NIM : PO.62.242.19.179
KELAS : XII-A
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini,
saluran reproduktif anatominya kembali keadaan yang normal. (Obstetri wiliam).
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 Minggu.
(Sinopsis Obstetri).
Masa nifas merupakanmasa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu yang berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal ( F. Gary Cunningham, Mac Donald, 1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu
(Ibrahim C, 1998).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdikmakes, 2003; 003
Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat menyatakan bahwa masa nifas atau nifas atau
postpartum adalah masa yang dimulai setelah persalinan semua hasil konsepsi baik janin atau
plasenta hingga kembalinya fungsi ibu seperti sebelum hamil, biasanya berlangsung selama
6-8 minggu.
1. Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
2. Tujuan khusus
Asuhan kebidanan pada masa nifas seyogyanya diberikan secara komprehensif sesuai dengan
filosofi kebidanan yaitu kesinambungan perawatan, jadi bida bertangung jawab memberikan
asuhan selama siklus klien nya. Asuhan ini juga harus sesuai dengan standar dan berkualitas.
d. Sistem pencernaan
Perubahan yang berhubungan dengan proses eliminasi ibu adalah sering terjadi obstipasi dan
retensi urin.
e. Sistem perkemihan
Perubahan pada system perkemihan termasuk terjadinya diuresis setelah persalinan terjadi
pada hari 2-3 postpartum, tetapi seharusnya tidak terjadi dysuria. Hal ini dapat disebabkan
karena terjadinya penurunan volume darah yang tiba-tiba selama periode posrpoartum.
Diuresis juga dapat tejadi karena estrogen yang meingkat pada masa kehamilan yang
menyebabkan sifat retensi pada masa postpartum kemudian keluar kembali bersama urine
f. Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskelatal kembali secara bertahap pada keadaan sebelum hamil dalam
periode waktu selama 3 bulan setelah persalinan. Kembalinya tonus otot dasar
panggung dan abdomen pulih secara bersamaan. Pemulihan ini dapat dipercepat
dengan latihan atau senam nifas.
g. Sistem Endokrin
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah perubahan kadar
hormon dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang mengalami perubahan pada ibu
nifas adalah hormone estrogen dan progesterone, hormone oksitosin dan prolactin.
Hormon estrogen dan progesterone menurun secara drastis, sehingga terjadi
peningkatan kadar hormone prolactin dan oksitosin.
h. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi kehilangan darah sebanyak 200-500ml selama proses persalinan normal,
sedangkan pada persalinan seksio sesarea bisa mencapai 700-1000 cc, dan
histerektomi 1000-1500 cc (a/i atonia uteri) .2, 5Kehilangan darah ini menyebabkan
perubahan pada kerja jantung.5Peningkatan kerja jantung hingga 80% juga
disebabkan oleh autotransfusi dari uteroplacenter. Resistensi pembuluh darah perifer
meningkat karena hilangnya proses uteroplacenter dan kembali normal setelah 3
minggu.
i. Sistem Hemmotologi
Terjadinya hemodilusi pada masa hamil, peningkatan volume cairan pada saat
persalinan mempengaruhi kadar hemoglobin (Hb), hematocrit (HT), dan kadar
erisrosit pada awal postpartum. Penurunan volume darah dan peningkatan sel darah
pada masa hamil berhubungan dengan peningkatan Hb dan HT pada hari ketiga –
tujuh postpartum.
Suhu: normal range 36-37°C, dapat juga meningkat hingga 37,5°C karena kelelahan
dan pengeluaran cairan yang cukup banyak. Peningkatan suhu tubuh hingga 38°C
harus merupakan tanda adanya komplikasi pada masa nifas seperti infeksi/sepsis
puerperalis.
Pernapasan: Normal 12-16 kali/menit. Jika suhu tubuh dan nadi meningkat, maka
akan meningkat pula frekuensi pernapasan ibu. Jika respirasi meningkat hingga
30kali/menit merupakan tanda-tanda shock.
Tekanan darah: sudah harus kembali normal dalam 24 jam pertama postpartum
(<140/90 mmHg). Jika terus meningkat, merupakan tanda adanya preeklampsia.
Monitor tekanan darah secara teratur perlu dilakukan jika tekanan darah masih terus
tinggi.
1. Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
2. Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini
ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh
hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya
sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya keadaan ini disebut baby blues.
3. Pencegahan
b) Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu tidak
perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. Penanganan
C. Bounding Attachment
Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua
dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang
meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan
perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir;
attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi
sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti
antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang
saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan
kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka
merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga
penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter,
Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan
aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme
personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih
sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan
perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan
bayi untuk belajar.
Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa
kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak.
Dampak sibling rivalry ada tiga yaitu dampak pada diri sendiri, pada saudara kandung
dan pada orang lain (Hurlock, 1989).
a. Dampak sibling rivalry pada diri sendiri yaitu adanya tingkah laku regresi, self
efficacy rendah.
b. Dampak sibling rivalry terhadap saudara yaitu agresi, tidak mau berbagi dengan
saudara, tidak mau membantu saudara dan mengadukan saudara.
c. Selain dampaknya kepada diri sendiri dan dampak kepada saudara, sibling rivalry juga
berdampak pada orang lain.
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain (Lusa, 2010):
b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari
orang tua mereka.