Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONTRA PERAN DUKUN BERANAK PADA IBU

NIFAS
TUGAS MATA KULIAH BERPIKIR KRITIS
Dosen Pengampu:

Nama Kelompok :
1. Krislina Dwi Cahyaningrum NIM P1337424422199
2. Tusianawati NIM P1337424422200
3. Mutingah NIM P1337424422201
4. Andrias Novitasari NIM P1337424422202
5. Trisya Adrianti NIM P1337424422203
6. Ari Rizki Widyaning Tyas NIM P1337424422204
7. Shinta Aristanthia NIM P1337424422205
8. Dyah Suryaningsih NIM P1337424422206
9. Astutiningsih NIM P1337424422207
10. Saringah NIM P1337424422208
11. Naura Hulwa NIM P1337424422209
12. Yayat Purnama NIM P1337424422210

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
KELAS ALIH JENJANG PURBALINGGA
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam masyarakat yang masih tradisional, peran seorang dukun bayi tidak
dapat diabaikan keberadaan dan jasanya bagi masyarakat dalam upaya
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Dalam pada itu menurut
Koentjaraningrat (1982) dukun bayi merupakan sistem pelayanan kesehatan
tradisional yang memberi jasa pelayanan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan ibu dan anak (KIA) menurut keyakinan-keyakinan dan
konsepsi-konsepsi adat tradisional dan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Dalam era modernisasi sekarang ini nampaknya dukun bayi
yang merupakan sistem budaya pelayanan kesehatan tradisional masih
dibutuhkan dan masih hidup berdampingan bersamaan dengan sistem budaya
pelayanan kesehatan modern.
Secara tradisional, upaya perawatan masa nifas telah lama dilakukan
dengan berdasar kepada warisan leluhur dan hal tersebut bervariasi sesuai
adat dan kebiasaan pada masing-masing suku, misalnya saja suku Jawa yang
memiliki aneka perawatan selama masa postpartum. Perawatan masa nifas
yang berkembang dalam masyarakat antara lain meliputi: (1) perawatan
pemeliharaan kebersihan diri, terdiri dari: mandi wajib nifas, irigasi vagina
dengan menggunakan rebusan air daun sirih, dan menapali perut sampai
vagina dengan menggunakan daun sirih, (2) perawatan untuk
mempertahankan kesehatan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian
pilis, pengurutan, walikdadah, dan wowongan, (3) perawatan untuk menjaga
keindahan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian parem, duduk
senden, tidur dengan posisi setengah duduk, pemakaian gurita, dan minum
jamu kemasan, (4) perawatan khusus, terdiri dari: minum kopi dan minum air
jamu wejahan (Dewi, 2009). Secara kesehatan yang sebaiknya dilakukan ibu
untuk mempercepat kesehatan dan penyembuhan luka adalah dengan
mengkonsumsi makanan bergizi dan juga dengan senam nifas. Namun,
banyak ibu mengatasi kendur perut ini dengan melakukan massase atau
pemijatan yang dilakukan oleh dukun bayi (Suherni dkk, 2007). Budaya
walik dadah yang berkembang dalam masyarakat Jawa biasanya dilakukan
oleh dukun tradisional pada dasarnya merupakan usaha untuk mencegah
kehamilan berikutnya. Namun, walik dadah untuk memulihkan posisi alat
kandungan yang dilakukan oleh dukun dapat mengakibatkan perdarahan saat
masa nifas (Purwanto, 2011). Pengetahuan seseorang akan menentukan
perilaku. Dalam hal ini perawatan pijat perut pada masa nifas adalah bentuk
perilaku. Dengan demikian pengetahuan ibu nifas menentukan perawatan
pijat perut yang dilakukan. Pengetahuan ibu yang salah akan berdampak pada
perilaku yang tidak sesuai dengan anjuran medis (Notoatmodjo, 2007).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian masa nifas
2. Apa peranan dukun beranak kepada Ibu nifas
3. Mengapa pemijatan pada Ibu nifas itu penting?
4.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian masa nifas itu apa
2. Untuk mengetahui perananan dukun kepada Ibu nifas
3. Untuk mengetahui
4. Untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Masa Nifas
Pengertian Masa Nifas (Post Partum) Masa nifas (Post Partum) adalah
masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat
fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis
bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
2. Tahapan Masa Nifas (Post Partum)
a. Periode immediate postpartum Periode immediate postpartum adalah
masa pasca-melahirkan sampai dengan 24 jam atau 1 hari . Masa
tersebut adalah masa yang rentan dengan masalah-masalah setelah
plasenta dilahirkan. Pada masa ini sering terjadi pendarahan karena
atonia uteri.
b. Periode early postpartum Periode early postpartum adalah masa pasca-
melahirkan dalam 24 jam sampai satu minggu. Hal yang perlu
dilakukan dalam periode ini adalah memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak adanya perdarahan, lokhea tidak berbau busuk,
tidak mengalami demam, makanan dan cairan cukup, dan ibu nifas
dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu). Periode late
postpartum adalah masa dimana ibu nifas akan lebih pulih. Dalam hal
ini diperlukan perawatan dan pemeriksaan dari bidan secara rutin dan
berkala dan dapat melakukan konseling mengenai KB. (Buku Ajar
Asuhan Kebidanan, 2017)
Dalam buku asuhan kebidanan nifas dan menyusui Wahyuningsih,
(2018) menuliskan terdapat tahap keempat dalam masa nifas yaitu
remote puerperium atau selama hamil atau bersalin memiliki penyulit
atau komplikasi sehingga periode ini menjadi waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat.
3. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas (Post Partum)
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih
dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang
terus menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang
memerah panas dan/atau sakit.
e. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa
sakit. warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki. f.
Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau
bayi.
f. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Wilujeng &
Hartati, 2018).
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami
perubahan setelah melahirkan antara lain Risa & Rika (2014) :
a. Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus
Uterinya (TFU). 10 Tabel 1 Perubahan Uterus Waktu TFU Berat
Uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr Uri lahir 2 jari dibawah pusat
750 gr 1 minggu ½ pst symps 500 gr 2 minggu Tidak teraba 350 gr 6
minggu Bertambah kecil 50 gr 8 minggu Normal 30 gr
b. Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda
pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan
adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis
berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
1) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-
4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
terisi darah segar, jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
2) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post
partum.
3) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.
Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14.
4) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post
partum. Lokhea yang menetap pada awal periode post partum
menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta.
Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya
endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen
dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau
busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran
lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
c. Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
d. Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak
maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum hamil.
e. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi
setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan
alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
f. Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung,
biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema
leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar
hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi
segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman
otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan
perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi
ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan
hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal
ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.
Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
i. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital
yang harus dikaji antara lain:
1) Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan
naik sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu
Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium.
2) Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut
nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan
dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.
3) Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah.
Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
post partum menandakan terjadinya preeklampsi post partum.
4) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok
4. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas (Post Partum)
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih
dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang
terus menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang
memerah panas dan/atau sakit.
e. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa
sakit. warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.
f. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau
bayi.
g. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Wilujeng &
Hartati, 2018).
5. Perawatan Ibu Nifas (Post Partum)
a. Tujuan Perawatan Nifas (Post Partum)
Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan
yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar
dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih,
(2019)
1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa
nitas adalah untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya
pendarahan post partum, dan infeksi, penolong persalinan harus
waspada, sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih
bila partus berlangsung lama.
2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh
penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan
badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva
dahulu, dari depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan
ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi
sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
3) Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi
masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala
IV yang meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU,
pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan
KU ibu. Bila ditemukan permasalahan maka segera melakukan
tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan
masa nifas.
4) Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan
kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
5) Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
b. Kunjungan Masa Nifas (Post Partum)
1) Kunjungan I (6 - 8 jam setelah persalinan)
Tujuan Kunjungan:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lainperdarahan rujuk jika
perdarahan belanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah pedarahan masa nifas karena
atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari
3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit yang ia atau
bayi alam
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Wahyuni, 2018)

B. PERANAN BIDAN DAN DUKUN BERANAK DALAM PEMIJATAN


PADA IBU NIFAS
1. Budaya Penggunaan Jasa Dukun Beranak pada Proses Kehamilan Sampai
Masa Nifas Yang Masih Berkembang
Dukun bayi atau biasa disebut dukun beranak merupakan juru
kesehatan bagi masyarakat Jawa. Posisi mereka masuk dalam kategori
orang yang dihormati. Hal ini karena kemampuan dukun bayi dalam
menangani wanita bersalin sampai merawat bayi tidak bisa dipelajari
melalui sekolah. Kemampuan mereka datang secara alamiah. Masyarakat
Jawa menyebutnya pulung, yaitu cahaya keberuntungan yang tiba-tiba
mengenai seseorang dan kemudian ia memiliki bakat tertentu.
Masyarakat Jawa berangapan dukun bayi merupakan orang yang
terpilih. Banyak perilaku yang di luar kewajaran tetapi memiliki nilai
spiritual di dalamnya. Itulah mengapa hinggal era 80an masyarakat Jawa
lebih mempercayai penanganan bersalin kepada dukun bayi. Hal di bawah
ini merupakan peranan dukun bayi pada masa keemasannya.
Pada periode kehamilan. Dukun bayi memilki kemampuan untuk
memijat perut atau ngirak. Ini merupakan pijat untuk membenarkan
posisi  bayi. Ngirak dilakukan  dengan  cara  meraba  perut  si  ibu untuk
menentukan  bagaimana  letak  dan posisi bayi. Ngirak dilakukan ketika 
usia  kehamilan  sudah menginjak enam bulan ke atas, karena pada usia
kandungan tersebut bayi terus melakukan pola kehidupan.
Pada periode persalinan. Dukun bayi selalu menyugesti si ibu dengan
kalimat-kalimat spiritual agar tenang ketika bersalin. Si ibu terkadang
sulit mengontrol dirinya ketika masa persalinan yang berat, fokusnya
terbagi untuk dirinya dan bayinya. Maka dari itu dukun bayi sering
memberikan masukan spiritual, bahkan sampai rapalan untuk
menghindarkan balak ketika prosesi bersalin tiba.
Masyarakat Jawa, khususnya di pedesaan masih mempercayai adanya
balak yang datang ketika proses bersalin. Karena masa bersalin dianggap
sebagai masa rapuhnya pertahanan si ibu, sehingga mudah kerasukan
bahkan meningal. Oleh sebab itu dukun bayi sering meminta suami atau
kerabat menabur garam mengelilingi rumah bersalin dengan membaca
beberapa rapalan untuk keselamatan.
Pada periode nifas. Ritual bancaan merupakan ritual sebagai betuk
syukur atas kelahiran anak manusia yang suci. Prosesi bancaan
berlangsung ketika si bayi sudah keluar dan dibedong, dan dukun bayi
mendoakan si bayi sebelum membagikan krayanan. Krayanan atau berkat
terdiri  dari  nasi,  gudangan,  ikan  teri,  tahu, tempe,  dan  telur. Makanan
ini sudah menjadi ritual turun-temurun masyarakat Jawa dalam
menyambut anak manusia yang lahir ke dunia.
Berikutnya, memijat pasca persalinan. Setelah masa persalinan, dukun
bayi memijat  pascapersalinan si ibu. Pijat ini dilakukan sebanyak 3
hingga 4 kali. Pijat ini  meliputi  tangan,  kaki, punggung  dan  perut.
Untuk  persalinan  normal akan dilakukan 7 hari setelah persalinan.
Pemijatan setelah bersalin bertujuan untuk menormalkan kembali otot dan
merelaksasi. Setelah bersalin kondisi tubuh ibu cenderung melemah, dan
ada potensi mengalami pendarahan hebat. Penting bagi dukun bayi segera
memberikan ramuan tradisional untuk meredam pendarahan dan
memulihkan stamina. Komposisinya berupa kunir, madu, daun pepaya
muda, kayu manis, jahe dan kencur. Jamu tersebut bukan hanya
memulihkan stamina ibu pasca melahirkan, tetapi juga mengembalikan
bentuk tubuh yang kendor selama kehamilan.
Berikutnya adalah keahlian walik dadah. Walik dadah merupakan
pijat terakhir yang bertujuan untuk mengembalikan posisi rahim seperti
semula. Walik dadah dilakukan ketika masa nifas yang terakhir.
Masyarakat Jawa ketika pijat walik dadah dilakukan dengan menghindari
hari pasaran wage dan legi (tanggalan Jawa). Pantangan itu dimaksudkan
agar walik dadah yang dilakukan bagus hasilnya (Yudha Ahmad, 2020).
2. Peran Bidan dan dukun beranak pada Ibu Nifas
a. Peran Bidan pada Masa Nifas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan Paragraf 1 Pelayanan Kesehatan Ibu Pasal 49 huruf i
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud Bidan berwenang memberikan asuhan
kebidanan pada masa nifas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan,
pada Area Keterampilan Klinis Dalam Praktik Kebidanan poin h
disebutkan bahwa kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada ibu nifas, kondisi gawat darurat
dan rujukan. Di dalam peraturan ini juga disebutkan lulusan bidan
mampu Memahami konsep teoritis, dan mengaplikasikan ilmu
biomedik, kebidanan, ilmu kesehatan anak, sosial budaya, kesehatan
masyarakat, perilaku, humaniora, hukum kesehatan, biokimia, fisika
kesehatan, farmakologi, komunikasi secara terintegrasi untuk
pemberian pelayanan kebidanan yang berkualitas dan tanggap budaya
pada masa nifas.
Area Kompetensi 5 yaitu Keterampilan Klinis dalam Praktik
Kebidanan pada masa nifas, yaitu :
1) Perubahan fisik dan psikologis pada ibu nifas
2) Masa laktasi
3) Asuhan kebidanan pada masa nifas
4) Deteksi dini, komplikasi dan penyulit masa nifas
5) Tatalaksana kegawatdaruratan pada masa nifas dan rujukan

Pada Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 9 Tahun


2021 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi, Dan Anak
Bawah Lima Tahun pada Bab III Hak dan Kewajiban bagian kesatu
Hak pasal 6 huruf c, setiap ibu berhak mendapatkan komunikasi,
informasi dan edukasi terkait dengan perawatan selama masa
prahamil, kehamilan, nifas dan menyusui dan perawatan bayi baru
lahir meliputi Inisiasi Menyusui Dini, ASI Ekslusif, Keluarga
Berencana, pendidikan reproduksi lainnya termasuk upaya
pencegahan penularan Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) dari ibu ke anak.
SARAN
Dukun bayi yang masih dipercaya masyarakat dapat diberdayakan untuk
menunjang program-program kesehatan lainnya untuk itu perlu studi intervensi
untuk lebih meningkatkan pengetahuan dukun bayi tentang konsep-konsep
kesehatan tanpa ada kesan menghilangkan perannya sebagai tenaga pelayanan
kesehatan tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang


Kebidanan.2019.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan

Bupati Purbalingga Provinsi Jawa Tengah Peraturan Daerah Kabupaten


Purbalingga Nomor 9 Tahun 2021Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,
Bayi, Dan Anak Bawah Lima Tahun

Anda mungkin juga menyukai