggi dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
masa nifas (Asih, 2016). Selain itu, posisi kaki yang kurang benar saat
menyusui seperti menggantungkan kaki, jinjit atau tidak menapakkan
kaki pada lantai secara sempurna dapat menyebabkan kerja otot statis
yang menyebabkan aliran darah kurang lancar. Hal ini dapat memicu
terjadinya kaki bangkak. (Bobak, 2005).

H. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas


Menurut Saleha (2009) adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian
pembalut 2 kali dalam setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak
badan.
g. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau
terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau
dirinya sendiri.
k. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah.

I. Kunjungan Masa Nifas


Dalam hal ini pemerintah membuat kebijakan program nasional
dengan merekomendasikan kunjungan pada ibu nifas minimal 4 kali
selama masa nifas (Marmi, 2011).
Tujuannya untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi, mencegah
kemungkinan adanya gangguan kesehatan pada ibu dan bayi,
mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi pada masa nifas, dan
menangani dengan segera apabila terjadi masalah yang timbul pada ibu
nifas dan bayinya. Kebijakan tersebut diantaranya :
1) Kunjungan I
Kunjungan dilakukan pada waktu 6 jam-2 hari post partum, asuhan
yang diberikan dalam kunjungan ini adalah sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas yang diakibatkan
atonia uteri.
b. Melakukan deteksi dini serta melakukan perawatan perdarahan
dengan penyebab lain serta melakukan rujukan apabila diperlukan.
c. Melakukan KIE pada ibu dan keluarga tentang tanda- tanda dan cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
d. Melakukan konseling untuk pemberian asi sesegera mungkin.
e. Mengajarkan pada ibu bagaimana melakukan bounding attachment,
atau mempererat hubungan ibu dengan bayi baru lahir.
f. Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi.
g. Selama 2 jam pasca pertolongan persalinan, bidan harus tinggal
untuk menjaga dan memastikan ibu dan bayi dalam keadaan baik
dan sehat.
2) Kunjungan II
Kunjungan dilakukan pada waktu 3 hari – 7 hari post partum,
asuhan yang diberikan dalam kunjungan ini adalah sebagai berikut:
a. Memastikan proses involusi uterus berjalan dengan lancer,
denga ciri-ciri uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri
dibawah umbilicus, dan tidak ada perdarahan abnormal.
b. Menilai dan memastikan tidak ada tanda-tanda demam, infeksi, dan
perdarahan.
c. Memastikani Ibu mendapat istirahat cukup selama masa nifas
berlangsung.
d. Memastikan ibu mendapat asupan nutrisi yang cukup dengan
asupan makanan yang bergizi serta cukup cairan.
e. Memastikan ibu dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar
serta tidak adanya tanda-tanda kesulitan menyusui.
f. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir agar
ibu dapat merawat bayinya secara mandiri.

3) Kunjungan III
Kunjungan dilakukan pada waktu 8 hari – 28 hari post partum, asuhan
yang diberikan dalam kunjungan ini kurang lebih sama dengan asuhan
yang dilakukan pada kunjungan ke II.

4) Kunjungan IV
Kunjungan dilakukan pada waktu 29 hari – 42 hari minggu post partum,
asuhan yang diberikan dalam kunjungan ini adalah konseling
KB sejak dini.

J. Fisiologi Laktasi Dalam Masa Nifas


a. Fisiologi Laktasi
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan
sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi
oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel. Proses ini
disebut sebagai “refleks prolaktin”. Hisapan bayi memicu pelepasan
ASI dari alveolus mammae melalui ductus ke sinus lactiferous. Hisapan
merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hypofise posterior.
Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel
myoepithel yang mengelilingi alveolus mammae dan ductus lactiferous.
Kontraksi sel-sel myoepithel ini mendorong ASI keluar dari alveoli
melalui ductus lactiferous menuju sinus lactiferous tempat ASI akan
disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI didalam sinus tertekan keluar
ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down refleks
atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa
rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi
menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. (Sulistyawati,
2015)
b. Masalah dalam pemberian ASI
Menurut Dewi (2012), kegagalan dalam proses menyusui sering
disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu
maupun bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini,
kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak saja.
1) Puting susu datar atau terbenam Puting yang kurang menguntungkan
seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum,
ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal
umumnya kurang berguna, misalnya dengan memanipulasi Hofman,
menarik-narik puting, ataupun penggunaan breast shield. Tindakan
yang paling efisien untuk memperbaiki keadan ini adalah isapan
langsung bayi yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan
apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir.
2) Puting susu lecet Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma
saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan
celah-celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam
waktu 48 jam. Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai
berikut :
a) Teknik menyusui yang tidak benar.
b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, ataupun zat iritan lain saat
ibu membersihkan puting susu.
c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
d) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
e) Cara menghentikan menyusui yang kurang cepat. Tindakan yang
dapat dilakukan untuk mengetahui puting susu lecet adalah
sebagai berikut:
o Cari penyebab puting susu lecet
o Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tanga dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada puting
susu yang normal atau lecetnya sedikit.
o Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak
menggunakan sabun, krim, alkhohol, ataupun zat iritan lain
saat membersihkan payudara.
o Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
o Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara
waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh
sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam.
o Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun.
o Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang
payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua
payudara.
o Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan
biarkan kering.
o Gunakan bra yang menyangga.
o Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
B. Konsep Varney
Menurut Helen varney ( 1997 ) manajemen kebidanan merupakan proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan menguntungakan , mengeuraikan
perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan teori asuhan,
ilmiah, penemuan dalam rangka atau tahapan yang logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien.
1. Proses manajmen kebidanan varney
varney menjelaskan prinsip manajemen adalah pemecahan masalah , dalam
texttobek masalah kebidanan yang ditulisnya pada 1981, proses manajmen
kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah yaitu pengumpulan data , dasar,
perencanaan asuhan , tindakan segera , pelaksanaan, dan evaluasi
2. Prinsip – prinsip manajemen varney
a) Efisiensi
Target untuk untuk mencapai akhir dengan hanya mengunakan secara
yang perlu atau dengan mengunakan sarana yang sedikit mungkin.
b) Efektivitas
Seberapa besar suatu tujuan sedang atau telah tercapai, berkaitan
dengan peningkatan manajemen.
c) Rasional dalam mengambil keputusan
Dalam istilah manajemen , pengambil keputusan merupakan jawaban
atas pelayanan tentang perkembangan suatu kegiatan
C. Konsep Asuhan Kebidanan Varney pada Masa Nifas
1) Langkah I. Pengumpulan Data Dasar

a. Subjektif

1) Identitas
Nama ibu : Ny. D
Umur : 20-35 Tahun
2) Keluhan utama : Ibu mengatakan Perut mules, badannya
merasa lemas dan lemah, merasa perih pada alat genetalia, belum
berani ke kamar mandi, serta asi belum keluar.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit Menular ataupun
menurun.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit kronik, menurun,
ataupun menular.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit kronik, menurun, ataupun menular.
4) Anamnesa
Tanggal Pengkajian : Selasa, 22 November 2022
Pukul : 05.00 WIB
 Riwayat psikososial
a) Kehamilan ini : Direncanakan, anak pertama, d a n
m e n d a p a t k a n dukungan keluarga
b) Perasaan tentang kehamilan ini : Senang
c) Emosi saat pengkajian : Stabil
d) Jenis kelamin yang diinginkan : Laki-laki atau perempuan-
sama saja
e) Status perkawinan : Sah
f) Perilaku kesehatan : Ibu tidak merokok, tidak
minum alcohol
 Riwayat obstetric
- Riwayat haid

a. Menarchea : 14 Tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/Tidak : Teratur
d. Lamanya : 6-7 hari
- Riwayat kehamilan
a. GPA : P1A0
b. Usia Kehamilan : 27-42 minggu
Trimester I : ANC 1x di PMB ; keluhan : Mual muntah
Trimester II : ANC 2x di PMB ; keluhan : Tidak ada
Trimester III : ANC 1x di PMB ; keluhan : Pegal, keram
pada perut bagian bawah
c. Konsumsi Tablet Fe : Minimal 90 Tablet
d. Imunisasi : Lengkap
- Riwayat KB
Jenis Kontrasepsi : Tidak menggunakan alat
kontrasepsi Lama Penggunaan :-
Alasan dilepas :-
- Riwayat Persalinan
a. Jenis persalinan : Normal
b. Penolong persalinan : Bidan
c. Lama kala I : ± 5 jam
d. Lama kala II : 30 menit
e. Lama kala III : 10 menit
f. Lama kala IV : 6 jam
g. Masalah persalinan : Tidak ada
h. Rawat Gabung : Ya
i. Ambulasi : 2 Jam setelah persalinan ibu belum
bisa ke kamar mandi dan berjalan kaki

 Pola pemenuhan kebutuhan sehari – sehari


1) Nutrisi
a. Makan : 2-3x/sehari

b. Jenis : Nasi, lauk pauk,sayur


Pantangan : Tidak ada
c. Minum : ≥ 4-8 gelas x/sehari
Jenis : Air putih, dan air teh
2) Eliminasi
a. BAK
Frekuensi : 1x setelah melahirkan
Warna : Kuning
b. BAB
Ibu Mengatakan belum BAB
Frekuensi :-
Warna :-
3) Personal hygiene
a. Mandi : 1x sebelum persalinan
b. Keramas : 1x sebelum persalinan
c. Ganti celana dalam : ≤ 2-3 x/sehari
4) Aktivitas : Kebutuhan ibu masih dibantu dengan
Keluarga.

b. Objektif

1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
- Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/ 90 - 120 mmHg
Nadi : ≤ 90 x/ menit
Suhu : 36,5˚C-37,00˚C
Tinggi badan : ≤ 160 cm
Berat Badan : ≤ 65 kg
Pernafasan : 23x/ menit

2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Keadaan Kulit Kepala : Bersih
Warna Rambut : Hitam
Rontok/Tidak : Tidak
Jumlah : Lebat
Distribusi : Merata
b. Muka
Oedema : Tidak ada
Pucat : Tidak pucat
c. Mata
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
Pengelihatan : Baik
d. Mulut
Gigi : Tidak caries
Gusi : Tidak mudah berdarah
Mukosa bibir : Lembab, tidak pucat
e. Leher
Pembengkakan K. Tiroid : Tidak ada
Pembengkakan K. Limfe : Tidak ada
Pembengkakan K. Jungularis : Tidak ada
f. Dada
Simetris : Ya
Pergerakan dada : Teratur
g. Mamae
Simetris : Ya
Benjolan : Tidak ada
Hiperpigmentasi aerola : Ada
Bentuk payudara : Bulat
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada colostrum
h. Abdomen
Linea : Nigra
Strea : Livida
i. Genatalia
Vagina
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pembesaran kelenjar : Tidak ada
Pengeluran cairan : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Anus
Hemoroid : Tidak ada
j. Ekstremitas Atas Dan Bawah (Kaki dan Tangan)
Varises : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Reflek patella : +/+

2) Langkah II. Interpretasi Data


a. Diagnosa

Ny. D umur 28 Tahun P1A0 dangan nifas normal 2 jam, ibu


mengatakan telah melahirkan anak pertama pada jam 03.00 WIB hari
selasa tanggal 22 November 2022

b. Masalah

1) Perut mules

2) Badannya merasa lemas dan lemah

3) Merasa perih pada alat genetalia

4) Belum berani ke kamar mandi

5) Asi Belum Keluar

c. Kebutuhan

1) Nutrisi dan cairan


2) Istirahat
3) Teknik Menyusui
4) Observasi TTV,TFU, dan Perdarahan
5) Eliminasi
6) Support Keluarga dan Bantuan keluarga, suami
7) Ambulasi
8) Personal hygiene

3) Langkah III. Diagnosa Potensial


- Tidak ada

4) Langkah IV. Tindakan segera


- Tidak ada

5) Langkah V. Rencana Asuhan


1) Observasi TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochea

2) Melakukan dan mengajari ibu dan keluarga melakukan masase uterus

3) Observasi dan Antisipasi perdarahan

4) Anjurkan untuk melakukan pemberian Asi Awal

5) Anjurkan Ibu untuk tetap dan sesering mungkin melakukan kontak


fisik dengan bayi

6) Jaga dan pantau suhu tubuh bayi untuk tetap stabil mencegah
hipotermia

7) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

8) Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini

9) Beritahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas

10) Lakukan Dokumentasi

6) Langkah VI. Implementasi

 Implementasi dilaksanakan berdasarkan dengan rencana dan sesuai


kondisi pasien

7) Langkah VII. Evaluasi


 Evaluasi dilakukan berdasarkan dari hasil tindakan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai