Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Masa Nifas.................................................................................3

B. Pola Eliminasi Ibu Masa Nifas....................................................................3

C. Definisi Ibu dan Bayi...................................................................................4

D. Kebiasaan tidak bermanfaat Ibu dan Bayi..................................................6

E. Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pola Eliminasi Ibu Masa Nifas dan
Kebiasaan tidak bermanfaat Ibu dan Bayi........................................................7

BAB III PENUTUP.................................................................................................10

A. Kesimpulan..................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,


plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas
(puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifa yaitu 6-8
minggu. Jadi postpartum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana
kondisi pemulihan sesudah persalinan selesai hingga kembali ke kondisi sebelum
hamil yang terjadi kurang lebih 6-8 minggu.

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh


baik yang melalui ginjal berupa urin maupun melalui gastrointestinal yang berupa
fekal. Eliminasi fekal (defekasi) adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum.
Salah satu masalah kesehatan dengan gangguan kebutuhan eliminasi fekal yaitu
diare. Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada 1- 3 hari postpartum,
hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses persalinan. Urine
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12- 36 jam sesudah
melahirkan.

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang sangat perlu


mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan
anak merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara
umum. Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan pelayanan kesehatan ibu
dan anak penting untuk dilakukan.

Beragam budaya dalam masa nifas dan pengasuhan anak, banyak


muncul diantaranya pada awal periode setelah melahirkan, berbagai larangan

1
dan praktek budaya seringkali berdasarkan pada kepercayaan bahwa
persalinan telah mengganggu keseimbangan tubuh seorang wanita,
memprediksi dirinya untuk terkena penyakit, dan kepercayaan bahwa wanita
setelah bersalin dalam kondisi kotor,serta perilaku pingitan selama 40 hari
dan meminimalkan untuk melakukan aktifitas.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah pada makalah ini


yaitu bagaimana pola eliminasi ibu masa nifas dan kebiasaan yang tidak
bermanfaat bagi ibu dan bayi.

C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui:

1. Pengertian Masa Nifas

2. Pola Eliminasi Ibu Masa Nifas

3. Definisi Ibu dan Bayi

4. Kebiasaan tidak bermanfaat Ibu dan Bayi

5. Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pola Eliminasi Ibu Masa Nifas dan
Kebiasaan tidak bermanfaat Ibu dan Bayi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti
melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau
setelah melahirkan.

Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan yang normal.

Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai
alatalat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-
kira 6 minggu.

B. Pola Eliminasi Ibu Masa Nifas

Buang Air Kecil (BAK). Kebanyakan pada pasien postpartum normal


dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Ibu
diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum 24 belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100cc,
maka dilakukan katerisasi. Tetapi apabila kandung kemih penuh, tidak perlu
menunggu 8 jam untuk katerisasi. Buang Air Besar(BAB). Biasanya 2-3 hari
postpartum masih sulit buang air besar. Jika pasien belum juga BAB pada hari
ketiga maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rectal.

3
a. Sistem pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (section caesarea) biasanya
membutuhkan waktu sekitar 1- 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan
dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat
lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses
melahirkan. Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada 1- 3 hari
postpartum, hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses
persalinan. Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan
dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum
setiap kali akan b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor- faktor
tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu
pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot
kembali normal.

b. Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli- buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

C. Definisi Ibu dan Bayi

Menjadi seorang ibu adalah periode yang sangat membahagiakan bagi


setiap wanita. Pembangunan kesehatan di Indonesia mencakup pula upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak. Dinyatakan dalam Salah satu program
kesehatan untuk menurunkan AKI dan AKB adalah program MGD’s
(Millennium Develoment Goals) yang pada target tahun 2015 belum

4
sepenuhnya tercapai, sehingga pemerintah menetapkan program SDG’s
(Sustainble Develoment Goals) yang berlaku mulai tahun 2015-2030,
dimana salah satu program dari SDG’s adalah kesehatan untuk semua
lapisan usia termasuk AKI dan AKB. Namun, hingga saat ini AKI dan
AKB di Indonesia masih cukup tinggi dan merupakan masalah kesehatan
yang serius. Program kesehatan tersebut telah meluas jangkauan pelayanan
kesehatan ke barbagai perjuru tanah air, hingga kedaerah-daerah terpencil
yang semula masih sulit dijangkau oleh system pelayanan kesehatan. Namun
dalam berbagai pengalaman pelaksanaan kesehatan bagi ibudan anak,
masih ditemukan berbagai masalah, seperti masih tingginya angka kematian ibu
pada saat masa nifas, dan masih tingginya angka kematian bayi.
Pemanfaatan sarana kesehatan pun belum sepenuhnya menunjukkan tingkat
memuaskan. Keadaan ini tidak hanya terdapat pada daerah yang sulit sarana
komunikasi dan transportasi, namun termasuk dalam ketersediaan tenaga
kesehatan dan juga dalam segi akses alam pemenfaatan pelayanan kesehatan
tersebut, serta factor sosial budaya, tingkat pendidikan juga melatar
belakangi tingginya angka kematian ibu.

Anak adalah generasi penerus bangsa yang layak mendapatkan perhatian


karena masing – masing anak memiliki hak untuk mencapai perkembangan
kognisi, sosial dan perilaku emosi yang optimal agar tercapai anak yang memiliki
kualitas yang baik. Periode emas atau golden age period adalah periode kritis
terjadi satu kali dalam kehidupan anak karena tidak kurang 100 milyar sel otak
siap untuk distimulasi agar anak memiliki kecerdasan optimal di masa yang akan
datang. Golden age period terjadi 1000 hari pertama, terhitung semenjak ibu
menjalani masa kehamilan sampai anak berusia 24 bulan. Deteksi dini perlu
dilakukan agar tindakan intervensi dapat dilakukan sejak dini dan untuk
mengetahui apakah anak memiliki penyimpangan perkembangan agar mengurangi

5
prevalensi stunting yang dapat dilakukan sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) balita.

D. Kebiasaan Tidak Bermanfaat Ibu dan Anak

Berbagai masyarakat di Indonesia memiliki budaya beragam contohnya


seperti pada masa kehamilan ataupun pada mana nifas. Secara tidak langsung
budaya adalah faktor yang memengaruhi status gizi yang dapat mempengaruhi ibu
hamil. Masyarakat perlu memperhatikan kebutuhan gizi ibu hamil sebagai bentuk
dukungan sosial dan masih mengikuti pantangan makanan yang harus dihindari
oleh ibu hamil serta kepercayaan dan praktik budaya ibu pada saat hamil, jika
keyakinan tersebut dilanggar dapat mengakibatkan hal buruk terhadap ibu dan bayi
yang dikandungnya serta mengakibatkan balita kekurangan gizi berisiko untuk
mengalami stunting.

Terdapat beragam budaya dalam masa nifas dan pengasuhan anak,


banyak diantaranya muncul pada awal periode setelah melahirkan, berbagai
larangan dan praktek budaya seringkali berdasarkan pada kepercayaan bahwa
persalinan telah mengganggu keseimbangan tubuh seorang wanita,
memprediksi dirinya untuk terkena penyakit, dan kepercayaan bahwa wanita
setelah bersalin dalam kondisi kotor, serta perilaku pingitan selama 40
hari dan meminimalkan untuk melakukan aktifitas. Berbagai larangan dan
praktek budaya tersebut dianggap dapat mempercepatmasa pemulihan dan
adaptasi ibu terhadap peran baru menjadi seorang ibu.

Budaya terhadap kehamilan yang terjadi di Indonesia merupakan suatu


masalah yang dapat mempengaruhi nutrisi ibu hamil dan tidak terlepas dari faktor
budaya lokal karna kepercayaan dan keterbatasan makanan tertentu. Keyakinan
seperti ibu hamil memiliki pantangan makanan tertentu dapat menyebabkan
kehilangan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Ibu hamil yang memiliki pantangan

6
makanan tertentu yang berdampak negatif bagi kesehatan ibu dan janin. Jika
pantangan tersebut dilanggar beresiko bahaya bagi ibu dan janin, terdapat berbagai
kesan mistik misterius yang akan menghukum bagi yang melanggar. Pantangan
tersebut berfungsi untuk melindungi kesehatan, tetapi hal ini berdampak
sebaliknya, yaitu berbahaya bagi kesehatan khususnya masalah gizi. Mitos yang
ada di masyarakat tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan yang telah berkembang
saat ini dan masih banyak mitos tentang kehamilan yang membahayakan
keselamatan ibu dan janin.

Contoh kebiasaan tidak bermanfaat dan praktik budaya pada ibu dan bayi yaitu:

1. Pemberian ASI setiap saat anak meminta pada ibu menyusui

2. Banyak jalan dan bergerak pada pagi hari saat udara masih segar

3. Ibu yang hamil tua dianjurkan untuk melakukan gerakan menungging termasuk
mengepel lantai dengan menggunakan tangan

4. Praktik melakukan imunisasi pada bayi setelah lahir hingga balita

5. Dianjurkan untuk membuang kolostrum ASI

6. Sebelum bayi berusia 6 bulan dianjurkan untuk member makanan pendamping


ASI

7. Pemberian makanan prelakteal/pralaktasi pada bayi baru lahir

8. Ibu hamil tidak boleh keluar rumah pada malam hari

E. Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pola Eliminasi Ibu Masa Nifas dan
Kebiasaan tidak bermanfaat Ibu dan Bayi

Bidan harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing segera setelah
persalinan dapat mengurangi komplikasi post partum. Berikan dukungan mental
pada pasien bahwa ibu pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat

7
terkena air kencing, karena ibupun telah berhasil berjuang untuk melahirkan
bayinya. BAK normal dalam tiap 3-4 jam secara spontan. Bila tidak mampu BAK
sendiri, maka dilakukan tindakan bleder training, berikut ini:

1. Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien

2. Mengompres air hangat di atas simfisis

3. Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK

Bidan harus dapat meyakinkan pasien agar tidak takut buang air besar,
karena tidak akan mempengaruhi luka jalan lahir. Untuk meningkatkan volume
feses, anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak minum air putih.
Buang air besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari
postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang
mengeras) tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal
demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).

Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat


mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2
hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine/diberikan
obat-obatan. Jika dalam 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka sebaiknya
diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari postpartum), atau pada hari ke-3 diberi
laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB
dengan teratur:

1. Diet teratur

2. Pemberian cairan yang banyak

3. Ambulasi yang baik

4. Bila takut BAB secara episiotomy, maka diberikan laksan suposotria

8
Peran tenaga kesehatan sangatlah penting misalnya dapat dilakukan
dengan tindakan mandiri atau kolaborasi. Perlu juga adanya pengawasan dari
pihak keluarga untuk memastikan kondisi ibu dan bayi dalam keadaan sehat dan
tidak melakukan hal hal atau kebiasaan buruk dari budaya setempat atau mitos
yang merugikan ibu dan bayi. Berikan pendidikan/penyuluhan sesuai dengan ilmu
kesehatan. Pastikan bahwa ibu telah mengikuti rencana yang telah disusun oleh
bidan. Oleh karena itu dalam memberikan pelayanan bidan harus mendiskusikan
dengan ibu dan keluarga sehingga pelaksanaan asuhan menjadi tanggung jawab
bersama.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia memiliki suku dan budaya beragam dengan kondisi sosio-


budaya yang beraneka ragam. Kondisi ini memunculkan bentuk pola asuh yang
pada akhirnya mempengaruhi status gizi. Pola asuh atau perawatan adalah perilaku
dan praktek dalam pemberi perawatan (ibu, saudara sedarah, ayah dan penyedia
layanan perawatan anak) untuk menyediakan makanan, perawatan kesehatan,
stimulasi dan dukungan semangat yang penting bagi tumbuh kembang anak yang
sehat. Banyak kepercayaan, kebiasaan dan juga adat istiadat atau budaya yang
berhubungan dengan ibu nifas dan bayi bahkan sampai dengan perilaku pada
masyarakat. Setiap suku bangsa mempunyai cara-cara tersendiri dalam hal
budaya dan juga hal pola eleminasi pada ibu nifas yang harus dipilihnya yang
dianggap baik untuk kesehatan masyarakat tersebut, demikian juga
dengan perilaku dan soal makanan pada ibu nifas dan bayi yang dilahirkan
yang menurut masyarakat tersebut adalah baik dan tidak baik untuk
kesehatan ibu nifas dan bayi tersebut.

B. Saran

Memberikan pengetahuan kepada ibu maupun keluarga mengenai


pengaruh budaya pola hidup ibu dan balita serta bagaimana pola eliminasi b.a.k
maupun b.a.b yang benar pada ibu nifas

10
DAFTAR PUSTAKA

Asthiningsih NWW dan Muflihatin SK. 2018. Deteksi Dini Perkembangan Balita
Dengan Metode Ddst Ii Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Juanda
Samarinda. Jurnal Endurance. 3(2) 367–374

Kemenkes RI. 2019. Strategi Penurunan AKI & Neonatal. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

Muthoharoh H. 2015. Persepsi Ibu Hamil Tentsng Budaya Dan Mitos Kehamilan di
Wilayah Kerja Puskesmas Padangan Kabupaten Bojonegoro. Food and
nutrition bulletin. 12(3): 55-65

Nurul Azizah, Rafhani Rosyidah. 2019. Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
NIfas dan Menyusui. Umsida Press. Jawa Timur

Siti Maryam. 2020. Budaya Masyarakat yang Merugikan Kesehatan Pada Ibu Nifas
dan Bayi. Jurnal Kebidanan Vol. 10 No . 1

Sugeng HM, Tarigan R, Sari NM. 2019. Gambaran Tumbuh Kembang Anak pada
Periode Emas Usia 0-24 Bulan di Posyandu Wilayah Kecamatan Jatinangor.
Jurnal Jsk. 4(3) 96–101.

11

Anda mungkin juga menyukai