Anda di halaman 1dari 10

Assalamualaikum wr.

wb
Perbedaan Keistimewaan Laki-laki & Perempuan

Kelompok 7
• Nyayu Rahmah Nurjannah
• Wina Olivia Rahayu
• Balkis Bahira
• Agi Agustio

Dosen Pengampu : Dr., HERI JUNAIDI, M.A.


A.Perbedaan Keistimewaan Laki-Laki dan Perempuan di
Masyarakat
Konstruksi terhadap gender yang dibangun oleh masyarakat menimbulkan pandangan tentang
bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya. Perempuan dianggap cenderung dengan sisi feminin
sedangkan laki-laki cenderung dengan sisi maskulin, namun sebenarnya keduanya memiliki sisi
feminin maupun maskulin yang terlihat dalam diri individu. Dalam berbagai bidang kehidupan masih
sering dijumpai perbedaan yang sangat terlihat jelas mengenai peran, posisi, dan sifat laki-laki
maupun perempuan.
Ekspektasi yang dibentuk secara sosial tidak terjadi secara tiba-tiba, namun pemahaman individu dan
konstruksi peran gender yang dibentuk oleh pengaruh budaya dan berasal dari pemikiran sebelumnya.
Sampai saat ini gender terus melekat dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa disadari pemahaman atau
pemikiran sebelumnya terus terbawa hingga kini dan membentuk persepsi masyarakat.Adanya budaya
patriarki ini sangat tidak disetujui oleh filsafat feminism karena menyebabkan adanya ketimpangan
gender di kalangan masyarakat. Seorang laki-laki lah yang diberi hak istimewa oleh budaya patriarki di
tingkat keluarga, hal inilah yang menyebabkan ketidak adilan terhadap kaum perempuan, dimana
perempuan tidak diberi kontrol terhadap sumberdaya. Yang akhirnya berujung pada pembatasan hak yang
mengakibatkan munculnya masalah pada untutan peran, tugas, kedudukan dan kewajiban yang
seharusnya dilakukan oleh laki-laki/perempuan dan yang tidak seharusnya dilakukan oleh laki-laki atau
perempuan.
Perbedaan Laki-Laki dan Perempuan dalam Konsep Gender dan Jenis Kelamin

Dalam Konsep Gender


• Menyangkut pembedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan
sebagai hasil kesepakatan atau hasil bentukan masyarakat
• Sebagai konsekuensi dari hasil kesepakatan masyarakat, maka pembagian peran laki-laki
adalah mencari nafkah dan bekerja di sektor publik, sedangkan peran perempuan di
sektor domestik dan bertanggung jawab  masalah rumah tangga
• Peran sosial dapat berubah: Peran istri sebagai ibu rumah tangga dapat berubah menjadi
pencari nafkah, disamping menjadi istri juga
• Peran sosial dapat dipertukarkan: Untuk saat-saat tertentu, bisa saja suami tidak
memiliki pekerjaan sehingga tinggal di rumah mengurus rumah tangga, sementara istri
bertukar peran untuk bekerja mencari nafkah bahkan sampai ke luar negeri.
Dalam Konsep Jenis Kelamin
• Menyangkut perbedaam organ biologis laki-laki dan perempuan, khususnya pada bagian-
bagian alat reproduksi
• Sebagai konsekuensi dari fungsi alat-alat reproduksi, maka perempuan mempunyai fungsi
reproduksi seperti menstruasi, hamil, melahirkan & menyusui sedangkan laki-laki
mempunyai fungsi membuahi (spermatozoid)
• Peran reproduksi tidak dapat berubah. Sekali menjadi perempuan dan sebaliknya
• Peran reproduksi tidak dapat dipertukarkan tidak mungkin laki-laki melahirkan dan
perempuan membuahi
PERAN GENDER
Peran gender terbentuk melalui berbagai sistem nilai termasuk nilai-nilai adat, pendidikan, agama, politik,
ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi,
dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan.  Mengurus anak,
mencari nafkah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, dan lain-lain) adalah peran yang bisa
dilakukan oleh laki-laki maupun  perempuan,  sehingga  bisa  bertukar  tempat tanpa  menyalahi kodrat. 
• KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER
Kesetaraan gender adalah kondisi dimana perempuan dan laki-laki menikmati status yang
setara & memiliki kondisi yang sarna untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi dan
potensinya bagi pembangunan di segala bidang kehidupan. Kesetaraan gender memiliki kaitan dgn
keadilan gender. Keadilan gender merupakan suatu proses dan perlakuan adil terhadap laki – laki
dan perempuan. Sebagaimana  ditegaskan oleh ILO (2000) bahwa keadilan gender sebagai keadilan
perlakuan terhadap perempuan & laki-laki, berdasarkan kebutuhan masing-masing. Ini mencakup
perlakuan sama atau perlakuan yang berbeda tapi dianggap setara dalam hal hak, keuntungan,
kewajiban dan kesempatan. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban
ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Dalam beberapa situasi masih ada orang yg masih berpikir bahwa membicarakan kesetaraan gender
adalah sesuatu yang mengada-ada atau hal yg terlalu dibesarkan. Kelompok orang yg berpikir seperti
ini menganggap bahwa kedudukan perumpuan dan laki-laki dalam keluarga maupun masyarakat
memang harus berbeda. Misalnya saja tanggapan baha “Perempuan tidak perlu sekolah yg tinggi, toh
nantinya akan kembali juga masuk dapur”.
B. Pembatasan antara Laki-Laki dan Perempuan di
Masyarakat beserta Implikasinya

Masyarakat kebanyakan membatasi peran yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan,
misalnya seorang laki-laki memasak di dapur atau mengendong anak, itu merupakan hal atau tindakan
yang tidak seharusnya laki-laki lakukan, juga sebaliknya seorang perempuan yang sering keluar rumah
untuk bekerja, itu juga dianggap hal yang tabu. Hal ini membentuk bahwa laki-laki sangat maskulin
dimana ia agresif, tegas dan rasional. Sedangkan perempuan sangat feminin ia merupakan sosok yang
lemah-lembut, perasa, sensitif dan intuitif. Perbedaan ini diterjemahkan ke setiap jenis kelamin hingga
menimbulkan sebuah pola pemikiran, perasaan, hingga perilaku khusus. Pemikiran ini membentuk
bahwasannya seorang perempuan harus tunduk dan mendengarkan kontrol/harus dibatasi oleh laki-laki.

Proses ini telah berjalan cukup lama dan sangat baik di kehidupan manusia serta menjadi berakar membuat
kita sulit membedakan sifat gender. Maka sudah jelas di sini gender bukan sebuah kodrat dan bukan juga
sebuah jenis kelamin, itu berbeda. Berdasarkan dari perbedaan gender ini melahirkan banyak ketidakadilan
antara kaum laki-laki dan terutama pada perempuan. Perbedaan gender ini tidak menjadi sebuah masalah
besar jika tidak menimbulkan ketidakadilan gender (inequalities).
KEYAKINAN GENDER BENTUK KETIDAKADILAN GENDER
1. Perempuan lembut & bersifat emosional 1. Tidak boleh menjadi manajer/pemimpin sebuah
2. Perempuan pekerjaan utamanya di institusi
rumah & kalau bekerja hanya membantu 2. Dibayar lebih rendah & tidak tidak kedudukan
suami (tambahan) yang tinggi/penting
3. Lelaki berwatak tegas dan rasional 3. Cocok menjadi pemimpin dan tidak pantas
kerja dirumah & memasak

FAKTOR PENYEBAB KESENJANGAN GENDER


1. Nilai sosial dan budaya Patriarki
Implikasi Pembagian Kerja Gender
2. Produk dan peraturan UU yg masih bias gender 1. Perempuan menjalankan pekerjaan yg beragam
3. Pemahaman ajaran agama yg tidak komprehensif dan & pergantian peran yg lebih banyak & cepat
cenderung parsial daripada laki-laki
4. Kelemahan,kurang percaya diri, tekad & inkonsistensi 2. Pekerjaan perempuan lebih berhubungan dgn
perempuan dalam memperjuangkan nasibnya rumah tangga serta reproduktif sementara laki-
5. Kekeliruan persepsi para pengambil keputusan, tokoh laki lebih bertanggung jawab untuk melakukan
masyarakat dll, terhadap arti dan makna kesetaraan dan pekerjaan yg lebih nyata terlihat oleh
kesenjangan gender masyarakat seperti ekonomi dan politik.
C. Implikasi yang disebabkan oleh perbedaan gender

Perbedaan gender sesunggunhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan
gender (Gender Inequality). Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-
laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender itu menurut para feminis
akibat dari kesalahpahaman terhadap konsep gender yang disamakan dengan konsep seks.

Ketidakadilan tersebut bisa disimpulkan dari manifestasi ketidakadilan yakni:


1.Marginalisasi adalah suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin
yang mengakibatkan kemiskinan.Contohnya: Guru TK, perawat, pekerja konveksi,
buruh pabrik, pembantu rumah tangga dinilai sebagai pekerja rendah, sehingga
perempuan menerima tingkat gaji/upah yang diterima.
2.Subordinasi adalah suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang
dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Contohnya: Masih
sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi atau peran pengambil
keputusan atau penentu kebijakan disbanding laki-laki.
3.Stereotype berarti pemberian citra baku atau cap kepada seseorang/kelompok yang
didasarkan pada suatu anggapan yang salah,Pelabelan juga menunjukkan adanya
relasi kekuasaan yang timpang atau tidak seimbang.Contohnya:Perempuan dianggap
cengeng, suka digoda.
4.Kekerasan (violence) artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang
dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyarakat atau
negara terhadap jenis kelamin lainnya.Contohnya:Kekerasan fisik maupun non fisik
yang dilakukan oleh suami terhadap isterinya di dalam rumah tangga.Pemukulan,
penyiksaan yang mengakibatkan perasaan tersiksa dan tertekan.
5.Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu
jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin.Contohnya:Pembantu rumah
tangga,mereka mengalami beban yang berlipat ganda.
Terimakasih
WASSALAMUALAIKUM
WR.WB

Anda mungkin juga menyukai