Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK TERCELA KEPADA ALLAH (SIRIK, RIA DAN NIFAQ)

DI

OLEH :

DIAN SEKAR AYU (1012020071)

FAKULTAS FTIK

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran allah swt, yang atas rahmat-nya
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah “membahagiakan anak
yatim”. Penilisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuluah
Pendidikan akidah akhlak.

Dalam penulisan makalah ini penulisan merasa banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak penulis harapkan demi penyempurnakan pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian syirik, riya’ dan nifaq.......................................................................5
B. Dampak Negatif Dari Sifat Riya Dan Nifaq.....................................................11
BAB III...........................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak Tercela adalah perbuatan/perilaku yang tidak Diridhoi oleh Allah
SWT. Seseorang yang berbohong, sombong, pamer, menyiksa, menyakiti dan
berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas, mengambil hak orang lain
dengan paksa dan lain-lain. Itu semua adalah perbuatan tercela. Sungguh moral
manusia sudah sangat rusak akibat akhlak-akhlak tercela tersebut. Seseorang tidak
akan mendapatkan kebahagiaan, jika ia selalu melakukan perilaku-perilaku
tercela. Baik ketika di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan yang diperoleh dari
perilaku tercela tersebut hanya bersifat sementara. Dan akan mendapat kesedihan
dan penyesalan yang tak ada hentinya.
Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan tentang
akhlak-akhlak tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan
merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Seperti akhlak buruk kaum Quraisy
dahulu untuk memojokkan kebenaran yang disampaikan Rasulullah sebagaimana
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu jalal, Walid bin mugirah,
Akhnas bin syariq, Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman merupakan
suatu pengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkat kan
kualitas nya melalui sikap dan perilaku terpuji.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sirik, Ria Dan Nifaq, Jelaskan?
2. Apa Dampak Nagatif Riya, Nifaq?
3. Sebutkan Apa Saja Ciri-Ciri Perbuatan Yang Masuk Kategori Nifaq?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sirik, Riya Dan Nifaq Dengan Penjelasannya.
2. Untuk Mengetahui Dampak Negatif Riya Dan Nifaq.
3. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Perbuatan Yang Masuk Kategori Nifaq
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian syirik, riya’ dan nifaq


1. Syirik

Menurut Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tuwaijiri, pengertian


syirik adalah menyukutukan Allah SWTdalam rububiyyah-Nya, uluhiyyah-
Nya, asma’ (nama-nama) dan sifat-Nya, atau salah satunya. Jika seorang
hamba meyakini bahwa ada sang Pencipta atau sang Penolong selain Allah
SWT, maka ia telah musyirik.

2. Riya’

Riya ‘dalam Bahasa Arab artinya memperlihatkan atau memamerkan,


secara istilah riya‘ yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik
barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang
lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya. Hal yang sepadan dengan
riya‘ adalah sum’ah yaitu berbuat kebaikan agar kebaikan itu didengar orang
lain dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah kepada Allah
Swt. Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar
pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia lakukan. Dengan adanya pujian
tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di lingkungan masyarakat.

Dengan demikian orang yang riya’ berarti juga sum’ah, yakni ingin
memperoleh pujian dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan. Rasulullah
Saw bersabda: ”Barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang
lain (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada yang
lain. Dan barang siapa (berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang lain
(riya’), maka Allah akan memperlihatkan kejelekannya kepada yang lain.”
(H.R Bukhari). Allah juga berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 142 : 1
1
Asysyaikh Muhammad Jamaluddin Alqasimi Addimasyqi, Mau’izhatul Mukminin ,(AlMaktabah
At- Tijjariyah Al-Kubro). Hal 34
َ ‫ذ ُكرُونَ هَّللا‬Fْ Fَ‫اس َواَل ي‬
َ َّ‫راءُونَ الن‬F َّ ‫ِإ َّن ْال ُمنَافِقِينَ يُخَا ِد ُعونَ هَّللا َ َوهُ َو خَ ا ِد ُعهُ ْم َوِإ َذا قَا ُموا ِإلَى ال‬
َ Fُ‫الَ ٰى ي‬F‫ا ُموا ُك َس‬FFَ‫صاَل ِة ق‬
‫ِإل‬

“Sesungguhnya orang-orang muna¿k itu menipu Allah, dan Allah akan


membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. an-Nisa’ [4]:142)

Alangkah meruginya orang-orang yang bersifat riya’ dan sum’ah, karena


mereka bersusah payah mengeluarkan tenaga, harta dan meluangkan waktu, tetapi
Allah tidak menerima sedikit pun amal ibadah mereka, bahkan azab yang mereka
terima sebagai balasannya. Firman Allah Swt :

ِ ‫ َذا‬F‫ازَ ٍة ِّمنَ ْال َع‬FFَ‫بَنَّهُم بِ َمف‬F‫وا فَاَل تَحْ َس‬FFُ‫ا لَ ْم يَ ْف َعل‬FF‫ دُوا بِ َم‬F‫وا َّويُ ِحبُّونَ َأن يُحْ َم‬FFَ‫ا َأت‬FF‫ونَ بِ َم‬FF‫اَل تَحْ َسبَ َّن الَّ ِذينَ يَ ْف َر ُح‬
‫ب ۖ َولَهُ ْم‬
‫َع َذابٌ َألِي ٌم‬

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira


dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap
perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa
mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.” (Q.S. Ali ‘Imran
[3]:188)

Sabda Rasulullah Saw:

“Allah tidak akan menerima amal yang terdapat unsur riyaࡃ ‘di dalamnya
walaupun riya’ itu hanya sebesar dzarrah” (al-Hadis) Allah memberikan ancaman
bagi pelaku riyaa‘ termasuk ketika melaksanakan ibadah salat. Orang yang
melakukan perbuatan riya‘ diancam sebagai pendusta Agama Islam ini, bahkan
diancam dengan satu sangsi yaitu neraka Wail. Allah ber¿rman dalam Q.S. al-
Maun 107: 4-6, yaitu:

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (4) (yaitu) orang-orang


yang lalai dari salatnya. (5) orang-orang yang berbuat riya” (6). (Q.S. al-Maun
[107]:4-6) .

a. Contoh-contoh perbuatan riya‘ misalnya adalah:


 Sifat–sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti suka melekatkan
sifat-sifat mulia pada diri sendiri. Hal-hal yang cenderung dipamerkan itu
misalnya keelokan dirinya, pakaian atau perhiasan, jabatan di tempat
kerja, dan status sosial lainnya.
 Seseorang menyantuni anak yatim dihadapan banyak orang dengan
maksud agar ditayangkan di TV atau radio.
b. Adapun akibat buruk riya‘ antara lain sebagai berikut
 Menghapus pahala amal baik, (QS. Al-Baqarah ayat 264)
 Mendapat dosa besar karena riya‘ termasuk perbuatan syirik kecil.
Sabda Rasulullah Saw:

“Sesungguhnya perkara paling aku khawatirkan dari beberapa hal yang aku
khawatirkan adalah syirik kecil. Sahabat bertanya, “Apa syirik kecil itu, ya
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya) “‘H.R Ahmad)

 Tidak selamat dari bahaya keka¿ran karena riya’ sangat dekat


hubungannya dengan sikap ka¿r. (Q.S. al-Baqarah ayat 264).
3. Nifaq

Kata nifaq berasal dari kata: nafiqa alyarbu’, artinya lubang hewan sejenis
tikus. Lubang ini ada dua, ia bisa masuk ke lubang satu kemudian keluar lewat
lubang yang lain. Demikianlah gambaran keadaan orang-orang munafik, satu sisi
menampakkan Islamnya, tetapi di sisi lain ia amat kafir dan menentang
kepentingan Agama Islam.

Nifaq adalah perbuatan menyembunyikan keka¿ran dalam hatinya dan


menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku seperti ini
pada hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan, dan
perbuatan. Atau dengan kata lain, tindakan yang selalu dilakukan adalah
kebohongan, baik terhadap hati nuraninya, terhadap Allah Swt maupun sesama
manusia. Pelaku perbuatan nifaq disebut munafik. Firman Allah Swt.

َ‫َوِإ َذا لَقُوا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قَالُوا آ َمنَّا َوِإ َذا خَ لَوْ ا ِإلَ ٰى َشيَا ِطينِ ِه ْم قَالُوا ِإنَّا َم َع ُك ْم ِإنَّ َما نَحْ نُ ُم ْستَه ِْزُئون‬
”Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-
setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan
kamu, kami hanyalah berolokolok”. (Q.S. al-Baqarah [2]:14)

a. Dua Kategori Nifaq:

Perbuatan Nifaq dikategorikan menjadi dua, yaitu:

 Nifaq I’tiqadi

Nifaq I’tiqadi adalah suatu bentuk perbuatan yang menyatakan dirinya


beriman kepada Allah Swt., sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan sama
sekali. Dia salat, bersedekah, dan beramal saleh lainnya, namun tindakannya itu
tanpa didasari keimanan dalam hatinya. Firman Allah Swt.

َ ‫ذ ُكرُونَ هَّللا‬Fْ Fَ‫اس َواَل ي‬


َ َّ‫راءُونَ الن‬F َّ ‫ِإ َّن ْال ُمنَافِقِينَ يُخَا ِد ُعونَ هَّللا َ َوهُ َو خَ ا ِد ُعهُ ْم َوِإ َذا قَا ُموا ِإلَى ال‬
َ Fُ‫الَ ٰى ي‬F‫ا ُموا ُك َس‬FFَ‫صاَل ِة ق‬
‫ِإاَّل قَلِياًل‬

“Sesungguhnya orang-orang munafijk itu menipu Allah, dan Allah akan


membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. an-NisƗ’ [4]:142)

Pelaku nifaq diancam Allah dengan disamakan dengan orang fasik yang
diancam dengan neraka Jahannam dan kekal di dalamnya. Allah juga berfirman
dalam QS. At-Taubah [9]:67-68:

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan, sebagian dari


sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan
melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka mengenggam tangannya. Mereka telah
lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang
munafik itulah orang-orang yang fasik.Allah mengancam orang-orang muna¿k
laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka
kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknati
mereka; dan bagi mereka azab yang kekal, (Q.S. at-Taubah [9]:67=68).
Allah akan memasukkan orang muna¿k dan orang kafir bersama-sama dalam
neraka. Dalam QS. An-Nisa ayat 140, Allah berfirman: “Dan sungguh, Allah telah
menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu
mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sebelum mereka memasuki
pembicaraan yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu
serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang
munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam,”. (Q.S. an-Nisa [4]:140)

Kisah Abdullah ibnu Saba’, dia adalah tokoh Madinah, semenjak


kemunculan Nabi Saw, ia sudah memendam rasa benci terhadap Nabi. Sebuah
kisah menerangkan bahwa kebencian terhadap Nabi disebabkan karena hijrahnya
Nabi ke Madinah, dengan sebab hijrah inilah, ia merasa kurang diperhatikan lagi
oleh masyarakatnya, semula, ia adalah calon pemimpin Madinah. Tetapi setibanya
Nabi di Madinah, maka pamor akan status social Abdullah ibnu Saba’ menjadi
padam. Lalu ia amat memendam rasa benci kepada Nabi Saw. Dalam sejarah
perjuangan Islam, dialah sosok yang paling banyak mengendurkan semangat umat
Islam dalam berjuang melawan orang-orang kar, ia juga pernah berusaha
mengusir Nabi dari Madinah, ia juga yang pernah memtnah Sayyidah Aisyah, Istri
Nabi pernah berselingkuh dengan seorang sahabat bernama Shafwan Ibnu
Muatthal, lalu Allah menolong langsung sahabat Aisyah, menjelaskan masalahnya
dengan menurunkan ayat-ayat al-Quran. Dan ketika Abdullah ibnu Saba’
meninggal di Madinah. Anaknya berusaha memohon pada Nabi untuk turut serta
menshalatkan dan menguburkannya. Lalu Nabi amat berbaik hati,
menshalatkannya dan turut menguburkannya, lalu mendoakkannya. Setelah Nabi
mendoakan dan mengistighfarkan untuknya, maka Allah menurunkan surah at-
Taubah 9:80: 2

َ Fِ‫ َر هَّللا ُ لَهُ ْم ۚ ٰ َذل‬Fِ‫ َّرةً فَلَن يَ ْغف‬F‫ ْب ِعينَ َم‬F‫ا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َأوْ اَل تَ ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم ِإن تَ ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َس‬
ۗ ‫ولِ ِه‬F‫رُوا بِاهَّلل ِ َو َر ُس‬Fَ‫َأنَّهُ ْم َكف‬Fِ‫ك ب‬
ِ َ‫َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْالف‬
َ‫اسقِين‬

2
Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlaq Kelas VII, hlm. 104.
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun
kepada mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi
mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun
kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka ka¿r kepada Allah dan
RasulNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (Q.S. at-
Taubah 9:80).

Ayat ini menerangkan bahwa kemunafikan Abdullah Ibnu Saba’ sudah


melewati batas kekaran, sehingga Allah-pun tidak berkenan menerima taubatnya,
nauzu billahi min zalik (lihat tafsir surah at-Taubah).

 Nifaq ‘Amali

Nifaq ‘amali adalah kemunafikan berupa pengingkaran atas kebenaran dalam


bentuk perbuatan. Sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw:

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu apabila berkata selalu berdusta,
apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan apabila dipercaya selalu mengkhianati”.
(HR. Bukhari Muslim)

b. Ciri-ciri perbuatan yang masuk kategori nifaq:


 Tidak mampu menegakkan salat kecuali dengan malas-malasan, ia merasa
ragu terhadap balasan Allah di akhirat.
 Hanya berfikir jangka pendek yaitu kekayaan duniawi semata
 Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat.
 Tidak mampu ber-amar ma’ruf nahyi munkar.
 Sering kali dalam pembicaraannya menyindir dan menyakiti Nabi atau
Islam.

B. Dampak Negatif Dari Sifat Riya Dan Nifaq


1. Dampak Negatif Riya
Semua pelaksanaan ajaran agama adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri,
baik yang berupa pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangan. Setiap
pelanggaran terhadap larangan agama, pasti berakibat buruk bagi pelakunya.
Adapun akibat buruk riya antara lain sebagai berikut:
1. Menghapus pahala amal baik, sebaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah
ayat 262.
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 262).
2. Mendapat dosa besar karena riya termasuk perbuatan syirik.
3. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya sangat dekat hubungannya
dengan sikap kafir.
Sifat riya dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sifat riya yang
membahayakan terhadap diri sendiri di antaranya ialah sebagai berikut :
1. Selalu muncul ketidakpuasan terhadap apa yang telah dilakukan.
2. Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisah ketika berbuat sesuatu.
3. Menyesal melakukan sesuatu ketika orang lain tidak memperhatikannya.
4. Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada hentinya.
Adapun bahaya riya yang dapat menimpa orang lain akan terlihat ketika orang
yang pernah dibantunya kemudian diumpat, diolok-olok, dan dihina atau dicaci
maki oleh orang yang membantu dengan riya. Dia mencaci maki atau mengungkit-
ungkit pemberiannya karena disanjung dan dipuji atau karena tidak tercapai
harapan sesuai dengan apa yang dikehendaki sehingga orang yang dicaci-maki itu
akan tersinggung dan akhirnya terjadilah perselisihan permusuhan di antara
keduanya. Oleh karena itu, perbuatan riya sangat merugikan karena Allah SWT
tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatannya.
2. Dampak Negatif Nifaq
Adapun akibat negative sifat nifaq, antara lain sebagai berikut:
a. Bagi diri sendiri
 Tercela dalam pandangan Allah SWT, dan sesama manusia sehingga
dapat menjatuhkan nama baiknya sendiri.
 Hilangnya kepercayaan diri orang lain atas dirinya.
 Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari.
 Mempersempit jalan untuk memperoleh rizki karena orang lain tidak
mempercayai lagi.
 Mendapat siksa yang amat pedih kelak dihari akhir.
b. Bagi orang lain
 Menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan
persahabatan yang telah terjalin baik.
 Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya
yang tidak menentu.
 Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga
merasa malu karenannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
syirik adalah menyukutukan Allah SWTdalam rububiyyah-Nya,
uluhiyyah-Nya, asma’ (nama-nama) dan sifat-Nya, atau salah satunya.
riya‘ yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang
maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain
dapat melihatnya dan akhirnya memujinya.
Nifaq adalah perbuatan menyembunyikan keka¿ran dalam hatinya
dan menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan.
Dalam sejarah perjuangan Islam, dialah sosok yang paling banyak
mengendurkan semangat umat Islam dalam berjuang melawan orang-
orang kar, ia juga pernah berusaha mengusir Nabi dari Madinah, ia juga
yang pernah memtnah Sayyidah Aisyah, Istri Nabi pernah berselingkuh
dengan seorang sahabat bernama Shafwan Ibnu Muatthal, lalu Allah
menolong langsung sahabat Aisyah, menjelaskan masalahnya dengan
menurunkan ayat-ayat al-Quran. Dan ketika Abdullah ibnu Saba’
meninggal di Madinah.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Asysyaikh Jamaluddin Alqasimi Addimasyqi,


Mau’izhatul Mukminin ,(AlMaktabah At- Tijjariyah Al-Kubro).
Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlaq Kelas VII, hlm. 104.

Anda mungkin juga menyukai