Anda di halaman 1dari 13

MODEL EVALUASI, PELAPORAN, DAN PEMBINAAN

LEMBAGA RAUDHATUL ATHFAL

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah:

“ MANAJEMEN PENYELENGGARAAN RA ”

Dosen Pengampu:

RONI HARSOYO, M. Pd

Disusun oleh:

1. FITRIA KHOFIFAH
2. KHOYUMIYAH
3. SRI BAIS SHOLIKAH

PROGAM STUDY PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA

NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK

2021
MODEL EVALUASI, PELAPORAN, DAN PEMBINAAN LEMBAGA
RAUDHATUL ATHFAL

Oleh:

Fitria Khofifah, Khoyumiyah, Sri Bais Sholikah

Abstrak

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan model evaluasi, pelaporan, dan


pembinaan lembaga Raudhatul Athfal. Raudhatul Athfal adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak
berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. Dalam upaya memberikan
bimbingan dan arahan yang tepat bagi anak usia dini diperlukan mutu pendidikan
yang baik. Standar mutu Raudhatul Athfal terletak pada nilai-nilai keagamaan
yang melekat pada seluruh komponen RA, antara lain pada kurikulum, pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua, maupun lingkungan yang kondusif. Masih di
temukan adanya lembaga Raudhatul Athfal yang belum memiliki mutu layanan
yang baik. Salah satu untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan cara
Evaluasi, pelaporan dan pembinaan lembaga RA. Oleh karena itu artikel ini akan
membahas: (1) Evaluasi lembaga RA, (2) Pelaporan lembaga RA, (3) Pembinaan
lembaga RA.
Kata kunci: Evaluasi, Pelaporan, Pembinaan, Raudhatul Athfal

A. PENDAHULUAN
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat (14) menegaskan, bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Oleh sebab itu, lahirlah
keputusan Menteri Agama No. 792 tahun 2018 tentang Pedoman Implementasi
Kurikulum Raudhatul Athfal bahwa Raudhatul Athfal adalah satuan Pendidikan
Anak Usia Dini bercirikan keislaman merupakan upaya pengenalan dan
penanaman keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia sejak usia dini.1

1
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Raudhatul Athfal merupakan satuan pendidikan anak usia dini di bawah
pembinaan Kementerian Agama. Raudhatul Athfal adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak
berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. Pendidikan usia dini
menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku
seseorang terbentuk pada rentang usia ini ( usia emas,golden age). 2
Dalam upaya memberikan bimbingan dan arahan yang tepat bagi anak usia
dini diperlukan mutu pendidikan yang baik. Standar mutu Raudhatul Athfal
terletak pada nilai-nilai keagamaan yang melekat pada seluruh komponen RA,
antara lain pada kurikulum, pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, maupun
lingkungan yang kondusif. Masih di temukan adanya lembaga Raudhatul Athfal
yang belum memiliki mutu layanan yang baik. Standar mutu Raudhatul Athfal
diharapkan menjadi standar acuan minimal bagi masyarakat dan stakeholder
untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas bagi anak usia dini.
Evaluasi, pelaporan dan pembinaan lembaga RA sangat penting untuk
dilakukan karena berpengaruh pada mutu layanan yang diberikan. Jika lembaga
melakukan evalusi secara berkala dan membuat laporan kegiatan yang baik dan
benar sesuai dengan fakta di lembaga maka memberikan dampak yang baik pula
pada mutu layanan lembaga tersebut. Pembinaan pada lembaga RA menjadi
kekuatan dalam menjalin kerjasama antara pendidik dan tenaga kependidikan,
peserta didik, serta pengelola lembaga. Pembinaan ini bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi guru, meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam
berinovasi untuk kemajuan lembaga RA. Pembinaan yang baik ini memberikan
dampak pada mutu pelayanan yang diberikan lembag pada masyarakat.
Dari latar belakang tersebut, penulis akan menguraikan tentang model
evaluasi, tata cara pelaporan dan model pembinaan lembaga Raudhatul Athfal.
Dengan harapan makalah ini dapat menambah wawasan tentang evalusi,

2
Kementerian Agama, Naskah Akademik Penegerian Raudhatul Athfal, (Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan, 2019), 4
pelaporan dan pembinaan lembaga RA sesuai dengan juknis dan dapat
meningkatkan mutu layanan lembaga RA.

B. PEMBAHASAN
1. Evaluasi Lembaga RA
Evaluasi penyelenggaraan program adalah suatu kegiatan untuk
melakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan penyelenggaraan program
lembaga Raudhatul Athfal.3
a. Tujuan Evaluasi
adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan, kelemahan, peluang,
tantangan/ancaman, dan permasalahan yang ditemukan atau dihadapi
dalam lembaga Raudhatul Athfal yang selanjutnya dijadikan acuan
penyempurnaan dalam pembinaan dan pengelolaan program selanjutnya.
Untuk memperoleh gambaran tentang penyelenggaraan lembaga
Raudhatul Athfal yang berhubungan dengan peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan, kurikulum, sarana prasarana, pembiayaan.
b. Aspek yang dievaluasi yaitu:
1) Kesesuaian program dengan visi, misi, dan tujuan lembaga.
2) Kurikulum, Rencana Kegiatan Semester, Rencana Kegiatan
Mingguan, Rencana Kegiatan Harian, dan Jadwal Harian.
3) Kinerja pendidik dan tenaga kependidikan
4) Keamanan, kenyamanan dan kebersihan lingkungan, sarana, alat
bermain, dan bahan bermain yang dimiliki serta digunakan anak.
5) Kelengkapan administrasi.
c. Waktu Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan, sekurang-kurangnya setiap
enam bulan sekali.
d. Pelaksana

3
Direkorat Pembinaan PAUD, Petunjuk Teknis Penyelenggraan Taman Kanak-Kanak,
(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), 50
Evaluasi lembaga dilakukan secara internal oleh Yayasan ke Pengelola,
oleh Pengelola ke pendidik/administratif. Secara eksternal penilaian
dilakukan oleh lembaga akreditasi independen.
e. Pemanfaatan hasil Evaluasi
Hasil penilaian digunakan untuk perbaikan kinerja lembaga, perbaikan
program layanan Raudhatul Athfal, Peningkatan mutu layanan Raudhatul
Athfal.
f. Model Evaluasi
Model yang akan dikembangkan dalam makalah ini adalah model
evaluasi program layanan PAUD, yang meliputi: evaluasi input
(mencakup komponen, evaluasi kelengkapan sarana belajar/bermain,
serta kualifikasi pendidikan dan kompetensi guru), evaluasi proses
(mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
proses penilaian), evaluasi produk (yaitu tingkat pencapaian
perkembangan anak, yang mencakup perkembangan moral keagamaan,
sosial-emosional, bahasa, kognitif, dan fisikmotorik) dan evaluasi
outcome (yaitu hasil kinerja). Model evaluasi ini diberi nama Model
IPPO, singkatan dari Model Input-Proses Produk-Outcome.4
1) Evaluasi Input / Masukan
Menurut Stufflebeam & Shinkfield (1985: 173) orientasi utama
evaluasi input adalah menentukan cara bagaimana tujuan program
dicapai. Evaluasi masukan dapat membantu mengatur keputusan,
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil,
apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur
kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi:
sumber daya manusia, sarana dan peralatan pendukung,
dana/anggaran, dan berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.
2) Evaluasi Proses

4
Badrun Kartowagiran, PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI PROGRAM LAYANAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol.18 No.
1, 2014, 33
Menurut Stufflebeam & Shinkfield (1985: 173), esensi dari
evaluasi proses adalah: mengecek pelaksanaan suatu
rencana/program. Tujuannya adalah untuk memberikan feedback
bagi manajer dan staf tentang seberapa aktivitas program yang
berjalan sesuai dengan jadwal, dan menggunakan sumber-sumber
yang tersedia secara efisien, memberikan bimbingan untuk
memodifikasi rencana agar sesuai dengan yang dibutuhkan,
mengevaluasi secara berkala seberapa besar yang terlibat dalam
aktifitas program dapat menerima dan melaksanakan peran atau
tugasnya.
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi
rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program, dan
sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi
proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan
diterapkan dalam praktik pelaksanaan program.
3) Evaluasi Produk
Stufflebeam & Shinkfield (1985: 176) menjelaskan bahwa
tujuan dari Evaluasi Produk adalah: untuk mengukur, menafsirkan,
dan menetapkan pencapaian hasil dari suatu program, memastikan
seberapa besar program telah memenuhi kebutuhan suatu kelompok
program yang dilayani. Evaluasi produk ini merupakan penilaian
yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Data yang dihasilkan akan sangat
menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi atau
dihentikan.
4) Evaluasi Outcame / hasil
Metode evaluasi outcome merupakan salah satu teknik yang
digunakan dalam melakukan evaluasi. Metode ini hanya dapat
dilakukan ketika program telah selesai dilaksanakan dan hasil dari
evaluasi outcome ini dapat digunakan sebagai bahan penyempurnaan
bagi program yang akan datang. Dengan demikian maka evaluasi
outcome ini digolongkan sebagai evaluasi kinerja.
2. Pelaporan Lembaga RA
Pelaporan diartikan sebagai pemberian atau penyampaian informasi
secara tertulis dan resmi kepada berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholders), mengenai aktivitas manajemen suatu pendidikan dan hsil yang
dicapai dalam kurun waktu tertentu berdasarkan rencana dan aturan yang
telah ditetapkan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi
yang diemban oleh suatu lembaga tersebut.
Pelaporan merupakan kelanjutan dari evaluasi dalam bentuk
mengkomunikasikan hasil evaluasi secara resmi kapada berbagai pihak
sebagai pertanggungjawaban mengenai kegiatan yang telah dilakukan atau
dikerjakan oleh sekolah bersama hasil-hasilnya. Pelaporan merupakan
kegiatan manajemen yang penting, akan tetapi sering disepelekan, padahal
laporan yan memuaskan stakeholders merupakan bagian dari akuntabilitas
yang pada giliranya dapat mendukung kemajuan lembaga secara
berkelanjutan.5 Pelaporan juga diartikan proses penyampaiaan data atau
informasi mengenai kemajuan penyelenggaraan lembaga dan pembelajaran di
Raudhatul Athfal yang dilakukan secara periodik/berkala.
Tujuan pelaporan dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan
kemajuan lembaga dan peserta didik selama berada di Raudhatul Athfal.
a. Prinsip Pelaporan
1) Laporan dibuat secara sederhana dengan bahasa yang mudah
dipahami.
2) Data yang dijadikan bahan laporan harus akurat dan sesuai kondisi
yang sebenarnya.
3) Laporan bersifat deskriptif dan informatif.

5
Amirul Mukminin, Maanajemen Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini,
(Semarang: UNNES, 2011), 165
4) Laporan penyelenggaraan program mencerminkan pelaksanaan dan
keberhasilan program, sertai masukan/saran bagi pelaksanaan
program selanjutnya.
5) Laporan memberikan rekomendasi untuk perbaikan/peningkatan
baik lembaga maupun anak didik.
b. Jenis Pelaporan
1) Pelaporan penyelenggaraan program diberikan kepada
penyelenggara lembaga (yayasan) atau Kementerian Agama
setempat (bagi RA Negeri) dapat diserahkan setiap selesainya suatu
kegiatan, bulan, semester atau akhir tahun. Periode penyerahan
laporan tersebut disesuaikan dengan jenis program.6
Berikut adalah contoh jenis program dan masa penyerahan laporan:

No Jenis Program Masa Dilaksanakan Ditujukan


Penyerahan oleh kepada
1 Kegiatan Akhir Kepala Yayasan
Program Semester I Sekolah (Kemenag
Pembelajaran bagi
Semester I lembaga
Negeri)
2 Kegiatan Akhir Kepala Yayasan
Program Semester II Sekolah (Kemenag
Pembelajaran bagi
Semester II lembaga
Negeri)
3 Program Max 1 bulan Panitia Kepala
Kegiatan khusus setelah Sekolah
(outbond, field- berakhirnya
trip, pentas kegiatan
seni,dll)

6
Kementerian Agama, Naskah Akademik Penegerian, 7
2) Pelaporan ini mencakup semua unsur program yang meliputi
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, keuangan, dan
lainya.

3. Pembinaan Lembaga RA
Pembinaan lembaga Raudhatul Athfal adalah keseluruhan proses
kerjasama untuk pembinaan terhadap peserta didik, guru dan pengelola dalam
rangka mendukung peningkatan mutu pelayanan.7
a. Tujuan Pembinaan
1) Membantu pendidik meningkatkan pengembangan kompetensinya,
baik kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional.
2) Membantu kepala RA agar lebih efektif dan efisien dalam:
a) Meningkatkan profesionalisme pendidik dan menciptakan
lingkungan yang kondusif
b) Memberi masukan terkait kinerja kepala sekolah
c) Meningkatkan kemampuan kepala sekolah sebagai penggagas
(inovator) agar mampu mencari, menemukan dan melaksanakan
berbagai pembaharuan di lembaga.
d) Meningkatkan kemampuan kepala sekolah sebagai pendorong
(motivator) agar mampu mengelola lingkungan fisik, pengaturan
suasana kerja, disiplin, motivasi, penghargaan secara efektif dan
penyediaan berbagai sumber bermain.
b. Prinsip Pembinaan
Ketika pembinaan dijalankan, perlu memperhatikan prinsip-prinsip
berikut ini:
1) Obyektif
pembinaan dilakukan berdasarkan pada kenyataan atas dasar data
dan fakta yang ditemukan dilapangan.
2) Demokratis

7
Kementerian Agama, Naskah Akademik Penegerian, 9
Dilakukan dengan sikap yang akrab, hangat, menjunjung tinggi
martabat guru dan kemitraan.
3) Kerjasama,
Mengingat pembinaan mencakup ruang lingkup yang holistik, maka
pembinaan perlu menjalin kekompakkan dan kebersamaan.
4) Konstruktif dan kreatif
Pembinaan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan,
memotivasi dan membangun ide-ide baru, sehingga dapat
memotivasi dalam mengembangkan potensi guru.
5) Sistematis, terencana dan berkesinambungan
Pembinaan perlu dilakukan secara terencana dengan program yang
sistematis dan terus menerus sehingga perbaikan dapat dilaksanakan
dan dipantau untuk diberikan usulan-usulan.
c. Jenis Pembinaan
Jenis pembinaan dapat dibedakan berdasarkan tingkat (jenjang) area
pembinaan.8
1) Tingkat lembaga
Di tingkat lembaga dilakukan oleh kepala sekolah, sementara kepala
sekolah dibina oleh Yayasan.
2) Tingkat kecamatan
Di tingkat kecamatan dilakukan oleh Pengawas/Penilik pendidikan
agama islam dimana lembaga RA tersebut berada.
3) Tingkat kabupaten/kota
Di tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/kota dalam hal ini bidang atau petugas yang
membidangi lembaga RA.
4) Tingkat propinsi
Di tingkat propinsi dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama
Wilayah Propinsi yang bertugas membidangi RA
5) Tingkat Nasional

8
Kementerian Agama, Naskah Akademik Penegerian, 10
Di tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama.
d. Teknik Pembinaan
Untuk melakukan pembinaan dapat digunakan beberapa teknik, antara
lain:9
1) Pendampingan
Pendampingan berupa kegiatan coaching dan mentoring. Coaching
merupakan pendampingan jangka pendek dalam rangka memberikan
saran-saran/latihan-latihan agar pendidik dapat meningkatkan
kompetensinya. Mentoring merupakan pendampingan dalam waktu
yang lebih panjang dalam rangka membangun hubungan antara
pendidik dan seniornya. Dengan hubungan yang baik oleh orang
yang lebih kompeten maka diharapkan terjadi penularan kompetensi
kepada pendidik dan tenaga kependidikan, baik secara pedagogis,
pribadi, sosial, dan profesional.
2) Kunjungan kelas
Kunjungan kelas dapat dilakukan secara berencana untuk
memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran dan pengelolaan
kelas yang dilaksanakan guru.
3) Observasi
Observasi kelas dapat dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru
dan anak dalam proses pembelajaran.
4) Percakapan pribadi
Pembinaan bisa juga diilakukan melalui percakapan pribadi yang
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu untuk masalah-masalah
khusus.
5) Kunjungan antar kelas atau antar sekolah
Kunjungan ini dimaksudkan untuk saling bertukar pengalaman dan
hal-hal lain yang bertujuan untuk perbaikan pembelajaran.
6) Rapat rutin

9
Kementerian Agama, Naskah Akademik Penegerian, 11
Kegiatan ini dilakukan antara pembina dengan para guru dalam
rangka memecahkan masalah. Dalam pembinaan ini dapat
menggunakan teknik berdiskusi sehingga muncul sharing
pendapat/ide tentang berbagai hal yang berhubungan dengan
pembelajaran atau penyelenggaraan.

C. KESIMPULAN
Evaluasi penyelenggaraan program adalah suatu kegiatan untuk melakukan
penilaian terhadap proses pelaksanaan penyelenggaraan program lembaga
Raudhatul Athfal. Model evaluasinya meliputi: evaluasi input (mencakup
komponen, evaluasi kelengkapan sarana belajar/bermain, serta kualifikasi
pendidikan dan kompetensi guru), evaluasi proses (mencakup perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan proses penilaian), evaluasi produk
(yaitu tingkat pencapaian perkembangan anak, yang mencakup perkembangan
moral keagamaan, sosial-emosional, bahasa, kognitif, dan fisikmotorik) dan
evaluasi outcome (yaitu hasil kinerja).
Pelaporan merupakan kelanjutan dari evaluasi dalam bentuk
mengkomunikasikan hasil evaluasi secara resmi kapada berbagai pihak sebagai
pertanggungjawaban mengenai kegiatan yang telah dilakukan atau dikerjakan
oleh sekolah bersama hasil-hasilnya. Pelaporan merupakan kegiatan manajemen
yang penting, akan tetapi sering disepelekan, padahal laporan yan memuaskan
stakeholders merupakan bagian dari akuntabilitas yang pada giliranya dapat
mendukung kemajuan lembaga secara berkelanjutan. Kemudian pembinaan
lembaga Raudhatul Athfal adalah keseluruhan proses kerjasama untuk
pembinaan terhadap peserta didik, guru dan pengelola dalam rangka mendukung
peningkatan mutu pelayanan.

D. DAFTAR PUSTAKA

Direkorat Pembinaan PAUD. Petunjuk Teknis Penyelenggraan Taman Kanak-


Kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015
Kartowagiran, Badrun. PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI PROGRAM
LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD). Jurnal Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan. Vol.18 No. 1. 2014

Kementerian Agama. Naskah Akademik Penegerian Raudhatul Athfal. Jakarta:


Balai Penelitian dan Pengembangan, 2019

Mukminin, Amirul. Maanajemen Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini.


Semarang: UNNES. 2011

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1

Anda mungkin juga menyukai