Anda di halaman 1dari 9

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

TENTANG
TOKOH-TOKOH PAUD DI INDONESIA DAN LUAR NEGERI

DISUSUN OLEH:
ENI SALEHA

DOSEN PENGAMPU :
WULANSARI VITALOKA, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI (IAIN)
2023/2024
TOKOH-TOKOH PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI) DI
INDONESIA

1. Ki Hajar Dewantara
Beliau merupakan pelopor dalam pendidikan anak
usia dini di Indonesia. KI HAJAR DEWANTARA
lahir pada tahun 1889 di Yogyakarta. Di awal
kariernya sebagai guru di sekolah Nederlandsch
Indische Normaal School, beliau melihat betapa
pentingnya pendidikan dini bagi anak-anak. Karena
itu, beliau mencoba membangkitkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya memberikan
pendidikan dini bagi balita. Kemudian, beliau
memimpin sebuah organisasi bernama Taman Siswa
yang bertujuan untuk memberikan pendidikan
kepada rakyat Indonesia.

2. Prof. Dr. Ir. Hj. Ainun Naim


Beliau merupakan salah satu tokoh pendidikan anak
usia dini yang sangat berpengaruh di Indonesia. Ia
mendirikan dan memimpin Yayasan Tunas Cendekia
yang fokus pada pendidikan anak usia dini.

3. Prof. Dr. Arief Rachman


(Lahir 19 Juni 1942 di Malang, Pendudukan
Jepang di Hindia Belanda) adalah seorang
guru dan tokoh pendidikan Indonesia.
Beliau adalah seorang pakar pendidikan anak
usia dini dan telah berkontribusi besar dalam
mengembangkan PAUD di Indonesia. Ia
adalah salah satu pendiri Sekolah Tinggi Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Jakarta, yang memiliki program
pendidikan PAUD terkemuka.

4. Dr. Titiek Soeharto


Siti Hediati Hariyadi, S.E. (lahir 14 April 1959),
lebih dikenal dengan nama Titiek Soeharto adalah
politisi berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan
putri dari Presiden ke-2 Republik Indonesia,
Soeharto.
Sebagai salah satu pendiri Taman Kanak-Kanak
(TK) Bunga Bangsa, Titiek Soeharto adalah figur
penting dalam pengembangan pendidikan anak
usia dini di Indonesia.

5. Prof. Dr. Amin Abdullah


Amin Abdullah lahir pada 28 Juli 1953 di
Margomulyo, Tayu, Pati, Jawa Tengah.
Profesor Amin Abdullah adalah seorang tokoh
penting dalam bidang pendidikan anak usia dini
di Indonesia yang telah banyak berkontribusi
dalam pengembangan kurikulum PAUD. Beliau
dikenal sebagai seorang ahli pendidikan yang
memahami pentingnya pendidikan karakter dan
nilai-nilai dalam pendidikan anak usia dini. Selain
itu, Profesor Amin Abdullah juga pernah
menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Kontribusinya dalam pengembangan
kurikulum PAUD dan pendidikan karakter telah memengaruhi banyak aspek
pendidikan anak usia dini di Indonesia.

6. Dr. Nadiem Makarim


Dr. Nadiem Makarim Lahir di Singapura, 4 Juli 1984
adalah seorang tokoh yang dikenal karena upayanya
dalam merombak sistem pendidikan di Indonesia,
termasuk pendidikan anak usia dini. Ia menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Selama masa jabatannya,
Nadiem Makarim telah berusaha untuk melakukan reformasi dalam sistem
pendidikan Indonesia, termasuk di bidang pendidikan anak usia dini. Upayanya
melibatkan penyederhanaan kurikulum, pengenalan teknologi dalam
pembelajaran, dan peningkatan kualitas guru. Pendirian dan pelaksanaan berbagai
program pendidikan, seperti Program Paud Merdeka, merupakan bagian dari
usaha Nadiem Makarim untuk memajukan pendidikan anak usia dini. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa anak-anak Indonesia mendapatkan pendidikan
yang berkualitas sejak dini. Sebagai Menteri Pendidikan, ia telah berperan penting
dalam reformasi pendidikan di Indonesia.

TOKOH-TOKOH PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI) DI LUAR


NEGERI

1.Martin Luther (1483-1546)


Martin Luther, O.S.A. adalah seorang
profesor teologi, komponis, imam, dan rahib
berkebangsaan Jerman.
Menurut Martin Luther tujuan utama sekolah
adalah mengajarkan agama, dan keluarga
merupakan institusi penting dalam pendidikan
anak. Pemikiran Martin Luther ini sejalan dengan
tujuan madrasah (sekolah Islam) yaitu
pendidikan agama Islam. Dimana ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan bagian
integral dari agama Islam. Dengan demikian
pendidikan di Madrasah akan menghasilkan ulul-
albaab (QS. 3: 190-191), yaitu penguasaan iptek yang dapat digunakan dalam
kehidupan dengan akhlak mulia, berdampak rahmatan lil alaminn, yang dijanjikan
Allah akan ditingkatkan derajatnya (QS. 58: 11).

2. Jean Jacques Rousseau (1712-1718)


Jean Jacques Rousseau lahir di Geneva,
Swiss, pada tanggal 28 Juni 1712.
Bukunya Du de education,
menggambarkan cara pendidikan anak sejak
lahir hingga remaja. Menurut Rousseau:
“Tuhan menciptakan segalanya dengan baik;
adanya campur tangan manusia menjadikan-nya jahat (God make every things
good; man Dok. 2 Sita 2015 meddles with them and they become evil).
Rousseau menyarankan “kembali ke alam” atau “back to nature”, dan pendekatan
yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak yaitu: “naturalisme”. Naturalisme
berarti, pendidikan akan diperoleh dari alam, manusia atau benda, bersifat alamiah
sehingga memacu berkembangnya mutu, seperti kebahagiaan, sportivitas dan rasa
ingin tahu. Dalam praktiknya naturalisme menolak pakaian seragam (dress code),
standarisasi keterampilan dasar yang minimum, dan sangat mendorong kebebasan
anak dalam belajar. Anak dibekali potensi bawaan (QS. 16:78) yaitu potensi
inderawi (psikomotorik), IQ, EQ dan SQ. Semua manusia perlu mensyukuri
pembekalan dari Allah SWT. Dengan mengaktualisasikannya menjadi
kompetensi.

3. Johan Heindrich Pestalozzi (1746-1827)


Johan Heinrich Pestalozzi lahir di Zürich pada
tanggal 12 Januari 1746.
Dalam bukunya “Emile” ia sangat terkesan
dengan “back to nature”. Ia mengintegrasikan
kehidupan rumah, pendidikan vokasional dan
pendidikan baca tulis. Pestalozzi yakin segala
bentuk pendidikan adalah melalui panca indra
dan melalui pengalamannya potensi untuk
dikembang- kan. Belajar yang terbaik adalah
mengenal beberapa konsep dengan panca
indra. Ibu adalah seorang pahlawan dalam
dunia pendidikan, yang dilakukannya sejak awal kehidupan anak.

4. Frederich Wilhelm Froebel (1782-1852)


Friederich Wilhelm Froebel dilahirkan di
Oberweissbach, Jerman.
Froebel menciptakan “Kindergarten” atau
taman kanak-kanak, oleh karena itu ia dijadikan
sebagai “bapak PAUD”. Pandangan Froebel
terhadap pendidikan dikaitkan dengan
hubungan individu, Tuhan dan alam. Ia
menggunakan taman atau kebun milik anak di
Blankenburg Jerman, sebagai milik anak.
Bermain merupakan metode pendidikan anak dalam “meniru” kehidupan orang
dewasa dengan wajar. Kurikulum PAUD dari Froebel meliputi :
 Seni dan keahlian dalam konstruksi, melalui permainan lilin dan tanah liat,
balok-balok kayu, menggunting kertas, menganyam, melipat kertas,
meronce dengan benang. Menggambar dan menyulam.
 Menyanyi dan kegiatan permainan.
 Bahasa dan Aritmatika.
Menurut Froebel guru bertanggung jawab dalam membimbing, mengarahkan agar
anak menjadi kreatif, dengan kurikulum terencana dan sistematis. Guru adalah
manajer kelas yang bertanggung jawab dalam merencanakan, mengorganisasikan,
memotivasi, membimbing, mengawasi dan mengevaluasi proses ataupun hasil
belajar. Tanpa program yang sistematis penyelenggaraan PAUD bisa
membahayakan anak.

5. John Dewey (1859-1952)


John Dewey adalah seorang profesor di
Universitas Chicago dan Columbia (Amerika).
Teori Dewey tentang sekolah adalah
“Progressivism” yang lebih menekankan pada
anak didik dan minatnya daripada mata
pelajarannya sendiri.
Maka muncullah “Child Centered Curiculum”,
dan “Child Centered School”. Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa
depan yang belum jelas, seperti yang
diungkapkan Dewey dalam bukunya “My
Pedagogical Creed”, bahwa pendidikan adalah
proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Aplikasi ide
Dewey, anak-anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, baru peminatan.
Bandingkan pendapat Dewey tersebut dengan
Sabda Rasulullah SAW “didiklah anak-anakmu
untuk jamannya yang bukan. Jamanmu”.

6. Maria Montessori (1870-1952)


Sebagai pakar pendidikan anak usia dini dokter
antropolog wanita Italy yang pertama, ia
berminat terhadap pendidikan anak
terbelakang, yang ternyata metodenya dapat
digunakan pada anak normal. Tahun 1907 ia
mendirikan sekolah “Dei Bambini” atau rumah
anak di daerah kumuh di Roma. Metode Montessori adalah pengembangan
kecakapan indrawi untuk menguasai iptek untuk diorganisasikan dalam
pikirannya, dengan menggunakan peralatan yang didesain khusus.
Belajar membaca dan menulis diajarkan bersamaan. Montessori berpendapat
bahwa anak usia 2-6 tahun paling cepat untuk belajar membaca dan menulis.
Kritik terhadap Montessori adalah karena kurang menekankan pada
perkembangan bahasa dan sosial, kreativitas, musik dan seni.

7. McMiller Bersaudara
Rachel dan Margaret mendirikan sekolah
Nursery yang pertama di London pada tahun
1911. Sekolah ini mementingkan kreativitas
dan bermain termasuk seni.

8. Jean Piaget (1896-1980)


Ilmuwan Swiss ini tertarik pada ilmu
pengetahuan proses belajar dan berfikir,
meskipun ia sendiri ahli dalam biologi.
Menurut Piaget ada tiga cara anak mengetahui
sesuatu, pertama, melalui interaksi sosial,
Kedua, melalui interaksi dengan lingkungan
dan pengetahuan fisik, Ketiga. Logika
Mathematical, melalui konstruksi mental.
9. Benjamin Bloom (1964)
Benjamin Bloom adalah seorang psikolog
pendidikan dari Amerika Serikat. Bloom
mengamati kecerdasan anak rentang waktu
tertentu, yang dalam menghasilkan taksanomi
Bloom. Kecerdasan anak pada usia 15 tahun
merupakan hasil PAUD. Pendapat ini dukung
oleh Hunt yang menyatakan bahwa PAUD
memberi dampak pada pengembangan
kecerdasan anak selanjutnya.

10. David Weikart


David P. Weikart adalah seorang psikolog
Amerika dan pendiri Kurikulum HighScope,
sebuah program pendidikan anak usia dini.
Weikart lahir pada 26 Agustus 1931, di
Youngstown, Ohio. Metode pengajarannya
menggunakan prinsip-prinsip :
1. Memberikan lingkungan yang nyaman,
2. Memberikan dukungan terhadap tingkah
laku dan bahasa anak
3. Membantu anak dalam menentukan pilihan
dan keputusan,
4. Membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri dengan
melakukannya sendiri.

11. Lev Vigostsky


Lev vigostsky adalah seorang psikolog asal
Rusia yang dikenal atas kontribusinya dalam
teori perkembangan anak.
Ia berpendapat bahwa pengalaman interaksi
sosial merupakan hal yang penting bagi
perkembangan berproses anak. Pembelajaran
akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi
anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Zaenab Siti, 2015, Profesionalisme Guru Paud Menuju NTB Bersaing,


Yogyakarta, PENERBIT DEEFUBLISH.

Anda mungkin juga menyukai