KREATIVE
Disusun oleh:
Ayu Robillah (2317080)
Kholivia Indriastuti (2317084)
Ega Novitasari (2317092)
Restu Hestiningsih (2317098)
KELAS A
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah pada mata kuliah praktek entrepreneurship dengan judul “management lembaga
berbasis kreatif”’ Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW. yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al- Qur’an dan Sunnah
untuk keselamatan umat di dunia dan akhirat.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktek entrepreneurship
Semester V pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah
Institut Islam Agama Negeri Pekalongan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISI
1
Yuliana dan Nurhadi, Ekonomi SMA/MA Kelas XII (Jakarta: Bumi Aksara,2012),
hlm.6b4-73
memerlukan dukungan manajemen organisasi yang lebih fleksibel terhadap
perubahan.
Dalam situasi lingkungan yang selalu berubah-ubah diperlukan struktur
organisasi yang dinamik. Struktur organisasi yang tepat diterapkan di lembaga
pendidikan pengembangan edupreneurship adalah menggunakan struktur organik.
Organic structure merupakan struktur organisasi yang menerapkan sistem
desentralisasi. Otoritas untuk membagi tugas dan perannya dipegang oleh manajer
level menengah (ketua program studi). Garis perintah tidak selalu vertikal tetapi
juga mempertimbangkan lingkungan sejawat (horizontal) dengan mendorong
pendidik/staf organisasi untuk bekerja sama dan merespon dengan cepat jika ada
kejadian yang tidak sesuai dengan harapan.
Supaya pengelolaan edupreneurship lebih fleksibel dan mampu
beradaptasi dengan kebutuhan lingkungan, maka dalam satu sekolah perlu
dibangun beberapa satuan tugas. Tiap satuan tugas dipimpin oleh ketua yang ahli
dalam bidangnya. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda oleh
sebab itu menempatkan orang pada posisi jabatan tertentu harus memperhatikan
kemampuannya. Pimpinan dalam instansi harus bisa melihat kemampuan atau
kompetensi pegawainya sehingga bisa menempatkan dalam posisi yang pas,
karena hal ini akan berpengaruh terhadap kinerjanya.
Struktur organisasi pendukung edupreneurship minimal memiliki tiga
satuan tugas yaitu: akademik, non akademik dan profit. Bagian akademik
berusaha untuk menggenjot prestasi akademik siswa, merancang kegiatan dan
membuat proposal-proposal pengajuan dana kegiatan ke berbagai instansi
pendonor. Bagian non akademik bertugas menyiapkan sikap dan kepribadian
siswa dalam bekerja maupun bermasyarakat. Bagian profit menggali sumber dana
dari berbagai sumber daya yang dimiliki. Tiga satuan tugas ini bekerja secara
sinergis untuk menyeimbangkan antara hard skill dan soft skill (cipta, rasa dan
karsa atau knowledge, skill dan attitude). 2
2
Endang Mulyatiningsih, dkk, Pengembangan Edupreneurship Sekolah Kejuruan
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,2014), hlm.51-52
Fungsi-fungsi Management Edupreneurship yaitu :
3
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 3
4
Suryosubroto, Manajamen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 210.
dilakukan untuk mempertahankan produk-produk yang sudah ada agar tetap
eksis.5
Karakteristik sosial ekonomi pelanggan atau konsumen perlu
dipertimbangkan pada saat melakukan pemasaran. Masyarakat kalangan
sosial ekonomi atas sulit menjadi pelanggan yang setia karena karakter
mereka dinamis, memiliki ekspektasi semakin tinggi, dan suka menuntut
kualitas yang tinggi. Hal ini karena kalangan sosial ekonomi atas
memiliki kemampuan membeli yang tinggi sehingga mereka bebas memilih
tempat maupun merek produk membeli.
5. Strategi pemasaran edupreneurship
Strategi pemasaran yang sering digunakan oleh penjual jasa atau produk
adalah marketing mix atau bauran pemasaran. Bauran pemasaran terdiri dari
4P yaitu product, price, place dan promotion untuk produk barang. Bauran
pemasaran kemudian berkembang menjadi 7P dengan menambah 3P
lainnya, yaitu: People (Orang), Physical Evidence (Bukti Fisik), dan
Process (Proses). Produk layanan jasa pendidikan lebih cocok menggunakan
bauran pemasaran 7P.6
C. Quality Control dalam Edupreneur
Berbicara tentang mutu berarti bicara tentang sesuatu bisa barang atau jasa.
Barang yang bermutu adalah barang yang sangat bernilai bagi seseorang, barang
tersebut secara fisik sangat bagus, indah, elegant mewah, antik, tidak ada cacatnya
dan berhubungan dengan kebaikan, keindahan, kebenaran, dan idealitas.
1. Goetsch dan Davis (1994), mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan
5
Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 167
6
Phillip Kotler & Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis
Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian Buku Dua (Jakarta: Salemba Empat, 2001), 51-52.
2. Crosby (1983) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian individual
terhadap persyaratan/tuntutan.
3. Ishikawa (1992) katakan bahwa “quality is customer satisfaction” dengan
demikian mutu tidak dapat dipisahkan dari kepuasan pelanggan.7
Mutu dapat diukur dari kepuasan pelanggan atau pengguna. Menurut Zahroh, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam implementasi Total Quality
Management yaitu sebagai beerikut :
Fungsi Quality Control tentu sangat strategis, pada tahapan ini dapat
menjamin kepuasan tiga aspek tersebut dan kesepakatan dengan pelanggan.
Pengendalian mutu yang baik mampu mendeteksi jika terdapat sesuatu yang tidak
sesuai untuk kemudian ditindaklanjut dalam proses bisnis.
7
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm.203
8
Muhammad Kristiawan, dkk. Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Budi Utama, 2017),
hlm.136
Tujuan seorang pengusaha menjalankan penjaminan mutu (QC) adalah
untuk memperoleh keuntungan dengan cara fleksibel dan menjamin agar
pelanggan merasa puas serta perusahaan atau lembaga pendidikan dapat
memperoleh keuntungan dalam jangka yang panjang.
9
Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, Service, Quality & Satisfaction Edisi 4
(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2016), 137.
10
Endang Mulyatiningsih, dkk,….hlm.65-67
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum pengertian management adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Management memiliki kegiatan
memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan, dan mengemangkan.
Membangun edupreneurship menuntut perubahan-perubahan visi, manajemen
lembaga, dan budaya kerja organisasi. Oleh sebab itu, edupreneurship
memerlukan dukungan manajemen organisasi yang lebih fleksibel terhadap
perubahan.
B. SARAN
Kotler, Phillip & Kevin Lane Keller. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia:
Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian Buku Dua.
Jakarta: Salemba Empat
Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius. 2016. Service Quality & Satisfaction
Edisi 4 Yogyakarta: Penerbit Andi
Yuliana dan Nurhadi. 2012. Ekonomi SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Bumi Aksara