PENYUSUI
DENGAN KASUS BABY BLUES
Nama:
Kelompok : III
VISI
“Menghasilkan Lulusan Bidan yang berkarakter islami, Inovatif serta Unggul dalam Upaya
Promotif dan Mampu Memberikan Asuhan Persalinan secara Gentle Birth pada Tahun
2025”
MISI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan paper Komunikasi Efektif dalam Praktik Kebidanan.
Paper ini pembelajaran ini membahas tentang……
Dengan disusunnya paper ini pembelajaran ini diharapkan menjadi bahan kajian dalam
pembelajaran mata kuliah Komunikasi Efektif dalam Praktik Kebidanan sehingga
pembelajaran menjadi lebih terstuktur dan dinamis dan memudahkan mahasiswa dalam
memahami topik pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan paper ini.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan paper ini, penulis
banyak mengucapkan banyak terimakasih. Semoga modul ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Adaptasi psikologis
TUJUAN UMUM
3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Masa Nifas
Masa Nifas adalah waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas dari rahim,
sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan. minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduktif kembali keadaan tidak hamil yang normal. rencana untuk perawatan
selanjutnya yang telah umum dikerjakan oleh kebanyakan ahli obstetri, sampai saat
ini, telah menghasilkan kesepakatan bahwa umumnya 6 minggu dianggap sebagai
masa nifas.
1) Uterus
Uterus akan menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. (Walyani, 2015)
Tabel 2.2 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi.
2) Lochea
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
Lochea adalah cairan yang keluar dari liang vagina/senggama pada masa
nifas. cairan ini dapat berupa darah atau sisa lapisan rahim. urutan pengeluaran
lochea:
3) Endometrium
4) Serviks
Segera setelah berakhirnya kala II, serviks menjadi sangat lembek, dan kendor.
Serviks tersebut bisa lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat
padat mencerminkan vaskular yang tinggi, lubang serviks lambat mengecil,
rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum
hamil pada saat empat minggu postpartum. (Saleha, 2016).
5) Perubahan Payudara
Perubahan tanda vital Menurut Nugroho, dkk, 2015 pada masa nifas tanda-tanda
vital harus dikaji antara lain :
a) Suhu Tubuh
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2C pasca melahirkan, suhu tubuh
dapat naik kurang lebih 0,5C dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini
akibat dari kerja
keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
b) Nadi
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/i. Pasca melahirkan, denyut nadi
dapat menjdi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/i
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
c) Tekanan Darah
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.
Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan, sedangkan tekanan darah tinggi postpartum
merupakan tanda terjadinya preeklampsi postpartum.
d) Pernafasan
Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder gadis dan
merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. lebih dari itu untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber
utama dari kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling
penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. (Vivian, 2015)
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot
dada, Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600gram,dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia
yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang,
kecuali jika dirangsang dengan hormon.
1) Letak setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua dan
keenam, payudara ini terletak pada rongga dada.
2) Bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai
ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila.
3) Ukuran ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih
besar dari pada yang lainnya.
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papila atau puting, areola mamae
(kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini
tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila
kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian
menetap.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi
bentuk dan ukuran maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat
polos-polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus
laktiferus akan memadat yang menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat
otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli.
Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing dihubungkan dengan
saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti
pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang
disebut duktus laktiferus terus bercabang- cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi
duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam
alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu
dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
Depresi ringan, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “4th day blues
(kemurungan hari ke empat)” sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali,
hanya karena masalah yang sering sepele.
Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini
umumnya menghilang setelah kepercayaan diri dan bayinya tumbuh. Rubin melihat
Beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu.
1. Taking In: periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya
pasif dan bergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkatan
nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah,
kurangnya nafsu makan menandakan tidak berlangsung normal.
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
2. Taking Hold: periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum ibu menjadi orang
tua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa
ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal
tersebut. Cenderung menerima nasehat bidan.
3. Letting Go: periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, pada ibu yang
bersalin di klinik dan sangat berpengaruh pada waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarganya. Fase ini merupakan fase menerima tanggung
jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini
Berbagai perubahan yang tejadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan
perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi, perubahan hormon adanya
perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu
perasaan sedih.
b. Depresi Postpartum
c. Postpartum Blues
Postpartum blues adalah reaksi penyesuaian dengan perasaan depresi, yang juga
dikenal dengan istilah baby blues, merupakan periode sementara terjadinya depresi
yang sering terjadi selama beberapa hari pertama pada masa nifas.
Penyebab postpartum blues sampai saat ini masih belum diketahui secara
pasti. Namun dalam beberapa penelitian ada beberapa faktor predisposisi yang
mempengaruhi postpartum blues, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal
(Bobak, 2005; Fatimah, 2009).
Kadar hormon Pada faktor interal yang berperan salah satunya adalah adanya
perubahan kadar hormon. Selama kehamilan kadar 16 hormon (progesteron,
esterogen, prolaktin, kortisol, dan endorphin) akan mengalami kenaikan. Setelah
melahirkan kadar hormon akan pengalami penurunan sehingga dapat mempengaruhi
pada perubahan fisik, psikis, dan mental ibu (Gale and Harlow, 2003).
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
4) Jenis Persalinan
Ibu yang sudah pernah mengalami persalinan secara psikologis akan lebih
siap dibandingkan ibu yang baru pertama kali mengalami kelahiran bayinya.
Perempuan yang baru pertama kali melahirkan akan lebih umum menderita depresi
karena setelah melahirkan perempuan tersebut dalam rentang adaptasi baik fisik
maupun psikisnya (Ibrahim, 2012). Menurut Dewi (2012), hal ini 22 dikarenakan
pada perempuan yang primipara masih merasakan kekhawatiran mengenai perubahan
bentuk tubuh, menjadi peran baru dan dukungan sosial yang terjadi terhadap dirinya.
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
1) Pendidikan Pendidikan
ibu yang rendah dapat mempengaruhi adanya kejadian postpartum. Ibu yang
memiliki pendidikan rendah akan cenderung mempunyai banyak anak dan teknik
dalam perawatan bayi pun kurang baik (Machmudah, 2010). Menurut Rusli, (2011)
menyatakan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan menghadapi konflik
peran dan tekanan sosial antara tuntutan sebagai ibu yang bekerja dan sebagai ibu
rumah tangga.
3) Dukungan social
Dukungan suami merupakam bentuk interaksi sosial yang nyata, yang didalamnya
terdapat hubungan saling memberi dan menerima bantuan (Fatimah, 2009). Wanita yang
merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai oleh keluarganya tentunya tidak akan merasa
dirinya kurang berharga. Berbeda dengan wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial
akan mudah merasa bahwa dirinya tidak berharga dan kurang diperhatikan oleh keluarga
(Urbayatun, 2010). Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga pada ibu postpartum dapat
membuat ibu lebih sensitif dan cenderung mengalami depresi (Machmudah dan Urbayatun,
2010).
Ada beberapa bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ibu yang
mengalami gangguan setelah melahirkan (Bobak, 2005; Soep, 2009).
1) Mengidentifikasi gangguan suasana hati postpartum dengan cara waspada terhadap
tanda-tanda dan gejala gangguan suasana hati
2) Bantulah ibu untuk bersikap terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain,
seperti menceritakan tentang apa yang di alaminya terutama terhadap orang yang
berpengalaman
3) Libatkan ayah atau pasangan untuk membantu dalam merawat bayi
4) Upayakan untuk istirahat dan tidur selama bayi tidur
5) Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendirian, kerjakan
apa yang dapat dilakukan saja dan berhenti ketika merasa lelah
6) Jangan sendirian dalam waktu yang lama, pergilah keluar rumah untuk merubah
suasana hati
7) Mintalah bantuan untuk mengerjakan rumah tangga dan mintalah pada suami
untuk mengangkat bayi untuk disusui pada malam hari
8) Mendukung dan memberikan terapi klien dan keluarganya dengan cara melibatkan
keluarga dalam rencana perawatan dan bantu untuk membuat jadwal rencana
rujukan
9) Mendukung upaya ikatan orang tua dan bayi dengan cara beri dukungan untuk
perawatan lanjutan ibu kepada bayinya.
Tanda dan gejala depresi pasca persalinan yaitu gejala gangguan tidur,
gangguan nafsu makan, kehilangan tenaga, 29 perasaan tidak berharga atau bersalah,
kehilangan konsentrasi, dan pikiran tentang bunuh diri. Psikosis pasca persalinan
merupakan bentuk terburuk dari kelainan psikiatri pasca persalinan. Onset terjadi
pada minggu kedua hingga empat pasca persalinan. Gejala klinis psikosis postpartum
terdiri dari kebingungan, mood swing, delusi, halusinasi, perilaku tidak terorganisir.
Psikosis pasca persalinan pada umumnya merupakan gangguan bipolar namun bisa
merupakan perburukan dari gangguan depresi mayor (Harry, 2010).
Uraikan jurnal penelitian terkait komunikasi efektif dalam praktik kebidanan sesuai
dengan topik masing-masing kelompok
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
3
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
a. Deskripsi Kasus
Kasus :
Ny. B usia 17 th datang ke BPM sri Mengatakan tidak ingin menyusui bayinya
dikarenakan bayinya adalah bayi yang tidak diinginkan bahkan bayinya akan
diberikan kepada orang lain.
b. Pembahasan
Berdasarkan kasus yang di temukan di BPM sri pada tahun 2020 ada hubungannya
dengan Kehamilan yang terjadi di usia dini merupakan salah satu risiko seks pranikah
atau kehamilan yang tidak diharapkan. Kehamilan yang pada umumnya tidak
direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang
mengalaminya ditambah sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran
anak tanpa ikatan pernikahan (Purnawan, 2009). Usia yang terlalu muda untuk hamil
memicu risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik dan psikis baik itu selama kehamilan
maupun persalinan (Rusli, 2011)
Adanya kejadian postpartum blues diketahui bahwa kehamilan usia dini <20 tahun,
induksi persalinan dan jenis persalinan berhubungan dengan kejadian postpartum blues.
kemungkinan dapat dipengaruhi oleh berbagai keterbatasan yang tidak dapat dihindari
seperti biasnya informasi, kemampuan mengingat tindakan dan komplikasi yang terjadi
ketika masuk masa persalinan.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil analisis data diatas mengenai bentuk Baby Blues
Syndrome pada Ibu pasca melahirkan di BPM Sri, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Perilaku Baby Blues Syndrome yang diitunjukan Ibu pasca melahirkan di BPM
sri antara lain gangguan emosional, gangguan tidur, gangguan makan, mudah
marah, mudah menangis, depresi, tidak tertarik pada bayinya.
3. Dampak dari Baby Blues Syndrome pada Ibu Pasca melahirkan di antara lain
gangguan aktifitas pasca melahirkan, bayi menangis terlalu lama setiap hari dan
bayi mengalami gangguan sulit tidur di malam hari.
1. Ibu Hamil Saran bagi ibu hamil yang melahirkan jika ibu mengalami gejala-
gejala Baby Blues Syndrome sebaiknya ibu beritahukan kepada suami,
keluarga, bidan atau dokter agar ibu mendapatkan solusi dan tidak menjadi
berkepanjangan atau bahkan menjadi hal yang lebih parah.
3. Bagi Keilmuan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Bagi para calon
pendidik Anak Usia Dini sebaiknya dibekali keilmuan untuk memahami
perkembangan prenatal dan postnatal guna memahami perkembangan anak dari
dalam kandungan hingga pasca melahirkan serta gangguan yang mungkin
terjadi.
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui
DAFTAR PUSTAKA