Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK

Dosen Pembimbing:
Greiny Arisani

Dibuat :
NUR AINI
PO.62.24.2.19.179

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


PALANGKA RAYA
DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmad-Nya, sehingga saya dapat menyusun makalah tentang “Ganguan
Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak”.Makalah Ganguan Pertumbuhan Dan
Perkembangan Pada Anak ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak.
Saya  menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dalam menyusun
makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Maka saran dan
koreksi yang bersifat membangun sangat saya butuhkan dari semua pihak.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat  bagi penulis sendiri  dan pembaca pada
umumnya.

Palangka Raya, 05 September 2020

Nur Aini

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan 1
D. Manfaat 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2
A. Stunting 2
1. Pengertian Stunting 2
2. Penyebab Stunting 2
3. Dampak Stunting 7
4. Upaya pencegahan Stunting 9
B. Autisme 6
1. Pengertian Autisme 6
2. Penyebab Autisme 6
3. Ciri-Ciri Autisme 7
4. Klasifikasi anak autisme 9
5. Diagnosa Autisme 10
6. Pengobatan Anak Autisme 11

BAB III PENUTUP12


A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
`

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pertumbuhan adalah suatu kondisi perkembangan anak dari segi tinggi
badan, berat badan, kematangan organ seksual, serta sisi lainnya yang tidak seusai
dengan anak seusianya. Pertumbuhan yang terlalu lambat atau justru terlalu cepat
umumnya menandakan adanya gangguan kelenjar atau penyakit tertentu.
Penyebab gangguan pertumbuhan yang terjadi akan bergantung dari
jenisnya. Beberapa gangguan ini merupakan kondisi genetik, sementara lainnya
bisa muncul akibat kelainan hormon serta buruknya penyerapan nutrisi oleh tubuh.
Tidak sedikit gangguan pertumbuhan yang baru terlihat saat anak sudah
memasuki usia sekolah dan membuatnya tampak lebih kecil dari teman sebayanya.
Salah satu gejala utama dari kondisi ini adalah pertumbuhan tinggi badan anak
yang tidak mencapai 5cm pada tahun pertama setelah ia memasuki usia tiga tahun.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu Stunting ?
2. Apa penyebab Stunting ?
3. Bagaimana Dampak Stunting ?
4. Bagaimana Upaya pencegahan Stunting ?
5. Apa itu Autisme ?
6. Apa penyebab Autisme ?
7. Bagaimankah Ciri-Ciri Anak Autisme ?
8. Apa saja Klasifikasi Anak Autisme ?
9. Bagaimana Diagnosa Austisme ?
10. Bagaimana pengobatan Anak Autisme ?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada anak
2. Agar mahasiswa dapat menangani kasus dengan gagguan perkembangan dan
pertumbuhan pada anak

D. Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahi apa saja gangguan perkembangan dan
pertumbuhan pada anak , mampu menangani kasus dengan gangguan perkembangan dan
pertumbuhan pada anak serta dapat menerapkannya dalam praktik kebidanan terutama
pada asuhan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Stunting
1. Pengertian stunting

Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah
median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi refrensi internasional. Tinggi
badan berdasarkan umur rendah, atau tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-
anak lain seumurnya merupakan definisi stunting yang ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang
normal dan sehat sesuai dengan umur anak (WHO, 2006).
Stunting yaitu pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai
akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit. Stunting diartikan sebagai indicator status
gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-
rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan ana-anak
lain 8 seumurnya, ini merupakan indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis
yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan
sosial ekonomi (UNICEF II, 2009; WHO, 2006).

2. Penyebab stunting

Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi
sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan,
ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya
(UNICEF, 2008; Bappenas, 2013).
Kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses komulaif menurut beberapa
penelitian, yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan.
a. Faktor langsung
1) Asupan gizi balita
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita akan
mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang mengalami kekurangan
gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik sehingga dapat
melakukan tumbuh kejar sesuai dengan perkembangannya. Namun apabila
intervensinya terlambat balita tidak akan dapat mengejar keterlambatan
pertumbuhannya yang disebut dengan gagal tumbuh. Balita yang normal 9
kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan bila asupan yang diterima tidak
mencukupi.

2
2) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting, Kaitan
antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat dipisahkan.
Adanya penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila terjadi kekurangan asupan
gizi. Anak balita dengan kurang gizi akan lebih mudah terkena penyakit infeksi.
Untuk itu penanganan terhadap penyakit infeksi yang diderita sedini mungkin akan
membantu perbaikan gizi dengan diiimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan
kebutuhan anak balita.

b. Faktor tidak langsung


1) Ketersediaan pangan
Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada kurangnya pemenuhan
asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata asupan kalori dan protein anak
balita di Indonesia masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dapat
mengakibatkan balita perempuan dan balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata
tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek dari pada standar
rujukan WHO 2005 (Bappenas, 2011). Oleh karena itu penanganan masalah gizi ini
tidak hanya melibatkan sektor kesehatan saja namun juga melibatkan lintas sektor
lainnya.
2) Status gizi ibu saat hamil
Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor tersebut dapat
terjadi sebelum kehamilan maupun selama kehamilan.
Beberapa indikator pengukuran seperti ;
a) kadar hemoglobin (Hb)
Anemia pada saat kehamilan merupakan suatu kondisi terjadinya kekurangan sel
darah merah atau hemoglobin (Hb) pada saat kehamilan. Ada banyak faktor
predisposisi dari anemia tersebut yaitu diet rendah zat besi, vitamin B12, dan asam
folat, adanya penyakit gastrointestinal, serta adanya penyakit kronis ataupun
adanya riwayat dari keluarga sendiri . Yang menunjukkan gambaran kadar 11 Hb
dalam darah untuk menentukan anemia atau tidak
b) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Yaitu gambaran pemenuhan gizi masa lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau
tidak. Pengukuran LILA dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui status KEK
ibu tersebut. KEK merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kekurangan
energi dan protein dalam jangka waktu yang lama. Faktor predisposisi yang
menyebabkan KEK adalah asupan nutrisi yang kurang dan adanya faktor medis
seperti terdapatnya penyakit kronis.
c) Kenaikan berat badan ibu saat hamil
Penambahan berat badan ibu hamil dihubungkan dengan IMT saat sebelum ibu
hamil. Apabila IMT ibu sebelum hamil dalam status kurang gizi maka
penambahan berat badan seharusnya lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang
status gizinya normal atau status gizi lebih.
3
Penambahan berat badan ibu selama kehamilan berbeda pada masing–masing
trimester. Pada trimester pertama berat badan bertambah 1,5-2 Kg, trimester kedua
4-6 Kg dan trimester ketiga berat badan bertambah 6-8 Kg. Total kenaikan berat
badan ibu selama hamil sekitar 9- 12 Kg Hasil pengukuran berat badan untuk
menentukan kenaikan berat badan selama hamil yang dibandingkan dengan IMT
ibu sebelum hamil.
d) Panjang badan lahir
Asupan gizi ibu yang kurang adekuat sebelum masa kehamilan menyebabkan
gangguan pertumbuhan pada janin sehingga dapat menyebabkan bayi lahir dengan
panjang badan lahir pendek. Bayi yang dilahirkan memiliki panjang badan lahir
normal bila panjang badan lahir bayi tersebut berada pada panjang 48-52 cm.
Penentuan asupan yang baik sangat penting untuk mengejar panjang badan yang
seharusnya.
e) ASI Eksklusif
ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun
2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa menambahkan
dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain yang diberikan kepada
bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan. Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan
telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja. Menyusui Eksklusif juga
penting karena pada umur ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna oleh
enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa pembakaran
makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum sempurna.
Manfaat dari ASI Eksklusif ini sendiri sangat banyak mulai dari peningkatan
kekebalan tubuh, pemenuhan kebutuhan gizi, murah, mudah, bersih, higienis serta
dapat meningkatkan jalinan atau ikatan batin antara ibu dan anak.
f) MP-ASI
Pengertian dari MP-ASI menurut WHO adalah makanan/minuman selain ASI yang
mengandung zat gizi yang diberikan selama pemberian makanan peralihan yaitu
pada saat makanan/ minuman lain yang diberikan bersamaan dengan pemberian
ASI kepada bayi (Muhilal dkk, 2009).
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi
setelah umur 6 bulan. Jika makanan pendamping ASI diberikan terlalu dini
(sebelum umur 6 bulan) akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi bisa mengalami
gangguan pencernaan. Namun sebaliknya jika makanan pendamping ASI diberikan
terlambat akan mengakibatkan bayi kurang gizi, bila terjadi dalam waktu panjang
(Al-Rahmad, 2013).

4
3. Dampak stunting

 Dampak buruk
 jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
 Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta
kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas
ekonomi (Kemenkes R.I, 2016) Masalah gizi, khususnya anak pendek, menghambat
perkembangan anak muda, dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam
kehidupan selanjutnya.

4. Upaya pencegahan stunting pada balita

Upaya tersebut oleh WHO (2010) dijabarkan sebagai berikut:


a. Zero Hunger Strategy
Stategi yang mengkoordinasikan program dari sebelas kemeterian yang berfokus pada
yang termiskin dari kelompok miskin
b. Dewan Nasional Pangan dan Keamanan Gizi
Memonitor strategi untuk memperkuat pertanian keluarga, dapur umum dan strategi untuk
meningkatkan makanan sekolah dan promosi kebiasaan makanan sehat.
c. Bolsa Familia Program
Menyediakan transfer tunai bersyarat untuk 11 juta keluarga miskin. Tujuannya adalah
untuk memecahkan siklus kemiskinan antar generasi.
d. Sitem Surveilans Pangan dan Gizi Pemantauan berkelanjutan dari status gizi populasi dan
yang determinan.
e. Strategi Kesehatan Keluarga Menyediakan perawatan kesehatan yang berkualitas melalui
strategi perawatan primer.

Upaya penanggulangan stunting menurut Lancet pada Asia Pasific Regional Workshop
(2010) diantaranya:
1) Edukasi kesadaran ibu tentang ASI Eksklusif (selama 6 bulan).
2) Edukasi tentang MP-ASI yang beragam (umur 6 bulan- 2 tahun).
3) Intervensi mikronutrien melalui fortifikasi dan pemberiam suplemen.
4) Iodisasi garam secara umum.
5) Intervensi untuk pengobatan malnutrisi akut yang parah.
6) Intervensi tentang kebersihan dan sanitasi

5
Di Indonesia upaya penanggulangan stunting diungkapkan oleh Bappenas (2011) yang
disebut strategi lima pilar, yang terdiri dari:
1) Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak
2) Penguatan kelembagaan pangan dan gizi
3) Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam
4) Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
5) Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan

B. AUTISME
1. Pengertian Autisme

Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
„aut‟yang berarti „diri sendiri‟ dan „ism‟ yang secara tidak langsung menyatakan
„orientasi atau arahatau keadaan ( state). Sehingga autism dapat didefinisikan sebagai
kondisiseseorang yang luar biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam
Trevarthendkk, 1998).
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi
yangnormal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam
duniarepetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993).
Autisme merupakan gangguan perkembangan organik yang mempengaruhi anak-
anak dalam berinteraksi dan menjalani kehidupannya (Hanafi, 2002)
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut
komunikasi,interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Dan anak autistik adalah anak yang
mempunyaimasalah atau gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan
sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi.

2. Penyebab Autisme

a. Faktor Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor
genetik.Penyakit genetik yang sering dihubungkan dengan autisme adalah tuberous
sclerosis (17-58%) dan sindromfragile X (20-30%).
Disebut fragile- X karena secara sitogenetik penyakit ini ditandai olehadanya
kerapuhan (fragile) X 4.Sindrome fragile X merupakan penyakit yang diwariskan
secaraX-linked (X terangkai) yaitu melalui kromosome X. Pola penurunannya tidak
umum, yaitu tidak seperti penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya, karena tidak
bisa digolingkan sebagaidominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi
penderita maupun pembawa sifat(carrier). (Dr. Sultana MH Faradz, Ph.D, 2003)
6
b. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada
hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otak
kecil. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada
autisme. Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik, juga
sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan. Jika sirkuit ini rusak atau
terganggu maka akan mengganggufungsi bagian lain dari sistem saraf pusat, seperti
misalnya sistem limbik yang mengatur emosi dan perilaku.

c. Ketidakseimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan
denganmakanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadap makanan tertentu,
seperti bahan- bahan yang mengandung susu, tepung gandum, daging, gula, bahan
pengawet, penyedap rasa, bahan pewarna, dan ragi. Untuk memastikan pernyataan
tersebut, dalam tahun 2000 sampai 2001telah dilakukan pemeriksaan terhadap 120
orang anak yang memenuhi kriteria gangguan autismemenurut DSM IV. Rentang umur
antara 1-10.

d. Autisme juga diduga dapat disebabkan oleh virus, seperti rubella, toxo, herpes,
jamur,nutrisi yang buruk, pendarahan dan keracunan makanan pada masa kehamilan
yang dapatmenghambat pertuimbuhan sel otak yang menyebabkan fungsi otak bayi
yang dikandungterganggu terutama fungsi pemahaman komunikasi dan interaksi
(Depdiknas, 2002).

3. Ciri-Ciri Autisme

Autisme ditandai oleh ciri-ciri utama antara lain:


1) Tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya
2) Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya
3) Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal
4) Reaksi/pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang.

Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6


gangguan dalam bidang :
1) Interaksi sosial
2) Komunikasi (bicara dan bahasa)
3) Perilaku-emosi
4) Pola bermain
5) Gangguan sensorik-motorik
6) Perkembangan terlambat atau tidak normal
7
Menurut Depdiknas (2002) mendeskripsikan anak dengan autisme berdasarkan
jenismasalah gangguan yang dialami anak dengan autisme. Karakteristik dari masing-
masingmasalah/gangguan itu di deskripsikan sebagai berikut:
1) Masalah/gangguan di bidang komunikasi dengan karakteristiknya sebagai berikut:
 Perkembangan bahasa anak autistic lambat atau sama sekali tidak ada. Anak
tampak seperti tuli, dan sulit bicara.
 Kadang-kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
 Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak
dapatdimengerti orang lain.
 Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi senang meniru atau
membeo(echolalia)
 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan,misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2) Masalah/gangguan di bidang interaksi sosial dengan karakteristik berupa:
 anak autistic lebih suka menyendiri
 anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau meghindari tatapan
mukaatau mata orang lain.
 Tidak tertarik bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun yang
lebih tua.
 Bila diajak bermain, anak autistik itu tidak mau dan menjauh.
3) Masalah/gangguan di bidang sensoris degan karakteristiknya berupa:
 Anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
 Anak autistik bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
 Anak autistic senang mencium-cium atau menjilat-jilat mainan atau benda-
bendayang ada disekitarnya.
 Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut
4) Masalah/gangguan di bidang pola bermain karakteristiknya berupa:
 Anak autistic tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
 Anak autistik tidak suka bermain dengan teman sebayanya
 Anak autistik tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan, misalnya sepeda
dibalik lalu rodanya diputar.
5) Masalah/gangguan di bidang perilaku karakteristiknya berupa:
 Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan
berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
 Anak autistik memperlihatkan stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti
bergoyang-goyang mengepakan tangan seperti burung.
 Anak autistik tidak suka kepada perubahan
 Anak autistik duduk bengong dengan tatapan kosong.

8
6) Masalah/gangguan di bidang emosi karakteristiknya berupa:
 Anak autistic sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa
danmenangis tanpa alas an
 Anak autistik kadang agresif dan merusak
 Anak autistik kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri
 Anak autistik tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
yang adadi sekitarnya.

4. Klasifikasi Anak Autistik (Autisme)

Dalam berinteraksi sosial anak autistikdikelompokan atas 3 kelompok yaitu:


a. Kelompok menyendiri
 Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
 Bertedensi kurang menggunakan kata-kata, dan kadang-kadang sulit
berubahmeskipun usianya bertambah lanjut. Dan meskipun ada ada
perubahan,mungkin hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata yang sederhana
saja.
 Menghabiskan harinya berjam-jam untuk sendiri, dan kalu berbuat sesuatu,akan
melakukannya berulang-ulang.
 Gangguan perilaku pada kelompok anak ini termasuk bunyi-bunyi aneh,gerakan
tangan, tabiat yang mudah marah, melukai diri sendiri, menyerangteman sendiri,
merusak dan menghancurkan mainannya.

b. Kelompok anak autisme yang pasif


 Lebih bisa bertahan dengan kontak fisik, dan agak mampu bermain
dengankelompok teman bergaul dan sebaya, tetapi jarang sekali mencari
temansendiri.
 Mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak terlambat
bisa berbicara dibandingkan dengan anak sebaya.
 Kadang-kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang-kadang pula
dibumbui kata yang kurang dimengerti.
 Kelompok pasif ini masih bisa diajari dan dilatih dibandingkan dengan anak autisme
yang menyendiri dan yang aktif tetapi menurut kemauannya sendiri.

c. Kelompok anak autisme yang aktif tetapi menurut kemauannya sendiri


 Kelompok ini seperti bertolak belakang dengan kelompok anak autisme
yangmenyendiri karena lebih cepat bisa bicara dan memiliki perbendaharaan
katayang paling banyak
 Meskipun dapat merangkai kata dengan baik, tetapi tetap saja terselip kata-kata yang
aneh dan kurang dimengerti.
9
 Masih bisa ikut berbagi rasa dengan teman bermainnya.
 Dalam berdialog, seringmengajukan pertanyaan dengan topik yang menarik,dan bila
jawaban tidak memuaskan atau pertanyaannya dipotong, akan bereaksi sangat
marah.

5. Diagnosa Autisme

a. Perkembangan anak menurun dan tidak normal, yang mulai terlihat sejak anak usia 3
tahun, disertai salah satu gejala berikut:
 Menggunakan bahasa yang tidak wajar dalam berkomunikasi sehari-hari.
 Tidak mampu menciptakan hubungan persahabatan yang akrab dan hangat
 Tidak mampu berakting (peran), misalnya kadang-kadang berperan sebagai bapak
atau guru dll.

b. Paling tidak ditemukan sebanyak enam (6) gejala dari No. 1, 2, dan 3: Sekurang-
kurangnya dua (2) gejala dari No. 1, serta paling tidak satu (1) gejala dari No.2 dan No.
3. berikut:
1) Secara kualitas interaksi sosial sangat kurang, yang terlihat paling tidak 2 gejala
pada keadaan berikut:
 Tidak mau berpandangan secara kontak mata, raut wajah gerakan tubuh
dantangan dalam mengekspresikan keakraban pergaulan sehari-hari.
 Gagal mengembangkan pemkiran yang wajar dalam menghadapi
sejumlahkesempatan, menghadapi teman sebaya,berbagi perhatian , bebagi
kegiatandan emosi.
 Tidak mampu berbagi rasa terhadap perasaan orang sekitar, dalam
halhubungan antarteman sepergaulan dan perilaku berkomunikasi.
 Kurang mampu mencari kegembiraaan bersama-sama dengan
temansepergaulan dan kurang bisa memperlihatkan atau menunjuk seseorang
yangmenjadi perhatiannya.
2) Kurangnya kualitas dalam berkomunikasi, seperti terlihat paling tidak 1 gejala
berikut:
 Terlambat atau tidak mampu sama sekali berbahasa sehingga kadang-
kadangdidimbangi dengan bahasa isyarat melalui gerakan tangan, mimik,
dangerakan tubuh. Keadaan ini sering dimulai dengan bersungut-sungut.
 Kurang mampu bercakap-cakap dengan teman sepergaulan meskipunmungkin
masih ada kemampuan berbahasa.
 Mengulang-ulang kata atau kalimat-kalimat.
 Tidak bisa spontan mempercayai teman bermain
3) Perilaku dan perhatian yang berulang-ulang, seperti terlihat paling tidak 1 gejala
berikut:
10
 Buah pikiran yang berulang-ulang dan perhatian terbatas baik itensitasmaupun
isinya.
 Kegiatan rutin dan gerakan ritual seperti dipaksakan
 Gerakan otot berulang-ulang, seperti melambai-lambaikan tangan
ataumemutar-mutar tangan, atau menggerak-gerakakan tubuh.
 Perhatian terpaku pada atu bahan/benda permainan, (seperti mencium-cium
bau, meraba-raba halusnya permukaan mainan.

6. Pengbatan Anak Autisme

Menurut ahli, sebagian besar anak autisme bila diagnosanya cepat di tegakkan dan
ditanggulangi dengan baik oleh penyakit jiwa, bisa tumbuh samapai dewasa dan masih
bisa berbuat dan berguna untuk sesama meskipun mungkin cara hidup kesehariannya
masih autistik (menurut keinginan dan caranya sendiri).
Banyak yang bisa dilakukan terhadap penderita autisme, antara lain :
a. terutama melalui program pendidikan dan latihan di ikuti pelayanan dan
perlakuanlingkungan yang wajar.
b. untuk mngurangi perilaku anak yang tidak wajar, pengasuh dan orang tua harus diajari
cara menghadapi anak autisme.
c. pengobatan yang dilakukan adalah untuk membatasi memberatnya gejala dankeluhan,
sejalan dengan pertambahan usia anak.
d. diusahakan agar anak meningkatkan perhatian dan tanggung jawab terhadap
orangsekitarnya.
e. untuk mencapai keadaan tersebut, bimbingan dan pendidikan harus dilakukan secara
perorangan, dan tidak mungkin efektif bila di lakukan secara kelas.
f. orang tua, saudara atau pelatih sukarela, harus ikut menyediakan waktu dan perhatian
beesama-sama tenaga penolong sehingga anak tidak mempunyai peluang untuk
kembali pada kebiasaannya yang kurang baik, yang sudah terbiasa dia
lakukansebelumnya.
g. perlunya menegakkan diagnosa autisme secara dini.Berikut ini adalah contoh dalam
menangani penderita autisme.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan pertumbuhan adalah suatu kondisi perkembangan anak dari segi tinggi
badan, berat badan, kematangan organ seksual, serta sisi lainnya yang tidak seusai
dengan anak seusianya. Pertumbuhan yang terlalu lambat atau justru terlalu cepat
umumnya menandakan adanya gangguan kelenjar atau penyakit tertentu.
Penyebab gangguan pertumbuhan yang terjadi akan bergantung dari jenisnya. Beberapa
gangguan ini merupakan kondisi genetik, sementara lainnya bisa muncul akibat kelainan
hormon serta buruknya penyerapan nutrisi oleh tubuh.
Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek hingga melampaui defisit 2 SD
dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi refrensi internasional.
Tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau tubuh anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak-anak lain seumurnya merupakan definisi stunting yang ditandai dengan
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai dengan umur anak (WHO, 2006).
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi
yangnormal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam
duniarepetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993).
Autisme merupakan gangguan perkembangan organik yang mempengaruhi anak-
anak dalam berinteraksi dan menjalani kehidupannya (Hanafi, 2002)

B. Saran
Sebagai bidan kita harus mengembangkan pengetahuan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak,agar kita tahu dan dapat menerapkan pengetahuan kita di lapangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Danie Ratri Desiningram, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, Yokyakarta: Psikosain, 2016.


Kosasih. E, Anak Berkebutuhan Khusus Bandung: Yrama Widya, 2012. 
Frieda Mangungsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khsusu, Depok: LPS3,
2014.
Depdiknas. Pedoman Khusus Anak Berkebutuhan Khusus . Jakarta: Depdiknas, 2007.
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT Refika Aditama, 2006.

13

Anda mungkin juga menyukai