Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas
1. Pengertian masa nifas
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
Postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidaknyamanan pada awal postpartum,
yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan
perawatan yang baik.
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks
dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai dengan banyak perubahan fisiologis.
Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru,
walaupun komplikasi serius mungkin dapat terjadi.

2. Tahapan masa nifas


Menurut Sri Astuti (2015) periode masa nifas dibagi menjadi 3 tahap :

a. Puerperium Dini (Immediate Postpartum) : 0 – 24 jam postpartum.


Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Perdarahan
merupakan masalah terbanyak pada masa ini. Kepulihan dimana ibu
diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita
normal lainnya. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermediate (Early Postpartum) : 1 – 7 hari postpartum
Yaitu masa dimana involusi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat
nutrisi dan cairan, ibu dapat menyusui dengan baik. Kepulihan menyeluruh alat-
alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Puerperium Remote (Late Postpartum) : 1 - 6 minggu postpartum


Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu
selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Masa dimana perawatan
dan pemeriksaan kondisi sehari-hari, serta konseling KB. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

3. Tujuan asuhan pada masa nifas


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah secara dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi baik pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu yang berkaitan dengan perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi, dan
perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB
e. Memberikan kesehatan emosional pada ibu.

4. Kebutuhaan dasar ibu pada masa nifas


Menurut Ari Sulistyawati (2015) beberapa kebutuhan ibu nifas yang harus dipenuhi :
a. Kebutuhan gizi ibu menyusui
Tambahan makanan bagi ibu yang menyusui ASI eksklusif sangat diperlukan.
Sebanyak 800 kkal tambahan makanan untuk memproduksi ASI dan sebagai energi
untuk aktivitas ibu sendiri. Pemenuhan gizi tersebut antara lain mengkonsumsi
tambahan kalori sebanyak 500 kkal per hari, diet berimbang cukup protein,
mineral, dan vitamin. Minum minimal 3 liter/hari terutama setelah menyusui,
mengkonsumsi tablet zat besi selama nifas, serta minum kapsul vitamin A 200 unit.
b. Ambulasi dini
Tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru,
demam, dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat. Adapun keuntungan
ambulasi dini antara lain ibu akan merasa lebih sehat dan kuat, faal usus dan
kandung kemih menjadi lebih baik, serta memungkinkan bidan untuk memberi
bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayi.

c. Istirahat
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, dipenuhi melalui
istirahat malam dan siang. Kurang istirahat akan menyebabkan beberapa kerugian,
misalnya :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya


sendiri.

d. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Hal ini bertujuan supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah motivasi diri dan
dukungan dari suami serta keluarga untuk menyusui bayinya, adanya
pembengkakan payudara karena bendungan ASI, kondisi status gizi ibu yang
buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI, ibu yang lelah atau kurang
istirahat atau stress. Maka dari itu dilakukan perawatan payudara secara rutin,
serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal sesuai dengan kebutuhan bayinya.
Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya hisapnya, payudara akan
memproduksi ASI lebih banyak.

e. Senam nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal dan ibu merasa lebih rileks,
mengurangi rasa kecemasan, dan lebih segar. Sebaiknya latihan masa nifas
dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan normal dan
tidak ada penyulit.
5. Perawatan luka perineum
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ – organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada pembalut ( Farrer,
2009 ). Waktu untuk perawatan perineum yaitu :
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu nifas pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka terjadi
kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka
perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b. Setelah buang air kencing
Pada saat buang air kencing terjadi kontaminasi air seni pada rektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum, untuk itu diperlukan
pembersihan perineum
c. Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa – sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
6. Penyembuhan luka perineum
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan
terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7
hari post partum. Kriteria penilaian luka adalah:
a) baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah,
bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa)
b) sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi (merah,
bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa)
c) buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka dan ada tanda-tanda infeksi
(merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa) (Mas‟adah, 2010).
Sedangkan penghambat keberhasilan penyembuhan luka menurut Boyle (2008)
adalah malnutrisi, merokok, kurang tidur, stres, kondisi medis dan terapi, insfeksi dan
pembersihan luka yang kurang optimal
B. Budaya dalam Masa Nifas terkait Luka Perineum
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa yang dimulai dari keluarnya plasenta saat persalinan hingga
enam minggu setelah seorang wanita melahirkan. Dalam periode tersebut, sebagian
besar perubahan tubuh akibat kehamilan dan persalinan akan pulih sepenuhnya.
Banyak sekali tradisi yang harus diikuti oleh sang ibu agar penyembuhannya berjalan
lancar. Dalam berbagai kebudayaan, ada berbagai tradisi dan kepercayaan yang
dianjurkan untuk para ibu baru yang masih berada dalam masa nifas. Di bawah ini
adalah tradisi masa nifas yang masih sering dianjurkan di Indonesia beserta
penjelasannya:
a. Dilarang makan ikan, telur, dan daging supaya bekas jahitan cepat sembuh
Tradisi yang satu ini hanya mitos. Pasalnya, ibu yang baru saja melahirkan justru
perlu asupan protein lebih tinggi dalam rangka penyembuhan luka dan pemulihan
fisik.Bila terjadi kekurangan asupan protein selama masa nifas, penyembuhan
luka akan lebih lambat dan dikhawatirkan malah berisiko terkena
infeksi. Usahakan untuk mengonsumsi 40 gram protein tiap hari guna membantu
penyembuhan luka setelah melahirkan.Untuk ibu menyusui, bahkan ada
kebutuhan ekstra 600 kalori setiap hari. Asupan kalori yang tidak mencukupi
akan menyebabkan ibu baru mudah lelah dan produksi air susu ibu (ASI) yang
berkurang. Penuhi juga kebutuhan cairan dengan minum setidaknya delapan gelas
air per hari atau 2 liter. Asupan cairan sangat penting untuk membantu proses
penyembuhan dan menjaga kecukupan produksi ASI. 

b. Tidak boleh mandi dan keramas agar tubuh tetap hangat dan tidak masuk angin
maupun terkena rematik
Secara medis, tidak ada larangan bagi ibu yang baru melahirkan untuk mandi dan
keramas. Jadi, Anda boleh saja mandi bila dirasa perlu.Untuk mandi dan
berendam dalam bathtub, kegiatan ini sebaiknya ditunda dulu. Anda disarankan
untuk menunggu dulu setidaknya sampai dokter Anda mengizinkan.

c. Tidak boleh keluar rumah selama 40 hari masa nifas


Tradisi tidak boleh keluar rumah selama masa nifas ini cukup sering dipraktikkan
dalam budaya Asia dan Amerika Latin. Tujuannya adalah membantu ibu baru
untuk memulihkan diri dari proses kehamilan dan melahirkan. Dalam setiap
budaya yang memiliki larangan keluar rumah tersebut, ibu baru diharapkan untuk
beristirahat saja di rumah dan menghindari kerja berat. 

d. Wajib pakai setagen agar rahim cepat menyusut dan perut tidak menggelambir 
Tujuan menggunakan setagen setelah melahirkan adalah memberi penopang
ekstra pada perut sampai organ dan otot perut sang ibu sepenuhnya pulih.
Pemakaian setagen juga memberi kompresi ringan yang membantu rahim untuk
mengecil kembali. Setagen bisa digunakan segera setelah melahirkan, asalkan
Anda mendapatkan izin dari dokter.

2. Budaya pantangan makanan dalam masyarakat


Masalah yang sering terjadi di masyarakat adalah adanya pantang makanan
setelah melahirkan. Padahal setelah melahirkan seorang wanita memerlukan nutrisi
yang cukup untuk memulihkan kembali seluruh alat genetalianya. Tarak (Pantang)
terhadap makanan tidak boleh dilakukan oleh ibu post partum karena dapat
memperlambat proses penyembuhan luka jahitan perineum, sedangkan dalam proses
penyembuhan luka sangat membutuhkan protein, maka ibu postpartum dianjurkan
untuk makan dalam pola yang benar sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya
(Iskandar ,2010).
Namun pada kenyataannya, masyarakat masih mempercayai adanya pantang
makanan, mereka menerima dan menolak jenis makanan tertentu. Masih banyaknya
ibu nifas yang melakukan pantang makanan menurut Sulistyoningsih (2012) di
sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor predisposisi, faktor
pendukung, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi yang meliputi, sosial budaya,
pendidikan, pengetahuan, pengalaman, pekerjaan, ekonomi, peran keluarga, dan usia.
Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
bersedianya fasilitas-fasilitas atau saranasarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obatobatan, alat-alat kontrasepsi, jamban. Serta faktor pendorong yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan
kelompok retevensi dari perilaku masyarakat (paath, 2005). Sosial budaya atau
kebiasaan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perilaku ibu nifas
dalam melakukan pantangan makanan pada masa nifas. Ibu-ibu kadang menunjukkan
perilaku negatif seperti pantangan minum susu dan makan ikan, sehingga kepercayaan
ibu nifas pantang mengonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu
kehilangan zat gizi yang berkualitas (Eslimah, 2009).
Nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan
nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu d, 2006). Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung
cairan (Saleha, 2009). Banyak praktek-praktek budaya yang berpengaruh secara
negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, sehingga lebih besar untuk
mengalami infeksi. Pada beberapa budaya, pantang makan pada ibu hamil dan ibu
nifas dapat berpengaruh pada asupan gizi (Suprabowo, 2006 ). Dampak lain yang
ditimbulkan dari budaya yang melakukan pantangan makan pada ibu nifas adalah
terjadinya anemia. Penyebab anemia pada masa nifas yang pertama terjadi karena
infeksi, apalagi bagi ibu yang ketika persalinan mengalami perdarahan, proses
melahirkan yang sangat lama atau bisa jadi ibu sudah mengalami anemia pada masa
kehamilan dan kemudian hal ini diperberat lagi dengan melakukan pantangan makan
pada masa nifas maka ibu akan mengalami anemia berat (Harnany, 2006).

C. Hubungan
D. Peran Bidan

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502450053/7._BAB_II__.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/991/3/bab%202.pdf
https://www.sehatq.com/artikel/tradisi-masa-nifas-hanya-mitos-atau-memang-
bermanfaat-bagi-ibu-baru

Anda mungkin juga menyukai