Makalah Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah:
Ke’NU-an
Dosen Pembimbing :
M. Ayyub Mubtadik, M. Pd.
Disusun Oleh :
1. Ittiya Fina Akmala
2. Syahrus Sela Kamalul Haybati
3. Fitria Khofifah
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan
nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah Kewarganegaraan ini,
yang diberikan oleh Bapak M. Ayyub Mubtadik, M. Pd. selaku dosen ke’NU-an.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen yang
bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap
mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “Aktualisasi
Bidah Hasanah’’
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....……………………………………………… i
DAFTAR ISI………………...………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan………….………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Islam memberikan tuntunan kepada manusia dalam hal pergaulan,bahwa
pergaulan itu hendaknya didasarkan atas moral atau budi pekerti yang
luhur,bukan atas dasar kemuliaan status sosial maupun materi dan
sesungguhnya dalam kehidupan ini sangat dibutuhkan adanya pengenalan
antara manusia yang satu dengan yang lain.
Selaras dengan ungkapan sebuah syair:”Aku mengenali kejelekan bukan
untuk kejelekan, namun agar berjaga-jaga darinya siapa yang tak kenal
kebaikan dari kejelekan, ia akan terjerumus ke dalamnya.”
Dengan demikian tidak cukup bagi seseorang dalam beribadah hanya
mengetahui sunnah saja, akan tetapi juga harus mengenali lawannya yakni
bid’ah, seperti dalam hal keimanan tidak cukup mengerti tauhid saja tanpa
mengetahui syirik. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengisyaratkan hal ini
dalam firmanNya (yang artinya), “Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (Al Baqoroh: 256).
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran: 31).
B. Rumusan Makalah
1. Apa Definisi dan Pembagian Bidah ?
2. Apa Dalil Kelompok anti Bid’ah Hasanah ?
3. Apa Macam-macam Bidah Hasanah Sejak Masa Rosulullah Hingga Tabiin ?
C. Tujuan Makalah
1. Mengerti Apa Definisi dan Pembagian Bid’ah.
2. Mengerti Apa Dalil Kelompok anti Bid’ah Hasanah.
3. Mengerti Apa Macam-macam Bidah Hasanah Sejak Masa Rosulullah Hingga
Tabi’in.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Bidah
Terdapat ungkapan: ‘Fulaanun bid‘in fii hadzal ‘amri,’ yang artinya Fulan
yang pertama kali melakukan perkara ini, tidak ada seorang pun yang
mendahuluinya. Maka dari itu, kata abda‘a, ibtada‘a, maupun tabadda‘a
bermakna melakukan perbuatan bid‘ah. Pernyataan ini sesuai dengan firman
Allah Ta'ala : َو َر ْهبَانِيَّةً ا ْبتَدَعُوهَا
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Dalam kaidah sunnah dan bid‘ah
telah kami tegaskan, bahwasanya bid‘ah dalam agama adalah amal ibadah yang
tidak disyari‘atkan Allah dan Rasul-Nya. Bid‘ah adalah amal ibadah yang tidak
diwajibkan dan tidak pula dianjurkan. Adapun amal ibadah yang diwajibkan atau
dianjurkan, yakni yang berdasarkan dalil syar‘i, maka amal tersebut termasuk
ajaran agama yang disyari‘atkan Allah, Adapun menurut ulama yang
menggolongkan perkara adat ke dalam bid‘ah, mereka berkata:
“Bid‘ah adalah suatu cara yang diada-adakan dalam agama, yang bentuknya
menyerupai syari‘at, dan yang dimaksud dari penerapannya adalah sama
dengan yang dimaksud dari penerapan syari‘at.”1
2. Pembagian Bid’ah
Ada baiknya kalau di sini di jelaskan klasifikasi bid’ah yang benar, yang
tidak bertentangan dengan sabda Nabi: “wa kullu bid’atin dholalah”. Yaitu
dengan meninjau dari segi hubungannya dengan syari’at, atau dari kadar
bahayanya. Ditinjau dari hubungannya dengan syari’at, bid’ah terbagi menjadi
dua:
1. Bid’ah Haqiqiyyah.
2. Bid’ah Idhafiyyah.
Bid’ah haqiqiyyah ialah bid’ah yang tidak ada dalil syar’inya sama sekali.
Baik dari Al Qur’an, Sunnah, Ijma’, maupun istidlal yang mu’tabar menurut para
ulama. Ia sama sekali tak memiliki dalil baik secara umum maupun terperinci,
karenanya ia dinamakan bid’ah berangkat dari hakekatnya yang memang diada-
adakan tanpa ada contoh sebelumnya.
1
http://pustakaimamsyafii.com/menyoal-rutinitas-perayaan-bidah-sepanjang-tahun.html ,pada
tanggal 8 Mei 2019 pukul 10.27
Contoh bid’ah haqiqiyyah yang akrab dengan masyarakat Indonesia
misalnya: puasa mutih, puasa pati geni, padusan (mandi) menjelang datangnya
bulan Ramadhan, peringatan bagi orang yang telah meninggal; 7 hari, 40 hari,
100 hari, 1000 hari dan seterusnya
فَالَ ت َ ُكونُ ِم ْن تِ ْلكَ ْال ِج َه ِة, لَ َها ِمنَ األ َ ِد َّل ِة ُمتََْلَّ ٌق: إِ ْحدَاهُ ََما:َان ِ ِي الَّتِي لَ َها شَائِبَت َ ه:ُضافِ َّية ِ ُ البِدْ َعة
َ اإل
أ َ َّن الد َّ ِل ْي َل:ََ َو ْالفَ ْر ُق بَ ْينَ ُه ََما ِم ْن ِج َه ِة ْال ََم ْْن.س لَ َها ُمتََْلَّ ٌق إِالَّ ِمَْ َل َما ِل ْلبِدْ َع ِة ال َح ِق ْي ِقيَّ ِة َ لَ ْي: َواأل ُ ْخ َرى.ًبِدْ َعة
َم َع أَنَّ َها ُمحْ تَا َجةٌ إِلَ ْي ِه,ص ْي ِل لَ ْم يَقُ ْم َعلَ ْي َها
ِ ت أ َ ِو األ َ ْح َوا ِل أ َ ِو الت َّ ْف ِ َو ِم ْن ِج َه ِة ْال َك ْي ِفيَّا,ص ِل قَائِ ٌمْ َ علَ ْي َها ِم ْن ِج َه ِة األ
َ
َ ت ْال ََم ْح
)17 ص,ض ِة (مختصر االعتصام ِ ت الَ فِي ْالَْا ِديَّا َ ِأل َ َّن ْالغَا ِل
ُ ب ُوقُ ْو
ِ ع َها فِي التََّْبُّ ِديَّا
1. Bid’ah Mukaffirah.
2. Bid’ah Ghairu Mukaffirah.
Bid’ah mukaffirah ialah setiap bid’ah yang menyebabkan pelakunya
menjadi kafir, keluar dari Islam. Bid’ah ini biasanya berkaitan dengan keyakinan;
seperti bid’ahnya orang-orang Jahmiyyah bid’ahnya Syi’ah Imamiyyah Al Itsna
‘Asyariah bid’ahnya mereka yang mengingkari takdir Allah (Qadariyyah) dan
lain-lain.
Argumen kelompok intoleran terhadap sesama muslim selalu tidak jauh dari
kelima hujjah berikut ini. Dalam memvonis bidah, syirik, atau meniru
(tasyabbuh) kaum kafir terhadap berbagai amalan dan tradisi umat islam, meskipun
mengajukan berbagai dalil dan argumen panjang lebar, pokok pemikiran hujah
mereka tidak lepas dari kelima tuduhan ini. Tuduhan tersebut juga dibumbui dengan
dalil yang diambil serampangan dan terkesan dipaksakan. Mari kita telaah satu per
satu.
2
Abdullah bin 'Abdul 'Aziz at-Tuwaijiri, Rutinitas Amalan Bidah Dalam Setahun, Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafii, 2010, hlm. 19.
1. Menambah-nambahi Agama
“ …Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu …,” (QS Al-Maidah, 3)
2. Membuat-buat Syariat
Selaras dengan tuduhan menambahi agama karena dianggap kurang
sempuna, tuduhan membuat-buat syariat juga dilontarkan kepada para pelaku
tahlilan dan sejenisnya. Dalilnya:
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? ” (QS Asy-
Syuuraa, 21).
Padahal para ulama dan umat Islam tidak pernah menganggap acara
tahlilan, maulidan dan sejenisnya sebagai bagian syariat islam dan ibadah
murni. Acara tersebut hanyalah tradisi baik yang diisi amaliyah ajaran Islam.
3
http://pustakaimamsyafii.com/menyoal-rutinitas-perayaan-bidah-sepanjang-tahun.html , pada
tanggal 9 Mei 2019 pukul 13.31.
Mua’dz langsung masuk ke dalam shalat berjamaah dan tidak menghiraukan
isyarat mereka, namun setelah Rasulullah saw selesai shalat, maka Mua’dz
segera mengganti rakaat yang tertinggal itu. Ternyata setelah Rasulullah saw
selesai shalat mereka melaporkan perbuatan Mua’dz bin Jabal yang berbeda
dengan kebiasaan mereka. Lalu beliau menjawab, “Mua’dz telah memulai cara
yang baik buat shalat kalian.” (HR. Imam Ahmad dan Abi Dawud).
Hadis ini menunjukkan bolehnya membuat perkara baru dalam ibadah, seperti
shalat atau lainnya, senyampang sesuai dengan tuntunan syarak. Buktinya, Nabi
sendiri tidak menegur Mua’dz bin Jabal, bahkan beliau membenarkannya,
karena perbuatan Mua’dz sesuai dengan kaidah berjamaah, yaitu makmum
harus mengikuti imam.
Setelah generasi sahabat punah, dari waktu ke waktu kaum Muslimin jiga
masih melakukan kreasi-kreasi yang diperlukan dan dibutuhkan oleh umat, sesuai
dengan perkembangan zaman yang harus diikuti dengan kecekatan dalam bertindak.
Beberapa kreasi kaum Muslimin setelah generasi sahabat dan diakui sebagai bid’ah
hasanah, diantaranya adalah :
1. Pemberian titik dalam Penulisan Mushaf
Pada masa Rasulullah Saw., penulisan Mushaf al-Qur’an yang dilakukan
oleh para sahabat tanpa pemberian titik terhadap huruf-hurufnya seperti BA, TA
4
https://muslim.or.id/7376-ini-dalilnya-8-pembagian-bidah-yang-tepat.html, pada tanggal 9 Mei
2019 pukul 15.11.
dan lain-lainnya.Bahkan ketika Khalifah Utsman menyalin Mushaf menjadi 6
alinan, yang 5 salinan dikirimnya ke berbagai kota negara Islam seperti Basrah,
Mekah, dan lain-lain dan satu salinan untuk beliau pribadi, dalam rangka
penyatuaan bacaan kaum Muslimin, yang dihukumi bid’ah hasanah wajibah oelh
seluruhulama, juga tanpa pemberiaan titik terhadap huruf-hurufnya. Pemberian
titik pada Mushaf al-Qur’an baru dimulai oelh seorang ulama tabi’in, Yahya bin
Ya’mur (wafat sebelum tahun 100 H / 19 M). Al-Imam Ibn Abi Dawud al-Sijistani
meriwayatkan : “Harun bin Musa berkata : “orang yang pertama kali memberi titik
pada Mushaf adalah Yahya bin Ya’mur.” (Al Imam Ibn Abi Dawud al-Sijistani,
al-Mashahif, hal 158). Setelah beliau memberikan titik pada Mushaf, para ulama
tidak menolaknya, meskipun Nabi Saw belum pernah memerintahkan pemberiaan
titik pada Mushshaf.
2. Penulisan Salallahu ‘alaihi wassalm ketika menulis Nama Nabi Salallahu ‘alaihi
wassalam
3. Perkembangan Ilmu hadits, seperti istilah hadits shahih, hasan, dha’if, maudhu’,
munkar, marfu’ , mashur, mutawatir dan lain-lainnya5
5
https://aswajacentreku.wordpress.com/2014/10/14/bidah-hasanah-setelah-generasi-sahabat/,
pada tanggal 9 Mei 2019 pukul 19.07.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bid‘ah adalah suatu cara yang diada-adakan dalam agama, yang bentuknya
menyerupai syari‘at, dan yang dimaksud dari penerapannya adalah sama dengan
yang dimaksud dari penerapan syari‘at.
http://pustakaimamsyafii.com/menyoal-rutinitas-perayaan-bidah-sepanjang-
tahun.html ,pada tanggal 8 Mei 2019
Abdullah bin 'Abdul 'Aziz at-Tuwaijiri, Rutinitas Amalan Bidah Dalam Setahun,
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafii, 2010, hlm. 19.
http://pustakaimamsyafii.com/menyoal-rutinitas-perayaan-bidah-sepanjang-
tahun.html , pada tanggal 9 Mei 2019
https://muslim.or.id/7376-ini-dalilnya-8-pembagian-bidah-yang-tepat.html,
pada tanggal 9 Mei 2019
https://aswajacentreku.wordpress.com/2014/10/14/bidah-hasanah-setelah-
generasi-sahabat/, pada tanggal 9 Mei 2019