Anda di halaman 1dari 25

MEMAHAMI

MEMAHAMI PERSPEKTIF
PERSPEKTIF
GENDER
GENDER ::
Membangun
Membangun Relasi
Relasi yang
yang Adil
Adil
Antara
Antara Laki-laki
Laki-laki dan
dan Perempuan
Perempuan

Veronika Gunartati
PERBEDAAN JENIS KELAMIN - GENDER

JENIS KELAMIN (SEKS) GENDER


Perbedaan organ biologis Perbedaan peran, fungsi,
laki-laki dan perempuan dan tanggungjawab
khususnya pada laki-laki dan perempuan
bagian reproduksi. hasil konstruksi sosial

 Ciptaan Tuhan  Buatan manusia


 Bersifat kodrat  Tidak bersifat kodrat
 Tidak dapat berubah  Dapat berubah
 Tidak dapat ditukar  Dapat ditukar
 Berlaku sepanjang zaman  Tergantung waktu dan
& di mana saja budaya setempat
PERBEDAAN PERAN GENDER
Laki-laki Perempuan

Maskulin : kuat, gagah, Feminin : lembut , perhatian,


perkasa, pemberani, tegas, perasa , emosional, mengalah,
rasional, terus terang, suka beraninya di belakang,
menantang, agresif, dst bergantung, submisif, dst

Harus berkerja di luar rumah Diberi tempat di dalam rumah


untuk kerja produksi / untuk kerja domestik dan
menghasilkan uang reproduksi

Karena harus menanggung Tidak perlu bekerja mencari


beban keluarga maka harus nafkah, kalaupun bekerja
diupah secara utuh dianggap sbg pelengkap

Melahirkan KETIDAKADILAN GENDER karena oleh


masyarakat sering disalahartikan sebagai “kodrat”
PEMBEDAAN
PEMBEDAAN SIFAT,
SIFAT, FUNGSI,
FUNGSI, RUANG
RUANG
DAN
DAN PERAN
PERAN GENDER
GENDER DALAM
DALAM MASYARAKAT
MASYARAKAT

LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIFAT Maskulin Feminin

FUNGSI Produksi Reproduksi

RUANG
Publik Domestik
LINGKUP
TANGGUNG
Nafkah utama Nafkah tambahan
JAWAB
BENTUK-BENTUK
BENTUK-BENTUK
KETIDAKADILAN
KETIDAKADILAN GENDER
GENDER

• Marginalisasi
• Subordinasi
• Pelabelan/Citra Baku/Stereotype
• Beban Ganda/Double Burden
• Tindak Kekerasan/Violence
MARJINALISASI
PROSES PEMINGGIRAN AKIBAT PERBEDAAN JENIS
KELAMIN YANG MENGAKIBATKAN KEMISKINAN

 Kerja domestik tidak dihargai setara dengan pekerjaan


publik
 Perempuan sering tidak mempunyai akses terhadap
sumber daya ekonomi, waktu luang dan pengambilan
keputusan .
 Perempuan kurang didorong / atau memiliki kebebasan
kultural untuk memilih karir daripada rumah tangga atau
akan mendapat sanksi sosial.
 Perempuan sering mendapat upah yang lebih kecil
dibanding lelaki untuk jenis pekerjaan yang setara
MARGINALISASI / PEMINGGIRAN

 Perempuan sering menjadi korban pertama jika terjadi


PHK
 Izin usaha perempuan harus diketahui
ayah (jika masih lajang & suami jika sudah
menikah, permohonan kredit harus seizin suami
 Pembatasan kesempatan di bidang pekerjaan tertentu
terhadap perempuan
 Ada beberapa pasal hukum dan tradisi yang
memperlakukan perempuan tidak setara dengan laki-laki
: harta waris, gono-gini, dst.
 Kemajuan teknologi sering meminggirkan
peranserta perempuan
SUBORDINASI /PENOMORDUAAN
• Masih sedikit perempuan yang berperan dalam
level pengambil keputusan dalam organisasi /
pekerjaan
•Perempuan yang tidak menikah atau tidak punya
anak dianggap lebih rendah secara sosial
sehingga ada alasan untuk poligami.
•Perempuan dibayar sebagai pekerja lajang atau
bahkan dikeluarkan karena alasan menikah atau
hamil,
•Ada aturan pajak penghasilan perempuan lebih
tinggi dari laki-laki karena perempuan dianggap
lajang.
• Beberapa pasal hukum tidak menganggap
perempuan setara dengan laki-laki misalnya :
pendirian izin usaha, pengelolaan harta (suami
wajib mengemudikan harta pribadi isteri)
STEREOTIPE (PELABELAN NEGATIF)

 Perempuan : sumur - dapur – kasur - macak - masak –


manak : “sekedar ibu rumah tangga” dan dianggap sebagai
pengangguran, kalaupun bekerja dianggap sebagai
perpanjangan peran domestik : guru TK, sekretaris, bagian
penjualan, dst.
 Perempuan emosional, tidak rasional dan tidak mandiri
sehingga tidak berhak pada fungsi perwakilan dan
pemimpin.
 Perempuan tidak mampu mengendalikan syahwat jika diberi
kekebasan : tradisi sunat perempuan, perda tentang
larangan keluar malam bagi perempuan, janda dianggap
sebagai berpotensi mengganggu rumah tangga orang.
 Pria: tulang punggung keluarga dan pencari nafkah tidak
peduli seperti apapun kondisinya, jika gagal dicap sbg “tidak
bertanggungjawab”.
 Pria : Kehebatannya dilekatkan pada kemampuan seksual
dan karirnya, menganggap “wajar” jika laki-laki menggoda
perempuan, selingkuh, poligami, dst.
DOUBLE BURDEN
(BEBAN GANDA)

Contoh:
a. Beban pekerjaan di rumah tidak berkurang
dengan adanya peran publik dan peran
pengelolaan komunitas (walaupun
perempuan telah masuk dalam peran
publik/meniti karier peran dalam rumah
tangga masih besar);
b. Pekerjaan dalam rumah tangga, sebagian
besar dikerjakan ibu dan anak perempuan
sedangkan ayah dan anak lelaki terbebas
dari pekerjaan domestik.
DOUBLE BURDEN (BEBAN GANDA)
 Perempuan sebagai perawat, pendidik anak,
pendamping suami, juga pencari nafkah tambahan,
 Perempuan pencari nafkah utama masih harus
mengerjakan tugas domestik,
 Lelaki meski bekerja sebagai mencari nafkah, tetap
harus terlibat dalam peran sosial kemasyarakatan,
karena tidak dapat diwakili oleh perempuan.
VIOLENCE / KEKERASAN THD PEREMPUAN
FISIK & NON FISIK
 Larangan untuk belajar atau mengembangkan karir
 Penggunaan istilah yang menyebut ciri fisik atau status sosial :
bahenol, janda kembang, perawan tua, nenek lincah, dst,
 Tindakan yang diasosiasikan sebagai pernyataan hasrat seksual :
kerdipan, suitan, rangkulan, green jokes,
 Pemaksaan atau sebaliknya pengabaian penggunaan kontrasepsi,
 Pencabulan, perkosaan, inses,
 Pembatasan atau pengabaian pemberian nafkah
 Penggunaan genitalitas perempuan sbg alat penaklukan baik pada
masa damai ataupun perang,
VIOLENCE (Kekerasan)
FISIK MAUPUN NON FISIK

 Perselingkuhan atau poligami tanpa izin isteri,


 Pemukulan atau penyiksaan fisik lain,
 Pengurungan di dalam rumah,
 Pemasungan hak-hak politik
 Pemaksaan perkawinan
 Pemaksaan pindah agama mengikuti agama pasangan,
Perendahan martabat laki-laki dan perempuan semata-
mata sebagai objek seks dalam iklan,
 Pria yang tidak “macho” atau maskulin atau gagal di
bidang karir dianggap kurang laki-laki, dan akan
dilecehkan dalam masyarakat.
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER

 Keadilan dan kesetaraan adalah gagasan dasar, tujuan


dan misi utama peradaban manusia untuk mencapai
kesejahteraan,
 Membangun keharmonisan kehidupan bermasyarakat,
bernegara dan membangun keluarga berkualitas,
 Jumlah penduduk perempuan hampir setengah (49,9%)
dari seluruh penduduk Indonesia dan merupakan potensi
yang sangat besar dalam mencapai kemajuan dan
kehidupan yang lebih berkualitas
KESETARAAN GENDER

 Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan


perempuan untuk memperoleh kesempatan
serta hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan pertahanan &
keamanan nasional (hankamnas) serta
kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan
KEADILAN GENDER

Suatu perlakuan adil terhadap perempuan


dan laki-laki. Perbedaan biologis tidak bisa
dijadikan dasar untuk terjadinya
diskriminasi mengenai hak sosial, budaya,
hukum dan politik terhadap satu jenis
kelamin tertentu.
Dengan keadilan gender berarti tidak ada
pembakuan peran, beban ganda,
subordinasi, marginalisasi dan kekerasan
terhadap perempuan maupun laki-laki.
TERWUJUDNYA KESETARAAN DAN
KEADILAN GENDER
Ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki dan dengan demikian
mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan
serta memperoleh manfaat yang setara dan
adil dari pembangunan
FAKTOR-FAKTOR
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
PENYEBAB
TERJADINYA
TERJADINYA KETIDAKADILAN
KETIDAKADILAN GENDER
GENDER
 Nilai sosial dan budaya patriarkhi = pranata
kehidupan yang berdasarkan pandangan laki-
laki.
 Produk dan peraturan perundang-undangan
yang masih bias gender;
 Pemahaman ajaran agama yang tidak
komprehensif dan cenderung
parsial;..\..\EAPI\Paradigm\paradigm shifts\Church fathers.ppt
 Kelemahan kurang percaya diri, tekad &
inkonsistensi kaum perempuan sendiri dlm
memperjuangkan nasibnya;
 Pemahaman para pemimpin dan pengambil
keputusan terhadap makna Kesetaraan dan
Keadilan Gender yang belum mendalam.
WOMEN EMPOWERMENT
(PEMBERDAYAAN PEREMPUAN)

Usaha sistematis dan terencana


untuk memperbaiki kondisi dan
posisi perempuan dalam
kehidupan berkeluarga dan
bermasyarakat
MENGAPA PERANAN PEREMPUAN PENTING

 Diskriminasi berdasarkan Gender terjadi pada


seluruh aspek kehidupan di seluruh dunia

 Kesenjangan Gender dalam kesempatan dan


kontrol atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan
dan politik terjadi dimana-mana

 Perempuan dan anak perempuan menanggung


beban paling berat akibat ketidak setaraan yang
terjadi
MAKA

 Kesetaraan Gender menjadi persoalan


pokok pembangunan

 Kesetaraan Gender memperkuat negara


untuk berkembang, mengurangi
kemiskinan, dan memerintah secara
efektif

 Mempromosikan kesetaraan gender


adalah bagian utama pembangunan
 Keberhasilan pembangunan nasional di
Indonesia, baik oleh pemerintah, swasta
maupun masyarakat sangat tergantung dari
peran serta laki-laki dan perempuan sebagai
pelaku dan pemanfaat pembangunan

 Hingga saat ini peran perempuan belum


dioptimalkan, oleh karena itu program
pemberdayaan perempuan menjadi agenda
bangsa dan memerlukan dukungan semua pihak
RANGKUMAN
 Ketidakadilan berbasis gender terjadi pada laki-
laki dan perempuan.
 Laki-laki dan perempuan hendaknya saling
mendukung dan tidak saling mendiskriminasi
untuk mewujudkan kepenuhan martabat
manusia (the fullness of human dignity)
 Proses penyadaran gender harus dimulai
dengan mengubah paradigma/ pola pikir tiap
individu, dilanjutkan pada keluarga dan tingkat
sosial yang lebih tinggi.
 Proses penyadaran masyarakat tentang gender
membutuhkan perjuangan yang panjang dan
konsisten.
RANGKUMAN
 Sadar dan terbuka terhadap pranata baru yang
egaliter, saling menghargai, kosmopolit dan
lintas budaya,
 Tidak berhenti pada tingkat wacana tetapi
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pada
tingkat personal, keluarga dan tingkat sosial
yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai