Anda di halaman 1dari 54

KAJIAN GENDER

DALAM KEBIDANAN

HIKMAH, SST, M.KES


TUJUAN PEMBELAJARAN

Mampu menganalisis kajian gender dalam


kebidanan
GENDER
KONSEP GENDER

PERBEDAAN SEKS DAN GENDER


5
SEK GENDE
S R

 Peranan, perilaku dan kegiatan yang dikonstruksikan


 Seks adalah alat kelamin, mengacu pada
secara sosial, yang dianggap oleh masyarakat sesuai
sifat-sifat biologis yang secara kasat mata untuk laki-laki atau perempuan.
berbentuk fisik yang mendefinisikan  Penggolongan Gender :
manusia sebagai perempuan atau laki- laki. Maskulin : karakter yang macho.
 Penggolongan jenis kelamin: Laki-laki.
Feminin : karakter yang lemah lembut.
Perempuan. Interseks (seseorang memiliki Androgini : karakter terletak diantara
karakteristik jenis kelamin laki-laki dan feminin dan maskulin.
perempuan).
6
SEK GENDE
S R

 Dapat berubah, contohnya peran dalam kegiatan


sehari-hari, seperti banyak perempuan menjad juru
masak jika di rumah, tetapi jika direstoran juru masak
 Tidak dapat berubah, contohnya alat lebih banyak laki-laki
kelamin laki-laki dan perempuan  Dapat dipertukarkan
 Tidak dapat dipetukarkan, contohnya  Tergantung budaya dan kebiasaan, contohnya di Jawa
jakun pada laki-laki dan payudara pada pada jaman penjajahan belanda kaum perempuan
perempuan tidak memperoleh hak pendidikan, setelah Indonesia
 Berlaku sepanjang masa, contohnya status merdeka perempan mempunyai kebebasan mengikuti
sebagai laki-laki dan perempuan pendidikan
7
SEK GENDE
S R

 Tergantung budaya setempat, contohnya pembatasan


 Berlaku dimana saja, contohnya dirumah, kesempatan dibidang pekerjaan terhadap perempuan
di kantor dan di manapun berada seorang dikarenkan budaya setempat antara lain diutamakan
laki-laki atau perempuan tetap laki-laki untuk menjadi perawat, guru TK, pengasuh anak.
dan perempuan  Bukan kodrat Tuhan, Merupakan budaya setempat,
 Merupakan kodrat Tuhan, contohnya laki- contohnya pengaturan jumlah anak dalam satu
laki mempunyai ciri-ciri utama yang keluarga
berbeda dengan ciri-ciri perempuan yaitu  Buatan manusia, contohnya laki-laki dan perempuan
jakun berhak menjadi calo ketua RT dan kepala desa bahkan
 Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan presiden
bisa haid, hamil, melahirkan dan
menyusui sedang laki-laki tidak
Benarkah sudah
terwujud kesetaraan
gender
PERAN GENDER

 Harapan masyarakat terhadap diri


seseorang berdasarkan pada jenis
kelaminnya
KONDISI YANG ADA

 Pembedaan ini telah sedemikian ketat


dibangun sehingga bila ada orang yang
menyalahi “aturan” tersebut akan dikatakan
menyimpang
 Peran yang diberikan oleh masyarakat pada
jenis kelamin tertentu dapat berubah
PEREMPUAN DAN GENDER

 Perempuan mengalami bias gender dalam setiap


tahap kehidupan Bias gender: pemikiran
berdasar pola pandang bahwa perempuan tidak
setara dengan laki-laki
 Perempuan mengalami diskriminasi gender
hampir dalam semua aspek kehidupannya
 Diskriminasi gender: Pembedaan perlakuan
berdasarkan peran gender yang menghalangi
seseorang menikmati hak menjalani kehidupan
secara penuh
BENTUK DISKRIMINASI GENDER

Steriotipe

Subordinasi

Marginalisasi

Beban ganda

Kekerasan (fisik, psikis, ekonomi)


Diskriminasi Gender

Gender sering melahirkan perilaku diskriminatif yang akan


menimbulkan dampak negatif, yaitu:
1. Steriotipe (pembakuan seperti: nilai baku, peran baku dan citra baku)
2. Subordinasi (pembawahan dalam hal status, kedudukan, fungsi, peran,
hak dan kewajiban, hukum)
3. Marginalisasi (tersingkir dari arus utama dalam hal ekonomi,
pendidikan, media, kesehatan, sosial dan politik)
4. Beban ganda (pembebanan yang berlipat ganda)
5. Kekerasan (fisik, psikis, ekonomi)
1. Steriotype

 Adalah pelabelan (terhadap jenis kelamin tertentu) atau


penandaan yang seringkali bersifat negatif, secara umum
seringkali melahirkan ketidakadilan.
 Misalnya: pandangan terhadap perempuan, bahwa tugas dan
fungsinya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan
kerumahtanggaan atau tugas domestik.
Contoh pelabelan:

 Perempuan dianggap cengeng, suka digoda.


 Perempuan tidak rasional, emosional.
 Perempuan tidak bisa mengambil keputusan penting.
 Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
tambahan.
 Laki-laki sebagai pencari nafkah utama.
 Akibatnya, ketika perempuan berada di ruang publik, maka jenis
pekerjaan dan kegiatannya sering hanyalah merupakan perpanjangan
peran domestiknya
 Contoh: karena perempuan pintar merayu, dianggap lebih tepat bekerja di
bagian penjualan
Laki-laki dianggap lebih tegas, sehingga lebih tepat kalau jadi pimpinan

Pelabelan sering lebih banyak merugikan


perempuan
2. Subordinasi

 Adalah adanya keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap


lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya
 Sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan perempuan lebih
rendah daripada laki-laki.
 Kenyataan masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang
gerak terutama perempuan di berbagai kehidupan
 Contoh: anak laki-laki dan perempuan tidak punya hak sekolah yang
sama
3. Marginalisasi

 Proses marginalisasi (pemiskinan) terhadap perempuan maupun laki-laki


 Misalnya: perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula
dikerjakan secara manual oleh perempuan, diambil alih oleh mesin yang
umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki. Sebaliknya, banyak lapangan
pekerjaan yang menutup pintu bagi laki-laki karena anggapan bahwa
mereka kurang teliti melakukan pekerjaan yang memerlukan kecermatan
dan kesabaran
 Guru TK, perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik, pembantu
rumah tangga dinilai sebagai pekerja rendah, sehingga
berpengaruh pada tingkat gaji/upah yang diterima
Contoh marginalisasi

1. Pemupukan dan pengendalian hama dengan teknologi baru yang dikerjakan oleh laki-
laki
2. Pemotongan padi dengan peralatan mesin yang membutuhkan tenaga dan keterampilan
laki-laki, menggantikan tangan-tangan perempuan yang dulu menggunakan ani-ani
3. Usaha konveksi yang lebih suka menyerap tenaga perempuan
4. Peluang menjadi pembantu RT lebih banyak diberikan kepada kaum perempuan
5. Banyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan perempuan seperti: guru TK,
sekretaris atau perawat yang dinilai lebih rendah dibandingkan pekerjaan laki-laki yang
berdampak pada pembedaan gaji yang diterima perempuan
4. Beban Ganda

 Sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah


beban kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin
tertentu.
 Observasi menunjukkan bahwa perempuan mengerjakan hampir 90%
dari pekerjaan RT, sehingga bagi mereka yang bekerja di luar rumah,
selain bekerja di wilayah publik mereka juga masih harus mengerjakan
pekerjaan domestik
Contoh:

1. Seorang ibu dan anak perempuannya mempunyai tugas untuk menyiapkan


makanan dan menyediakan di atas meja, kemudian merapikan kembali sampai
mencuci piring-piring kotor. Seorang bapak dan anak laki-laki setelah selesai makan,
mereka akan meninggalkan meja makan tanpa berkewajiban mengangkat dan
mencuci piring kotor mereka.
2. Beban kerja semacam itu juga terjadi pada laki-laki, contohnya sepulang dari kantor
sore hari, pada malam harinya masih harus siskamling untuk memenuhi tugasnya
sebagai warga masyarakat setempat
5. Kekerasan

 Suatu serangan terhadap fisik maupun mental/psikologi seseorang


 Fisik: perkosaan, pemukulan, penyiksaan
 Non fisik: pelecehan seksual, ancaman, paksaan
Contoh kekerasan gender

1. Suami membatasi uang belanja dan memonitor pengeluaran


secara ketat
2. Istri menghina/mencela kemampuan/kegagalan karier suami
PEREMPUAN DAN GENDER

 Masalah sosial yang tidak dianggap penting


 Perempuan menghadapi standar ganda
 Dianggap wajar perempuan mengalami
perlakuan tersebut
 Perempuan dikondisikan menerima ketidak
adilan tersebut bukan sebagai masalah
KONDISI YANG MEMPENGARUHI
PENERAPAN GENDER

 Adat lokal
 Materi pendidikan formal sejak dini
 Pendidikan dalam rumah
 Pendidikan umum masyarakat
KONDISI YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN
GENDER, KENAPA TERUS TERJADI

 Penerimaan dan permakluman


pada perilaku masa lalu yang
populer
 Ketidaksadaran akan bias gender
dan diskriminasi gender yang
masih terjadi saat ini
SEKSUALITAS, GENDER DAN
PEREMPUAN

Seksualitas tabu dibicarakan terutama bagi


perempuan
 Budaya seksualitas menempatkan urusan
pribadi menjadi urusan publik
 Budaya seksualitas tidak memihak pada
perempuan
 Mitos seksualitas tentang relasi
perempuan dan laki-laki
SEKSUALITAS, GENDER DAN KD

Stigma dan diskriminasi terhadap WPS,


waria dan LSL
 Relasi yang sangat timpang antara WPS
atau waria dengan pasangan seksnya
 Pelecehan terhadap LSL
 Laki-laki pelanggan WPS terjebak
dalam mitos kejantanan
SEKSUALITAS, GENDER DAN KD, RESIKO
IMS ATAU HIV

Stigma dan diskriminasi layanan pada


KD
 Pemahaman yang keliru tentang
kejantanan
 Pemahaman Gender yang keliru
dibawa dan terjadi dalam relasi
seksual
PERSOALAN SEKSUALITAS DAN JENDER

 Memberikan informasi yang benar tentang Seksualitas dan Jender


 Melakukan pendidikan dalam rangka penguatan dan pemberdayaan
 Melakukan advokasi pada penyedia layanan dan penyedia materi
pencegahan
Hubungan gender dan kesehatan reproduksi

Status kesehatan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor:

Gender berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia. Ada perilaku dan sikap yang berdampak negatif
terhadap status kesehatan reproduksi manusia

Ketidakadilan gender di berbagai aspek kehidupan lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan
laki-laki

Kualitas kesehatan perempuan berdampak terhadap kualitas generasi/keturunan dan kondisi sosial
ekonomi dan masyarakat
Issue Gender Dalam Elemen Kesehatan
Reproduksi Esensial

 Keterbatasan dalam Pengambilan


KESEHATA keputusan
 Perempuan dijadikan objek N IBU DAN  Keluarga mengutamakan laki-laki
intervensi
ANAK  Tuntutan ibu hamil untuk bekerja
 Perempuan PSK objek
tudingan sumber
permasalahan

PMS KB
 Rendah KB Suami
 Tidak dapat memilih KB
yg diinginkan
 Pengambilan keputusan yg
 KTD bias gender
 Aborsi Ilegal
KESPRO
(Ketidakadilan dlm
REMAJA
aspek hukum)
Issue Gender Dalam Elemen Kesehatan Reproduksi Esensial

1. Kesehatan ibu dan bayi (safe motherhood)


a. Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan berkaitan dengan kesehatan
dirinya. Misalnya: menentukan kapan hamil dan dimana akan melahirkan. Hal tersebut
berhubungan dengan kedudukan perempuan yang lemah di keluarga dan masyarakat
b. Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki, misal: 1) dalam
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang menempatkan bapak/anak laki-laki pada posisi
yang diutamakan daripada ibu dan anak perempuan. Hal tersebut sangat merugikan
kesehatan perempuan, terutama bila sedang hamil. 2)Tuntutan untuk tetap bekerja keras
pada ibu hamil seperti pada saat kondisi tidak hamil. 3) adanya pantangan bagi perempuan
yang sedang hamil untuk melakukan kegiatan/makan makanan tertentu yang cukup bergizi
2. Keluarga Berencana (KB)
a. Kesetaraan berKB yang timpang antara laki-laki dan perempuan. 98% akseptor
adalah perempuan yang selalu menjadi target sasaran
b. Perempuan tidak mempuanyai kekuatan untuk metode kontrasepsi yang
diinginkan, antara lain karena ketergantungan pada keputusan suami, informasi
yang kurang lengkap dari petugas kesehatan, penyediaan alat dan obat kontrasepsi
yang tidak memadai di tempat pelayanan
c. Pengambilan keputusan: partispasi laki-laki dalam berKB sangat kecil dan kurang,
namun kontrol terhadap perempuan dalam hal memutuskan untuk berKB sangat
dominan
d. Ada anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan karena kodrat perempuan
untuk hamil dan melahirkan
3. Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Ketidakadilan dalam membagi tanggung jawab, misalnya: pada pergaulan bebas,


remaja putri menjadi korban dan menanggung segala akibatnya (seperti: KTD, putus
sekolah). Ada kecenderungan untuk menyalahkan pihak perempuan, sedangkan remaja
putra seolah-olah terbebas dari segala permasalahan, walaupun ikut andil dalam
menciptakan permasalahan tersebut
b. Ketidakadilan dalam aspek hukum. Dalam tindakan aborsi illegal, yang diancam oleh
sanksi dan hukum adalah perempuan yang menginginkan tindakan aborsi tersebut,
sedangkan laki-laki yang menyebabkan kehamilan tidak tersentuh oleh hukum
4. Penyakit Menular Seksual (PMS)

a. Perempuan selalu dijadikan obyek intervensi dalam program pemberantasan


PMS, walau laki-laki sebagai konsumen justru memberikan kontribusi yang
besar pada permasalahan tersebut
b. Setiap upaya mengurangi praktik prostitusi, perempuan sebagai PSK selalu
menjadi obyek dan tudingan sumber permasalahan, sementara laki-laki yang
mungkin menjadi sumber penularan tidak pernah diintervensi dan dikoreksi
Bagaimana mewujudkan Kesetaraan gender
dalam keluarga?

Laki-laki dan perempuan saling mendukung dlm penyelesaian tugas


domestik.

Mengelola bersama pendapatan keluarga

Berpartisipasi bersama dlm peran sosial di masyarakat

Bersama-sama berdialog dlm pengambilan keputusan

Mempunyai akses yg sama terhadap informasi & sumberdaya


HAM
ICPD Cairo 1994:

Kesehatan reproduksi mencakup hak asasi manusia tertentu yang diakui dalam dokumen
hukum dan HAM nasional dan internasional:
1.Hak pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
jumlah dan jarak anak-anak mereka, dan untuk memiliki informasi dan sarana untuk
melakukannya
2.Hak untuk memperoleh standar tertinggi kesehatan reproduksi dan seksual
3.Hak untuk membuat keputusan yang bebas dari diskriminasi, paksaan, atau kekerasan

Dasar fundamental bagi pemerintah & masyarakat yang


didukung kebijakan & program di bidang kesehatan
reproduksi, termasuk. kesehatan seksual & KB
Mencegah dan Mengatasi Munculnya Isu Gender dalam
Kesehatan Reproduksi :

1. Dengan mengupayakan secara sungguh-sungguh dan terus menerus agar semua pelayanan
kesehatan menjadi “Peka Gender”
2. Jika petugas kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan bersikap “Pelayanan
Kesehatan yang Peka Gender”, misalnya dengan :
a. Memberikan pelayanan yang berkualitas yang berorientasi kepada kebutuhan klien, tanpa
perbedaan perlakuan, baik jenis kelamin maupun status sosial.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang memperhatikan kebutuhan yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan akibat kodrat masing-masing
c. Memahami sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit dan sikap
masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki yang sakit
d. Memamahami perbedaan perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan
e. Menyesuaikan pelayanan agar hambatan yang dihadapi oleh laki-laki dan perempuan akibat
hal tersebut diatas dapat diatasi.
Kesetaraan dan Keadilan Gender Berkaitan dengan
Keluarga Berencana

Dalam kesertaan ber-KB, termasuk dalam kasus kematian ibu dan infertilitas, kesetaraan dan
keadilan gender yang dapat diupayakan antara lain meliputi:
 Suami dan istri secara bersama merencanakan jumlah dan jarak kelahiran anak dengan
mempertimbangkan faktor usia, kesehatan, kesiapan mental dan ekonomi keluarga. Dengan
pembahasan dan upaya bersama ini istri tidak diabaikan dalam menetukan kesehatan
reproduksinya.
 Suami dan istri berupaya memperoleh informasi yang seimbang dan akurat tentang KB sehingga
keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama, bukan salah satu pihak saja. Keputusan
bersama untuk menjadi peserta KB seyogyanya didasari oleh pengetahuan yang tepat (well-
informed) sehingga dapat memberikan pilihan yang tepat atas obat/alat/metode kontrasepsi yang
dipilih ( informed choice). Informasi yang perlu diperoleh antara lain arti dan makna KB, siapa yang
dapat menjadi peserta KB, cara atau metode dan obat kontrasepsi berikut keuntungan dan
keterbatasannya serta tempat pelayanan yang dapat dikunjungi.
Kesetaraan dan Keadilan Gender Berkaitan dengan
Keluarga Berencana

 Suami dan istri secara bersama menentukan siapa yang sebaiknya menjadi peserta KB
berikut obat/metode kontrasepsi yang dipilih. Dengan kebersamaan ini tidak terjadi
pemaksaan terhadap suami atau istri melalui pertimbangan yang matang dilihat dari
berbagai aspek.
 Suami dan istri menanggulangi bersama permasalahan apabila terjadi kegagalan atau
komplikasi dengan cara mengunjungi tempat pelayanan yang tersedia di lingkungan
tempat tinggal mereka. Hal ini penting artinya karena keputusan siapa yang menjadi
peserta KB, metode/alat/obat kontrasepsi serta tempat dan tenaga pelayanan yang
dipilih telah diputuskan bersama.
 Suami dan istri perlu memeriksakan kesehatan secara bersama termasuk kesehatan
reproduksinya sehingga apabila terjadi kasus infertilitas dapat secara dini dicarikan jalan
keluar yang terbaik dan saling mendukung dalam pengobatan yang diperlukan, bukan
justru saling menyalahkan.
Kesetaraan dan Keadilan Gender Berkaitan dengan
Keluarga Berencana

 Suami dan istri perlu mengetahui usia sehat dan terbaik untuk hamil dan melahirkan serta
mempunyai informasi yang baik tentang tanda-tanda kehamilan termasuk tanda bahaya
kehamilan yang dapat berdampak buruk untuk istri dan janin.
 Suami dan istri senantiasa memperhatikan kesehatan dan asupan gizi bagi seluruh
keluarga, terutama ibu hamil serta memberikan perhatian yang memadai termasuk mental
ibu hamil mengingat bahwa kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang istimewa/luar
biasa, bukan biasa-biasa saja.
 Suami dan istri mempersiapkan sarana dan kebutuhan lain untuk menghadapi persalinan
yang aman.
Kesetaraan dan Keadilan Gender Berkaitan dengan
Peningkatan Kualitas Bayi dan Anak

Bayi dan anak mampu menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas di masa depan apabila
orangtua memahami sepenuhnya cara pengasuhan yang benar dan tepat sejak mereka masih
janin seperti telah disinggung dalam uraian tentang kehamilan dan persalinan untuk menghindari
kematian ibu. Peran serta tanggungjawab orangtua dan keluarga lain sangat diperlukan untuk
mencapai harapan ini dengan melakukan beberapa hal berikut :
 Suami dan istri saling mendukung dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan agar tumbuh
kembang bayi dapat optimal. Ketenangan mental dan Dukungan mengurus bayi dan urusan
rumah tangga dari suami merupakan salah bentuk dukungan yang sangat bermakna bagi
kelancaran pemberian ASI.
 Suami dan istri memiliki pemahaman yang sama mengenai tumbuh kembang bayi dan anak
serta memahami dengan benar cara pengasuhan tepat sesuai dengan usia perkembangan bayi
dan anak.
Kesetaraan dan Keadilan Gender Berkaitan dengan
Peningkatan Kualitas Bayi dan Anak

 Suami dan istri memiliki kesepakatan yang dijaga secara


konsisten dalam pengasuhan bayi dan anak untuk menjamin
ketepatan bayi dan anak mempelajari nilai-nilai dari orangtua
yang seyogyanya menjadi teladan bagi mereka.
 Suami dan istri sepakat akan pentingnya kepedulian dan
tanggungjawab terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup
yang bermutu bagi bayi dan anak untuk menjamin terwujudnya
SDM potensial bagi kehidupan gemilang di masa depan.
 Suami dan istri sepakat membedakan cara pengasuhan dan
perlakuan kepada anak berdasarkan kebutuhan dan keunikan
masing-masing anak bukan berdasarkan jenis kelamin.
Kesetaraan dan Keadilan Gender Berkaitan dengan
Peningkatan Kualitas Remaja

Apa yang harus dilakukan oleh suami istri selaku orangtua dan juga
remaja untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender bagi remaja
putri?
 Tidak mendesak anak perempuannya segera menikah tanpa
memberi kesempatan mengenyam pendidikan tinggi hanya karena
tidak ingin anaknya disebut ‘tidak laku’ atau alasan ekonomi atau
ingin cepat dapat cucu sebagai penerus dan kebanggaan keluarga.
 Orangtua menempatkan posisinya sebagai pengayom anak dan
memberi peluang yang sama untuk mengenyam pendidikan tinggi
sesuai minat dan kemampuan mereka, bukan dibedakan berdasar
jenis kelamin.
 Orangtua wajib memahami usia yang tepat untuk menikah dan hamil
bagi anak perempuannya sehingga tidak melakukan pemaksaan
kepada anak mereka.
Kesetaraan dan Keadilan Gender Berkaitan dengan
Peningkatan Kualitas Remaja

 Orangtua tidak lagi beranggapan bahwa tempat atau kedudukan perempuan di


rumah/dapur namun justru memberi peluang mengenyam pendidikan tinggi dan
bergaul luas dengan tetap memberikan bimbingan untuk mematuhi nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat.
 Orangtua senantiasa berusaha mencari informasi tentang kehidupan remaja dan
mengasah keterampilannya dalam memberikan pengasuhan yang tepat agar pada
waktunya nanti remaja siap memasuki kehidupan berkeluarga yang bermutu.
 Remaja mengikuti berbagai kegiatan positif di dalam sekolah dan lingkungan
masyarakat untuk memperluas wawasan dan mendewasakan usia perkawinan.
 Remaja berusaha mencari iniformasi yang tepat mengenai kesehatan reproduksi,
kehidupan remaja sehat dan penyiapan kehidupan berkeluarga kepada guru, pendidik
atau konselor sebaya di lingkungannya atau melalui Pusat informasi dan Konseling
(PIK) Remaja/Mahasiswa.
Kesetaraan dan Keadilan Gender dari Sisi Program

Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


KIE bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan merubah sikap/perilaku individu,
kelompok/masyarakat terhadap program KB. Pelayanan KIE yang responsif gender dapat dilihat dari
faktor petugas, isi pesan, sasaran, tampat dan waktu dengan ciri antara lain:
 Petugas yang melaksanakan KIE memahami dengan tepat kebutuhan/kepentingan
perempuan dan laki-laki akan informasi yang lengkap dan akurat tentang KB, kesehatan
reproduksi, peningkatan kualitas bayi dan anak, peningkatan kualitas remaja, peningkatan kualitas
hidup Lansia dan pemberdayaan ekonomi keluarga.
 isi pesan yang dikembangkan memperhatikan prioritas kepentingan perempuan dan laki-laki secara
seimbang sesuai kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
 Sasaran KIE perempuan dan laki-laki tidak salah satu pihak saja.
 Tempat dan waktu pelaksanaan KIE memungkinkan perempuan dan laki- laki memperoleh
informasi yang akurat tanpa dibatasi/dihalangi oleh tempat dan waktu.
Kesetaraan dan Keadilan Gender dari Sisi Program

Pelayanan Komunikasi Inter Personal/Konseling


 Komunikasi inter personal/konseling merupakan bentuk percakapan tatap
muka dua arah antara klien dengan petugas yang dilakukan dengan tujuan
untuk membantu klien mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya
secara sadar dan sukarela.
 Untuk itu selain mempunyai keterampilan konseling, seorang petugas juga
perlu memiliki kepekaan gender, yaitu mampu memahami kepentingan
perempuan dan laki-laki. Dengan demikian Klien merasa puas dan tidak
merasa diabaikan. Petugas bersedia mendengarkan pendapat, keluhan dan
pertanyaan klien dengan tuntas, baik klien perempuan maupun laki-laki.
Pelayanan ini terutama dilakukan sebagai persiapan awal seseorang yang
berminat/berniat menjadi peserta KB.
Kesetaraan dan Keadilan Gender dari Sisi Program

Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi


Pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang diberikan hendaknya
memperhatikan kebutuhan perempuan dan laki-laki secara seimbang yang diwujudkan
dengan beberapa hal berikut.
 Alat/obat/metode kontrasepsi yang disediakan pada tempat-tempat pelayanan KB
memenuhi keinginan istri dan suami, seperti IUD, pil, implant, tubektomi/MOW, kondom
dan vasektomi/MOP.
 Pelayanan kesehatan reproduksi memenuhi kepentingan perempuan dan laki-laki
dengan mempertimbangkan kesehatan sepanjang kehidupan individu, yang meliputi
KB, kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi laki-
laki, HIV-AIDS dan kesehatan Lansia.
Kesetaraan dan Keadilan Gender dari Sisi Program

Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi


 Petugas pelayanan mampu memberikan pelayanan kepada suami dan istri
calon dan peserta KB sesuai dengan pilihan dan keperluan mereka setelah
mendapat informasi akurat dan konseling dari petugas berwenang.
 Petugas pelayanan mampu memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
kepada perempuan dan laki-laki sesuai dengan informasi dan jenis pelayanan
yang diperlukan. Pelayanan yang diberikan juga mencakup pelayanan
rujukan ke tempat pelayanan yang lebih tinggi apabila tempat pelayanan yang
dituju sebelumnya tidak dapat memenuhi kepentingan klien.
Kesetaraan dan Keadilan Gender dari Sisi Program

Pelayanan Kegiatan Peningkatan Kualitas dan Ketahanan Keluarga


 Pelayanan meliputi bina keluarga balita melalui kelompok BKB, bina keluarga
remaja melalui kelompok BKR dan PIK remaja/mahasiswa, serta pelayanan bina
keluarga Lansia melalui kelompok BKL. Sasaran utama dari setiap kegiatan adalah
keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu bukan hanya salah satu pihak saja, yaitu
keluarga yang memiliki Balita dan anak, keluarga yang memiliki remaja serta
keluarga yang memiliki Lansia atau keluarga Lansia itu sendiri.
 Pelayanan Bina-bina keluarga, mulai dari KIE sampai dengan pelaksanaan
pertemuan rutin seharusnya melibatkan ayah dan ibu, laki- laki dan perempuan
dalam keluarga sebagai upaya meningkatkan kualitas dan ketahanan keluarga.
Upaya mewujudkan keluarga berkualitas merupakan tanggungjawab bersama,
bukan hanya istri atau suami saja.
Kesetaraan dan Keadilan Gender dari Sisi Program

Pelayanan Kegiatan Peningkatan Kualitas dan Ketahanan Keluarga


 Kegiatan bina-bina keluarga yang diupayakan dapat dihadiri oleh ayah
dan ibu juga merupakan salah satu upaya untuk memperkecil atau
menghapuskan stereotip/citra baku bahwa urusan keluarga dalam ranah
domestik merupakan urusan mutlak perempuan/ibu.
 Kepedulian dan konsistensi para kader tentang pentingnya kehadiran
serta tanggungjawab suami dan istri dalam kegiatan bina-bina
keluarga sangat diperlukan. Untuk itu para kader seyogyanya
merencanakan waktu dan tempat pelaksanaan pertemuan bina-bina
keluarga melalui kesepakatan dengan para keluarga.

Anda mungkin juga menyukai