Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH LATIHAN BEBAN ANKLE WEIGHT TERHADAP

KECEPATAN TENDANGAN DOLLYO CHAGI ATLET TAEKWONDO


KOTA LANGSA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


Memenuhi syarat-syarat untuk mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
AULIA SETIAWAN

NIM : 190409003
Jurusan : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Program Studi : Pendidikan Jasmani

PENDIDIKAN JASMANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SAMUDRA

2023
PENGARUH LATIHAN BEBAN ANKLE WEIGHT TERHADAP
KECEPATAN TENDANGAN DOLLYO CHAGI ATLET TAEKWONDO
KOTA LANGSA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


Memenuhi syarat-syarat untuk mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

AULIA SETIAWAN

NIM : 190409003
Jurusan : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Program Studi : Pendidikan Jasmani

Menyetujui:
Koordinator Program Studi,

Johaidah Mistar, S.Pd., M.Pd


NIP. 199002182019032017
DAFTAR ISI
Hal
SKRIPSI.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
A. LATAR BELAKANG............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................... 5
C. TUJUAN PENELITIAN......................................................................... 5
D. MANFAAT PENELITIAN..................................................................... 5
E. HIPOTESIS............................................................................................. 5
F. LANDASAN TEORI............................................................................... 6
G. METODE PENELITIAN....................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 36

ii
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1.1 …………………………………………………………………….. 17
Gambar 1.2……………………………………………………………………… 19

iii
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1.1.............................................................................................................. 31
Tabel 1.2.............................................................................................................. 32
Tabel 1.3.............................................................................................................. 35

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, kerena berkat izin dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini memenuhi syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Samudra. Penulis meyadari bahwa banyak pihak yang
terlibat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Samudra Dr. Ir Hamdani M.T, yang telah


memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi meraih
gelar sarjana di Universitas Samudra.
2. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Samudra Drs. Muhammad Yakob, M.Pd., Q.I.A, yang telah memberikan
izin dan berbagai persetujuan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsiini.
3. Bapak Ketua jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Madhan Anis, S.Pd.,
M.Pd, yang telah memberikan dukungan dan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan studi di jurusan Ilmu Pengetahun Sosial.
4. Ibu Koordinator program studi Pendidikan Jasmani ibu Johaidah
Mistar, S.Pd, M.Pd, yang memberikan persetujuan, arahan, dan
pengetahuan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat
waktu.
5. Semua Bapak dan Ibu Dosen program studi Pendidikan Jasmani Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, pembelajaran, selama
berproses di Prodi Pendidikan Jasmani.

v
6. Bapak Dosen pembimbing akademik Johaidah Mistar, S.Pd, M.Pd, yang
selalu membimbing rancangan studi penulis dari awal semester sampai
selesainya penyusunan tugas akhir ini.
7. Kedua Orangtua yang selalu memberikan bimbingan, dorongan
motivasi, doa, dukungan memberi segala hal dan contoh yang baik serta
telah membesarkan penulis sampai pada tahap penyelesaian tugas akhir
skripsi.
8. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Khususnya rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dan pertolongan
kepada penulis.

Penulis menyadari bahwasanya masih banyak terdapat kekurangan


dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT, berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Proposal
Skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Langsa, November 2022

vi
Aulia Setiawan

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beladiri adalah bentuk atau cara yang dilakukan untuk melindungi diri

dari manusia lain. Dengan belajar beladiri kita tidak akan lagi direndahkan oleh

orang lain karena dengan belajar beladiri juga mampu merubah sikap dan perilaku

kita, perubahan sikap ini dapat terjadi kearah positif ataupun negatif bergantung

pada diri kita sendiri. Seni beladiri juga terbagi beberapa jenis daripada seni

tempur bersenjata tajam, senjata tidak tajam seperti kayu, dan seni tempur tangan

kosong. Beberapa beladiri yang ada di dunia: Aikido, Capoeira, Gulat, Hapkido,

Jiu Jitsu, Jogo do pau, Judo, Kalaripayat, Karate, Kempo, Kendo, Kick boxing,

Krav maga, Kung fu, Muay Thai, NEST, Ninjutsu, Silambam, Silat, SOCP,

Systema, Taekwondo, Tarung derajat, Taido, Tai chi, Thifan, Tinju, Tomo, Wing

Tsun, Wun-hup-kuen-do, Wushu.

Cabang olahraga yang akan menjadi perhatian penulis adalah cabang

beladiri Taekwondo. Menurut Tirtawirya dalam (Fazdinata, Anatoli dan Haridito

2018:55) Taekwondo adalah cabang olahraga beladiri yang menggunakan tangan

dan kaki, dikemas dengan baik menggunakan aturan serta etika kedisiplinan diri,

sehingga Taekwondo bermanfaat besar dalam kehidupan masyarakat. Taekwondo

berasal dari Korea dan bermarkas besar di Kukkiwon Seoul, Korea. Organisasi

cabang olahraga Taekwondo di Indonesia adalah Pengurus Besar Taekwondo

Indonesia (PBTI). Taekwondo terdiri dari beberapa kata yaitu tae berarti

menendang atau menghancurkan dengan kaki, kwon berarti tinju, dan do berarti

1
2

jalan atau seni. Jadi Taekwondo dapat diterjemahkan sebagai seni beladiri yang

menggunakan kaki dan tangan dalam praktek gerakannya. Kemampuan atlet

Taekwondo sangat bergantung pada proses pelatihan yang dilaksanakan selama

latihan, Karena pelatihan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan

baik fisik maupun mental atlet, pelatihan juga haruslah dilakukan secara berkala

dan dalam waktu yang relatif panjang kemudian ditingkatkan secara bertahap agar

tujuan latihan bisa tercapai dengan baik.

Menurut sejarah Taekwondo berkembang seiring dengan perjalanan

sejarah bangsa Korea. Namun, Taekwondo sendiri baru dikenal pada tahun 1954

berdasarkan hasil penyempurnaan dari gabungan berbagai beladiri tradisional

Korea. Mereka berlatih Taekwondo sebagai kekuatan militer negara dan menjadi

warga negara yang dianggap terpandang. Peningkatan populasi dan hubungan

yang baik antara perguruan beladiri akhirnya menyatukan berbagai nama seni bela

diri mereka dan membuatnya Taekwondo. Didalam Taekwondo terdapat 2

kategori yaitu Kyorugi (Pertarungan) dan Poomsae (seni), dalam Kyorugi

(pertarungan) atlet diperbolehkan menyerang menggunakan tendangan dan juga

pukulan, Namun, tendangan merupakan senjata utama dan paling sering

digunakan saat bertanding baik dalam melakukan penyerangan (attack) ataupun

membalas (counter) untuk mendapatkan poin kemenangan. Salah satu tendangan

yang sangat dasar dan sering digunakan adalah tendangan Dollyo Chagi.

Tendangan ini adalah tendangan yang paling sering digunakan oleh atlet

Taekwondo untuk mendapatkan poin baik menyerang ataupun counter.

Menurut Yoyok dalam (Safitri, Deska dan Bafirman 2019:255) tendangan

Dollyo Chagi pada dasarnya tendangan ini menggunakan Baldung (punggung

kaki), terutama apabila digunakan dalam pertandingan. Untuk menghasilkan


3

tendangan yang tepat sasaran dan menghasilkan poin tentu harus didukung dengan

kondisi. Kondisi fisik yang berkaitan dengan tendangan Dollyo Chagi adalah

kekuatan kecepatan, kelenturan, daya ledak, dan keseimbangan. Di antara kondisi

fisik tersebut yang paling berpengaruh dalam tendangan Dollyo Chagi adalah

kecepatan dan kekuatan.

Pembinaan dan pengembangan adalah cara untuk meningkatkan prestasi

olahraga, agar prestasi olahraga tersebut tercapai diperlukan perencanaan yang

matang melalui sistem pembinaan yang terpadu, sistematis, dan berkelanjutan.

Menurut (Budiwanto 2012:15) Latihan adalah suatu proses pembentukan

kemampuan dan keterampilan atlet yang sistematis yang dilakukan secara

berulang-ulang, semakin hari beban latihan semakin meningkat, dan dilaksanakan

dalam kurun waktu yang panjang.

Program latihan perlu disusun dan dilaksanakan dengan memperhatikan

prinsip-prinsip latihan dan dilaksanakan melalui pentahapan, teratur,

berkesinambungan, dan terus menerus tanpa berselang. Prinsip-prinsip latihan

tersebut meliputi prinsip beban bertambah (overload), prinsip spesialisasi

(specialization), prinsip perorangan (individualization), prinsip variasi (variety),

prinsip beban meningkat bertahap (progressive increase of load), prinsip

perkembangan multilateral (multilateral development), prinsip pulih asal

(recovery), prinsip reversibilitas (reversibility), prinsip menghindari beban latihan

berlebih (overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the abuse of training),

prinsip aktif partisipasi dalam latihan, prinsip proses latihan menggunakan model.

Salah satu cara pembinaan kondisi fisik untuk meningkatkan kemampuan

tendangan Dolyo Chagi dapat dilakukan dengan menggunakan beban ankle


4

weight. Bentuk latihan ini mengarah pada kecepatan dan kekuatan tendangan.

Beban yang dipasang di kaki yaitu ankle weight menggunakan beban dengan

bobot 1 kg untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan Dollyo Chagi

sesuai dengan prinsip latihan bahwa latihan harus terus mengalami penambahan

beban dari hari ke hari. Penambahan beban dilakukan akan tetapi bukan pada

bobot bebannya melainkan pada frekuensi latihan tersebut. Berdasarkan beberapa

pendapat maka metode latihan beban dapat didefinisikan sebagai sebuah wujud

dari latihan yang dilakukan secara sistematis, menggunakan beban untuk

meningkatkan kekuatan dan kecepatan dengan gerakan sinergis yang bertujuan

untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan untuk menghasilkan tendangan yang

baik.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dan wawancara kepada

pelatih Taekwondo yaitu Sabeum Nuzul yang dilakukan penulis di Dojang Kota

Langsa pada saat dilakukan survei ke tempat latihan terlihat tendangan Dollyo

Chagi yang digunakan oleh atlet masih kaku dan lambat sehingga mengakibatkan

tidak adanya poin saat menendang karena daya ledak otot sangat mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk mendapatkan poin. Berdasarkan teori yang telah

disampaikan diatas, latihan beban dapat meningkatkan kecepatan dan kekuatan

tendangan untuk mendapatkan poin, dari hasil observasi tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh latihan beban terhadap

kemampuan tendangan Dollyo Chagi Taekwondo kota Langsa. Tujuan utamanya

adalah untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk mengetahui informasi

tentang hubungan antara pengaruh latihan beban terhadap Kecepatan tendangan

Dollyo Chagi Taekwondo kota Langsa.


5

Menurut penelitian relevan yang dilakukan oleh Fatina dian cahya

didapatkan latihan beban menggunakan pemberat kaki memberikan pengaruh

yang berarti terhadap peningkatan kecepatan tendangan dollyo chagi atlet

taekwondo putra Kabupaten Dharmasraya dimana diperoleh th = 2,402 > ttabel =

1,761 pada taraf signifikan siα = 0,05.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di atas, maka rumusan masalah penelitian

ini sebagai berikut : Adakah Pengaruh latihan Beban ankle weight Terhadap

Kecepatan Tendangan Dollyo Chagi Atlet Taekwondo Kota Langsa?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan

beban Ankle weight terhadap Kecepatan tendangan Dollyo Chagi Atlet

Taekwondo Kota Langsa.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang akan di capai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara teoritik

Secara teoritik dapat menunjukkan bukti – bukti secara ilmiah mengenai

pengaruh latihan menggunakan beban ankle weight terhadap Kecepatan tendangan

Dollyo Chagi atlet Taekwondo kota langsa.

2. Manfaat praktis
6

a. Dapat memperluas pengetahuan dan wawasan bagi atlet

b. Menjadi bahan referensi latihan untuk pelatih

E. Hipotesis.

Menurut Sugiyono dalam (Ahyar 2020:329) Hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan uraian

yang telah di jelaskan, peneliti dapat menuangkan hipotesis sebagai berikut:

Adanya pengaruh latihan beban ankle weight terhadap Kecepatan tendangan

Dollyo Chagi atlet Taekwondo kota langsa.

H a : Ada efek latihan ankle weight terhadap kecepatan tendangan Dollo

chagi atlet Taekwondo Kota Langsa

H o : Tidak ada efek latihan ankle weight terhadap kecepatan tendangan

Dollo chagi atlet Taekwondo Kota Langsa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Latihan

Menurut (Budiwanto 2012:15) Latihan adalah suatu proses

pembentukan kemampuan dan keterampilan atlet yang sistematis yang

dilakukan secara berulang-ulang, semakin hari beban latihan semakin

meningkat, dan dilaksanakan dalam kurun waktu yang panjang.

Sedangkan menurut Bompa dalam (Budiwanto 2012:16) mengemukakan

pendapatnya bahwa latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang

sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan

perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan

psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas.

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

Latihan adalah sesuatu yang dilakukan atlet untuk mencapai tujuan dan

performa yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, pelatihan dapat

diartikan juga kemampuan pelatih dalam memaksimalkan performa atlet

yang didapat dari proses latihan yang telah di program berdasarkan

pengetahuan dan diperluas oleh beberapa disiplin ilmu lainnya. Latihan

harus diselaraskan dengan cabang olahraga yang dilatih.

Menurut (Budiwanto 2012:18) latihan harus dikhususkan sesuai

dengan kebutuhan pada setiap cabang olahraga dan tujuan latihan.

Kekhususan latihan tersebut harus diperhatikan, sebab setiap cabang

olahraga dan bentuk latihan memiliki spesifikasi yang berbeda dengan

7
8

cabang olahraga lainnya. Spesifikasi tersebut antara lain cara melakukan

atau gerakan berolahraga, alat dan lapangan yang digunakan, sistem energi

yang digunakan.. Bentuk latihan yang pola gerakannya sama dengan

cabang olahraga yang dilatih akan lebih efektif karena otot akan lebih

terbiasa dengan gerakan olahraga tersebut. Dalam latihan Taekwondo

sering menggunakan gerakan dasar Taekwondo untuk mendapatkan daya

tahan kekuatan tendangan dan kecepatan.

Frekuensi pada program latihan adalah banyaknya latihan yang

dilakukan. Contoh frekuensi latihan seorang atlet adalah 12-16 kali dalam

sebulan. Menurut saya Frekuensi latihan sangat penting untuk dipahami

karena ini adalah salah satu hal terbaik yang dapat kita sesuaikan jika

rencana kita dalam program latihan mengalami kemunduran progres atau

mengalami stagnan, maka saya pikir penyesuaian frekuensi latihan

sangatlah penting. Contoh Apabila kita terbiasa melatih tubuh satu kali

dalam seminggu, lalu kita tingkatkan menjadi dua kali seminggu, ini

merupakan kemajuan yang sangat baik.

Volume latihan adalah beban kerja otot kita dalam setiap latihan.

Contoh sebuah rencana latihan dengan volume latihan 5-7 set per exercise,

10 repetisi per set, dan 10 exercise per hari. Program powerlifting biasanya

adalah program dengan volume rendah sementara program endurance

akan cenderung menjadi latihan dengan volume tinggi. Untuk latihan

dengan frekuensi tinggi ada baiknya dibarengi dengan volume latihan

tinggi. Begitu pula sebaliknya latihan dengan Frekuensi rendah dibarengi


9

dengan latihan bervolume rendah. Terlepas dari gaya anda di sini, jika

frekuensi memengaruhi volume, maka volume juga dipengaruhi oleh

Intensitas.

Intensitas dalam program pelatihan terkait dengan jumlah beban

yang digunakan. Powerlifting biasanya program dengan intensitas tinggi

karena setiap repetisi dilakukan dengan beban berat yang membutuhkan

banyak upaya untuk mengangkatnya. Banyak program powerlifting

dengan volume rendah dan umumnya frekuensinya juga rendah. Kita perlu

memahami intensitas karena volume dan frekuensi akan menentukan jenis

intensitas apa yang harus diterapkan. Contohnya jika kita melakukan

latihan 5 set 3-5 repetisi dan anda menggunakan pendekatan intensitas

rendah, maka anda tidak akan mendapatkan apa pun. Jika anda

menggunakan intensitas rendah dengan 3-5 repetisi maka saya ragu anda

akan mendapat hasil maksimal.

Menurut (Budiwanto 2012:17) Prinsip-prinsip latiahan meliputi

prinsip beban bertambah (overload), prinsip spesialisasi (specialization),

prinsip perorangan (individualization), prinsip variasi (variety), prinsip

beban meningkat bertahap (progressive increase of load), prinsip

perkembangan multilateral (multilateral development), prinsip pulih asal

(recovery), prinsip reversibilitas (reversibility), menghindari beban latihan

berlebih (overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the abuse of

training), prinsip aktif partisipasi dalam latihan, dan prinsip proses latihan

menggunakan model.
10

Ciri-ciri latihan adalah adanya beban latihan, Oleh karena saat

latihan diperlukan beban yang digunakan agar berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan, sehingga

puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat

bertahan relatif lebih lama. Pendapat Fox, Bowers dan Foss dalam

(Budiwanto 2012:17) menjelaskan bahwa kekuatan otot akan

dikembangkan secara efektif jika otot atau kelompok otot diberi beban

lebih, yaitu latihan melawan beban yang melampaui kemampuan normal.

Minimal beban lebih yang dicapai paling sedikit 30% dari usaha

maksimal.

Menurut Bompa dalam (Budiwanto 2012:20) menjelaskan

bahwa latihan harus memperhatikan dan memerlukan atlet sesuai dengan

tingkatan kemampuan, potensi, karakteristik belajar dan kekhususan

olahraga. Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan

karakteristik fisiologis dan psikologis atlet, sehingga tujuan latihan dapat

ditingkatkan secara wajar. Dalam menentukan program latihan kita harus

menyesuaikan dengan kemampuan individu atlet. Individualisasi dalam

latihan adalah kebutuhan yang penting untuk setiap atlet selama masa

latihan, dengan mengabaikan tingkat prestasi diperlukan secara individual

sesuai kemampuan dan potensinya, karakteristik belajar, dan kekhususan

cabang olahraga. Seluruh konsep latihan yang akan diberikan harus sesuai

dengan fisiologis dan karakteristik psikologis atlet sehingga tujuan latihan

dapat ditingkatkan secara wajar.


11

Pelatih harus menyadari bahwa kemampuan seorang atlet

berkaitan dengan usia dan biologis. Perbedaan struktur anatomis dan

biologis akan disesuaikan dengan layak dalam latihan. Wanita cenderung

menerima latihan kekuatan yang mempunyai kegiatan terus menerus

karena bentuk pinggul yang khusus dan luas daerah pantat yang lebih

rendah, otot-otot perut harus dikuatkan dengan baik. Ada perbedaan antara

laki-laki dan wanita dalam tingkat besarnya intensitas yang diperbolehkan.

Volume atau jumlah latihan juga secara layak harus disesuaikan antara

pria dan wanita. Variasi kebutuhan latihan wanita harus memperhatikan

siklus menstruasi dan akibat dari kegiatan hormon.

Perubahan hormon berkaitan dengan efisiensi dan kapasitas fisik


dan psikis. Memerlukan perhatian lebih terhadap atlet remaja putri
daripada yang sudah lebih tua atau lebih dewasa. Seperti pada atlet yang
lebih muda, latihan harus dimulai dengan menyesuaikan pada latihan
menengah sebelum meningkat pada latihan yang lebih sungguh- sungguh
atau lebih berat. Banyak nya kerja akan ditentukan pada kemampuan dasar
seseorang. Dalam beberapa keadaan,selama tahap akhir menstruasi
efisiensi latihan ditemukan lebih tinggi. (Ritter dalam Setyo Budiwanto
2012:22)

Metode latihan adalah cara latihan yang dilakukan dalam waktu

lama, yang juga dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan beban

latihan kian hari kian meningkat jumlah bebannya. Latihan sebaiknya

diberikan secara bertahap mulai dari latihan yang ringan lalu semakin lama

semakin ditingkatkan, yang diatur sedemikian rupa seperti latihan yang

dimulai dari menggerakan otot yang besar kemudian baru dilanjutkan

dengan melatih kelompok-kelompok kecil. Latihan dapat diartikan

memberikan beban terhadap tubuh yang mengakibatkan terjadinya suatu


12

penurunan kemampuan tubuh. Penurunan kemampuan tubuh ini hanya

dapat dipertahankan apabila organ-organ tubuh mempunyai waktu untuk

membangun kembali energi atau tenaga yang hilang. Menurut (Budiwanto

2012:17) ada beberapa prinsip latihan yaitu sebagai berikut:

1) Penambahan beban bertambah (overload), Jika atlet merasa ringan


dengan beban latihan yang diberikan, maka beban harus ditambah.
Dengan menerapkan dan berprinsip pada overload, maka kelompok-
kelompok otot akan menambah kekuatannya secara efektif dan akan
merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong
peningkatan kekuatan otot. Prinsip overload ini akan menyebabkan
sistem dalam tubuh yang menjalankan latihan mendapatkan tekanan
beban yang makin meningkat dan diberikan secara bertahap dalam
kurun waktu tertentu.
2) Prinsip individualisasi, Tidak ada dua orang atlet yang memiliki rupa
dan karakteristik fisiologis dan psikologis yang sama. Selalu ada
perbedaan kemampuan, adaptasi, potensi, dan karakteristik dalam
latihan yang dilakukan. Sehingga program latihan harus dirancang
berdasarkan perbedaan individu atas kemampuan, kebutuhan, dan
potensi.
3) Prinsip dentitas latihan, Dentitas atau yang biasa disebut kekerapan
latihan mengacu pada hubungan yang dinyatakan antara kerja dan
istirahat dalam latihan. Atau dapat dikatakan sebagai kepadatan dan
frekuensi atlet dalam melakukan suatu rangkaian (seri) rangsangan per
satuan waktu.
4) Prinsip kembali asal (reversibility), Prinsip ini menyatakan bahwa jika
kita berhenti berlatih, tubuh akan kembali ke keadaan semula atau
kondisinya
tidak akan meningkat. Oleh sebab itu, atlet harus berlatih secara
teratur dan berkesinambungan dengan frekuensi yang cukup tinggi.
5) Prinsip spesifik, Manfaat maksimal yang diperoleh dari rangsangan
latihan hanya akan terjadi apabila rangsangan tersebut merupakan
replikasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga
tersebut.
6) Prinsip perkembangan multilateral, Prinsip ini menganjurkan agar
anak usia dini jangan terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabang
olahraga tertentu. Pengembangan secara menyeluruh ini berkaitan
dengan keterampilan gerak secara umum (general motor ability) dan
pengembangan kebugaran sebagai tujuan utama yang terjadi pada
bagian awal dari perencaan latihan tahunan.
7) Prinsip pulih asal (recovery), Perkembangan atlet bergantung pada
pemberian istirahat yang cukup sesuai latihan agar regenerasi tubuh
dan dampak latihan bisa dimaksimalkan. Masa istirahat sama
13

pentingnya dengan latihan. Latihan yang berat atau latihan dengan


intensitas yang tinggi maka harus diikuti dengan proses pemulihan
yang cukup lama, jika latihan dilakukan dengan intensitas yang rendah
maka pemulihan berlangsung cukup singkat.
8) Variasi latihan, Kompleksnya latihan dan tingginya beban dalam
latihan membutuhkan variasi bentuk latihan dan metode latihan untuk
mencegah kejenuhan/kebosanan saat latihan
9) Intensitas latihan, Intensitas latihan merupakan kualitas atau kesulitan
beban latihan. Untuk mengukur intensitas tergantung pada atribut
khusus yang dikembangkan atau diteskan. Misalnya kecepatan berlari
diukur dalam meter per detik (m/dtk), kekuatan diukur dalam pound,
kilogram atau ton. Lompat dan lempar diukur oleh tinggi, jarak atau
sejumlah usaha.
10) Volume latihan, Volume latihan yaitu jumlah seluruh latihan dalam
istilah waktu, jarak, akumulasi berat dan sebagainya ketika durasi
beban adalah porsi beban yang disediakan untuk satu unit atau tipe
latihan.

Latihan merupakan kunci untuk mencapai suatu prestasi, baik itu

latihan fisik, teknik, taktik dan mental. Yang dimaksud dengan latihan

fisik adalah suatu proses aktivitas untuk meningkatkan kualitas atau

kemampuan fisik (jasmani) seseorang dalam menghadapi sesuatu kegiatan.

Jadi latihan ini adalah latihan yang memfokuskan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan kondisi fisik. Adapun komponen kondisi fisik

yang diperlukan bagi olahragawan (atlet), pada umumnya adalah

kecepatan, kekuatan, power, kelentukan dan daya tahan. Yang menjadi

tolak ukur latihan berhasil atau tidak adalah prestasi yang didapatkan oleh

atlet, atlet diharapkan mengikuti program latihan yang dibuat oleh pelatih

dengan tujuan mencapai sesuatu prestasi yang di inginkan berdasarkan

cabang olahraga yang diminati. Hal ini yang penting yaitu program latihan

yang tepat agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal.
14

(Budiwanto 2012:68) Beban latihan dalam adalah suatu beban

latihan luar yang mempengaruhi fisiologi dan psikologi atlet. Beban

latihan dibedakan menjadi dua yaitu beban latihan luar dan beban latihan

dalam. Beban latihan luar adalah bentuk beban latihan yang ditandai

adanya ciri-ciri latihan yaitu volume, intensitas, frekuensi, durasi, irama

dan densitas yang dapat dilihat secara langsung.

Dalam melatih kondisi fisik untuk melakukan tendangan Dollyo

Chagi dapat dilakukan dengan latihan beban menggunakan Ankle weight.

Tujuan dari latihan tersebut adalah untuk melatih kecepatan dan kekuatan.

Adapun bentuk pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan beban ikat yang

dipasang di kaki yaitu ankle weight menggunakan beban dengan bobot 1

kg, sesuai dengan prinsip latihan bahwa latihan harus terus mengalami

peningkatan beban, maka pada latihan beban ini Penambahan beban di

lakukan akan tetapi bukan pada bobot bebannya melainkan pada frekuensi

latihan tersebut.

Menurut (Fazdinata, Anatoli dan Haridito 2018:58) "pada dasarnya

istilah pelatihan beban sendiri adalah menempatkan tekanan beban pada

otot rangka secara sistematik dan dalam gerakan yang wajar mengikuti

kemampuan gerak sendi. Dapat disimpulkan bahwa latihan beban adalah

bentuk pelatihan yang menggunakan alat beban yang dilakukan secara

secara sistematis dan berulang-ulang dalam periode dan intensitas tertentu

yang beban sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan kualitas otot,

kekuatan, daya tahan. Pembesaran otot, pengencangan, penurunan,

penurunan berat badan dan untuk mencegah terjadinya cedera guna


15

meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan penunjang penampilan

fisik". Berdasarkan beberapa pendapat maka metode latihan berbeban

adalah latihan menggunakan beban yang dilakukan secara sistematis

dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan untuk

menghasilkan tendangan yang baik.

Latihan yang terprogram dan berkelanjutan, apabila kita semakin

sering kita melakukan latihan menggunakan ankle weight, maka akan

semakin baik pula eksplosive power yang kita hasilkan, baik saat

melakukan serangan maupun melakukan serangan balik. Karena pada saat

melakukan tendangan, eksplosive power sangat diperlukan, sehingga

tendangan akan teraplikasi dengan baik. Kelebihan dari latihan beban

menggunakan ankle weight adalah atlet mampu mempertahankan gerakann

tendangan dengan baik, terarah dan kuat. Setiap proses latihan yang

dilakukan memerlukan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, Sasaran

latihan diperlukan sebagai pedoman dan arah yang menjadi acuan oleh

pelatih maupun atlet dalam menjalankan progam latihan.

Menurut (Budiwanto 2012:109) Program latihan dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu program jangka panjang, jangka menengah dan jangka

pendek. Dalam program latihan masih terbagi lagi menjadi empat siklus

program latihan, yaitu program latihan tahunan. (macrocycle), program

latihan bulanan. (messocycle), program latihan mingguan (microcycle),

dan program latihan harian (myocycle).

B. Pengertian Ankle Weight


16

Menurut Surendra dalam (Safitri, Deska dan Bafirman 2019:262)

ankle weight adalah alat pemberat kaki terbuat dari kain yang diberikan

pemberat dengan serbuk besi. Ankle weight dapat digunakan pada kaki

maupun tangan. Ankle weight mempunyai ukuran panjang 28-34 cm dan

mempunyai berat yang terdiri dari 0,5kg, 1kg, 2kg dan 3kg yang dapat

meningkatkan kecepatan dan power tungkai. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa Ankle weight adalah alat pemberat kaki yang terbuat

dari kain yang diberi pemberat serbuk besi. Ankle weight dapat

dipergunakan pada kaki maupun tangan.

Latihan ankle weight dapat meningkatkan power tendangan, karena

bentuk latihan ankle weight dapat melatih power tungkai. Power menurut

(Utama, Surisman, dan Jubaedi 2018:3) Adalah ”hasil dari kekuatan dan

kecepatan,“ kaitannya dengan latihan dalam pengembangan power.

Harsono juga menjelaskan “latihan power dalam weight training tidak

boleh hanya menekankan pada beban, akan tetapi harus pula pada

kecepatan mengangkat, mendorong dan menarik beban.

Ankle weight yang biasa digunakan oleh atlet maupun orang awam

adalah ankle weight yang terbuat dari kain dan diisi pasir, Ankle weight

biasa digunakan pada pergelangan tangan maupun kaki dengan tujuan

untuk menjadi pemberat serta meningkatkan kekuatan dan kecepatan pada

bagian yang dilatih. Contoh seperti pada gambar berikut :


17

Gambar 1.1 Ankle Weight

(Sumber : https://images.app.goo.gl/vpt3QJCYciiTJQ2Q8)

Menurut (Safitri, Deska dan Bafirman 2019:262) mengemukakan

“latihan ankle weight adalah latihan untuk meningkatkan kinerja otot-otot

pada tungkai, yang di lakukan dengan cara memberi beban pada tungkai

bagian bawah. Pada latihan ankle weight diakukan dengan memasang alat

berupa rompi ankle pada tungkai bawah agar bereaksi dengan cepat,

terutama pada saat menendang”.

Faktor utama Power otot adalah kekuatan dan kecepatan. Power

otot dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui latihan fisik yaitu

dengan meningkatkan unsur kekuatan dan unsur kecepatan secara

bersama-sama". Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

latihan ankle weight adalah latihan yang menggunakan beban pada

pergelangan kaki yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dan

kekuatan.

C. Pengertian Tendangan Dolyo Chagi


18

Menurut (Ariansyah, Insanistyo, dan Sugiyanto 2017:111) teknik

tendangan adalah cara yang dilakukan untuk menyerang maupun bertahan

dengan menggunakan tungkai/kaki. Dilakukan dengan mengangkat lutut

setinggi mungkin dengan dada, kemudian melentingkan atau

menyodokkan kaki yang akan digunakan untuk menendang. Ada dua cara

dalam melakukan teknik tendangan, cara pertama adalah dengan

melentingkan lutut (snap), cara kedua ialah dengan menyodok (thrust).

Farida Yuni Susilowati dalam (Ariansyah, Insanistyo,danSugiyanto

2017:112), mengatakan ketangkasan menggunakan kaki juga merupakan

kepandaian yang utama maksudnya adalah serangan dengan tendangan.

Teknik tendangan dalam olahraga beladiri Taekwondo yang baik

dipengaruhi oleh posisi kaki, keseimbangan badan, pinggang, dan sudut

saat mengangkat lutut, agar mendapatkan hasil ledakan yang keras dan

tepat sasaran.

Gambar 1.2 Tendangan Dollyo Chagi


(Sumber : https://images.app.goo.gl/phvHZdH8G2WBo4ybA)
19

Jadi, berdasarkan pengertian diatas maka Tendangan adalah cara

untuk menyerang maupun bertahan menggunakan kaki dengan

mengangkat lutut setinggi-tingginya. Berdasarkan pernyataan diatas maka

Tendangan Dollyo Chagi adalah tendangan melingkar yang

perkenanannya menggunakan punggung kaki, dengan sasaran kepala atau

badan. Pada bela diri Taekwondo untuk tendangan memiliki 3 bagian

sasaran tendang seperti (1) Eolgol (Bagian Atas/Kepala/Muka), (2)

Momtong (Bagian Tengah/Badan), dan (3) Are (Bagian Bawah).

Tendangan Dollyo mulai diajarkan setelah Taekwondoin mencapai

tingkat sabuk kuning. Kekuatan tendangan ini selain dari lecutan lutut juga

sangat didukung oleh putaran pinggang yang sebenarnya merupakan

penyaluran tenaga dari massa badan. Maka dari itu, teknik tendangan

Dollyo membutuhkan tingkat fleksibilitas yang cukup tinggi, hal ini

dikarenakan putaran pinggang menentukan seberapa besar kekuatan

tendangan yang dihasilkan, selain itu keseimbangan juga sangat

diperlukan karena tendangan harus dilakukan dengan cepat dan terkontrol

(Cahyani 2015:4). Berdasarkan pernyataan ahli tersebut maka Tendangan

Dollyo Chagi adalah tendangan dasar yang paling sering digunakan oleh

atlet Taekwondo ketika bertanding. Gerakan yang mudah dan power kuat

yang dihasilkan merupakan alasan tendangan ini sering digunakan. Selain

itu, gerakan teknik tendangan Dollyo Chagi yang cepat dan memiliki daya

ledak yang kuat mengakibatkan teknik tendangan Dollyo Chagi akan sulit

diantisipasi oleh lawan.


20

Tendangan momtong Dollyo Chagi yang baik dan terarah

dipengaruhi oleh daya ledak otot tungkai merupakan salah satu komponen

kondisi fisik yang berperan penting, (Erwina 2022:115) mengatakan pada

umumnya semua cabang olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik agar

tampil lebih baik. Menurut (Erwina 2022)“Atlet bela diri harus mampu

memiliki kemampuan menendang yang baik yaitu menggunakan teknik

serta taktik dalam menyerang maupun diserang, bertenaga, serta faktor

yang paling penting adalah kecepatan pada saat melakukan tendangan

maupun bertahan”.

Menurut (Erwina 2022:115) “daya ledak adalah kemampuan

menampilkan, mengeluarkan kekuatan secara explosif dengan cepat dan

perpaduan kekuatan, kecepatan, kontaksi otot secara dinamis dalam waktu

yang sangat singkat”. Dalam Dollyo Chagi tendangan yang dilakukan

dengan arah gerak melingkar, dengan perkenaan bagian punggung kaki.

Gerakan menendang akan melibatkan sebagian otot pinggul, tungkai yang

baik, disamping membutuhkan kekuatan, kecepatan, keseimbangan,

kelentukan, daya ledak otot tungkai, kelincahan dan koordinasi (Erwina

2022:115) .Pentingnya seorang atlet untuk melakukan latihan secara

terprogram adalah untuk mencapai kondisi fisik yang prima agar dapat

meningkatkan keterampilannya (Anugrah, Permadi, dan Sonjaya 2022:10).

Sedangkan menurut (Hidayat, Syafrial, dan Sugihartono 2019:176) aturlah

keseimbangan sebaik-baiknya, karena untuk melakukan tendangan yang


21

cepat butuh keseimbangan yang baik dan untuk menjaga keseimbangan

yang baik butuh kecepatan tendangan.

Dalam satu pertandingan dari sekian macam teknik tendangan, dolyo

chagi merupakan teknik yang paling sering menghasilkan point atau nilai

(Zulman, Dewi, dan Sasmitha 2021:23). Tendangan dolyo chagi memiliki

perkenaan pada tempurung kaki dengan sasaran tendangan adalah kepala

perut, punggung dan kanan-kiri badan. Tendangan Dollyo Chagi akan

menghasilkan power yang besar jika dilakukan dengan teknik yang baik

dan benar. Saat melakukan tendangan Dollyo Chagi, untuk menghasilkan

power yang besar atlet harus memiliki tumpuan yang kuat.

Tendangan yang memiliki daya ledak yang kuat akan memudahkan

atlet mendapat point pada saat bertanding, dengan power yang kuat juga

atlet dapat dengan mudah menjatuhkan lawannya. Daya ledak akan

maksimal jika didukung dengan kecepatan yang maksimal, jika kecepatan

buruk maka daya ledak tidak akan sempurna. Kecepatan adalah suatu

kemampuan yang dimiliki saraf untuk menghasilkan gerakan tubuh dalam

keadaan atau waktu yang sesingkat singkatnya. Menurut Mathews dan

Arsil dalam (Erwina 2022:115) “kecepatan sebagai suatu kemampuan

bersyarat untuk menghasilkan gerakan tubuh dalam waktu yang sesingkat

mungkin”. Kecepatan (speed) adalah salah satu unsur kondisi fisik yang

paling dominan dan harus dimiliki oleh setiap atlet, karena setiap gerakan

yang ada dalam kyorugi baik menyerang dan bertahan harus dilakukan

dengan cepat. Seorang atlet Taekwondo pada pertandingan tanpa memiliki

kecepatan menendang yang baik selamanya tidak akan pernah berhasil


22

dengan baik. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan reaksi,

dengan bergerak secepat-cepatnya ke arah sasaran yang telah ditetapkan.

Selain beberapa faktor penting diatas, ada juga faktor lain yang

tidak kalah penting adalah Komponen kondisi fisik. Komponen kondisi

fisik menurut (Gst Agung Cahya Prananta dan Gusti Putu Ngurah Adi

Santika 2022:3) yang meliputi kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan,

daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan reaksi.

Berikut Unsur-unsur komponen yang dapat mendukung keterampilan

tendangan Dollyo Chagi bagi atlet Taekwondo (Gst Agung Cahya

Prananta dan Gusti Putu Ngurah Adi Santika 2022:3):

a. Masing-masing komponen kondisi fisik tentunya mempunyai peranan


yang berbeda dalam mendukung keberhasilan seorang Taekwondoin
untuk melakukan tendangan (chagi) khususnya tendangan momtong
Dollyo Chagi. Dua diantara komponen kondisi fisik yang sangat
diperlukan seorang Taekwondoin untuk melakukan tendangan
momtong Dollyo Chagi adalah komponen yang terkait dengan
koordinasi dan kekuatan yang meliputi kekuatan otot tungkai.
Koordinasi mata kaki merupakan perpaduan dari syaraf mata sebagai
indera penglihat dengan gerakan kaki.
b. Koordinasi mata kaki merupakan salah satu unsur dari kemampuan
fisik yang harus dimiliki oleh atlet Taekwondo. Karena dengan
memiliki koordinasi mata-kaki yang baik, terlebih lagi dalam
melakukan teknik tendangan momtong Dollyo Chagi, koordinasi
antara mata yang melihat dan kaki yang dipergunakan sebagai
pendorong ketepatan dalam tendang momtong Dollyo Chagi.
c. Power otot tungkai merupakan salah satu faktor yang sangat menonjol
dalam kinerja olahraga. Power otot tungkai ini berpengaruh terutama
untuk bergerak merubah gerakan tendang tanpa kehilangan
keseimbangan.

Pada saat melakukan tendangan Dollyo Chag jika persendian pada

tungkai dan kecepatan bisa dimanfaatkan secara maksimal, maka kekuatan


23

yang dihasilkan akan sangat besar dan tendangan yang dilakukan akan

lebih cepat. Tendangan Dollyo Chagi menghasilkan power yang cukup

besar jika dilakukan dengan teknik yang baik dan benar. Pada saat

melakukan Dollyo Chagi, posisi tungkai yang akan menendang memiliki

tumpuan yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan tendangan yang

sempurna. Kemampuan atlet Taekwondo tergantung dari proses latihan

yang merupakan proses bekerja secara berulang-ulang dalam jangka waktu

yang relatif panjang yang kemudian ditingkatkan secara bertahap

berdasarkan kemampuan individual yang ditunjukkan pada pembentukan

fungsi fisiologis dan psikologis untuk memenuhi tuntutan tugas tertentu

(Erwina 2022:116)

D. Pengertian Taekwondo

Taekwondo adalah suatu ungkapan fisik dari kehendak manusia

untuk survival dan suatu aktivitas untuk memenuhi keinginan rohani dari

seorang laki-laki. Pada dasarnya semua tindakan di (dalam) Taekwondo

dikembangkan dari naluri manusia untuk pertahanan diri diperkuat dengan

unsur yang positif, dan pada akhirnya menjangkau status yang absolut

untuk mengalahkan ego dan tiba pada suatu kesempurnaan, dengan

demikian memberi olahraga suatu phylosophical dimensi (Tirtawirya

2005:198).

Taekwondo adalah seni bela diri yang yang menggunakan berbagai

teknik, salah satu teknik yang paling penting untuk diasah adalah

tendangan. Tendangan merupakan teknik yang paling sering digunakan


24

dalam olahraga Taekwondo dan bahkan olahraga Taekwondo sangat

terkenal dengan teknik tendangan, seperti yang diungkapkan Suryadi

dalam (Cahyani 2015:2) bahwa : “teknik tendangan sangat dominan dalam

seni beladiri Taekwondo, bahkan harus diakui bahwa Taekwondo sangat

dikenal karena kelebihannya dalam teknik tendangan”. Berdasarkan

pendapat diatas maka Taekwondo adalah seni beladiri yang menggunakan

pukulan, tangkisan, dan tendangan dalam prakteknya. Dalam Taekwondo

gerakan yang paling dominan adalah tendangan, Taekwondo sangat

dikenal karena kelebihanya dalam keragaman teknik tendangan.

Setelah kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, konsep baru

tentang kebudayaan dan tradisi mulai bangkit. Banyak para ahli beladiri

yang mulai membentuk perguruan/sekolah beladiri dengan tujuan

menyebarkan beladiri tradisional korea. seiring dengan meningkatnya

popularitas dan jumlah peminat beladiri ini, para ahli beladiri akhirnya

memutuskan untuk menyatukan beladiri tradisional korea dengan sebutan

Taekwondo, pada tahun 1954. Pada tanggal,16 September 1961 sempat

berubah menjadi Taesoodo namun kembali menjadi Taekwondo dengan

organisasi nasionalnya bernama Korea Taekwondo Association (KTA).

Taekwondo menjadi anggota Korean Sport Council pada 5 agustus

1965 sampai 1970-an, banyak acara pertandingan dan demonstrasi yang

diadakan oleh KTA untuk mempromosikan Taekwondo secara nasional,

tujuan promosi inn adalah untuk menyebarkan Taekwondo ke berbagai

kalangan, hingga pada akhirnya Taekwondo diakui oleh pemerintah dan

menjadi beladiri militer di Korea. Pada saat perang terjadi antara Korea
25

dan Vietnam, Taekwondo menjadi beladiri untuk tentara korea yang pergi

berperang, saat itulah Taekwondo mendapatkan perhatian besar.

Untuk mengembangkan Taekwondo keseluruh dunia, Taekwondo

mendirikan markas besar di Kukkiwon pada tahun 1972. Kejuaraan

Taekwondo pertama diadakan di Kukkiwon, Seoul Korea Selatan pada

tahun 1973. Untuk meningkatkan kualitas instruktur dan pelatih

Taekwondo. Kukkiwon akhirnya menjadi markas besar Taekwondo Dunia,

pusat penelitian dan pengembangan Taekwondo, pelatihan para instruktur,

dan sekretariat promosi ujian tingkat internasional.

The World Taekwondo Federation ( WTF ) didirikan Pada tanggal

28 Mei 1973, hingga sekarang mempunyai 156 negara anggota,

Taekwondo telah dipraktekkan oleh lebih dari 50 juta orang di seluruh

penjuru dunia, dan angka ini masih terus bertambah seiring perkembangan

Taekwondo yang makin maju dan populer, hingga sampai ke Indonesia

dan berkembang sekitar tahun 1970. Pada tahun 1970-an Taekwondo

mulai masuk ke Indonesia, Taekwondo berkembang dengan sangat baik

sejak awal masuk ke indonesia. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme

masyarakat yang ikut serta dalam mengikuti beladiri yang berasal dari

Korea ini, berdirinya tempat-tempat latihan Taekwondo.

Olahraga beladiri Taekwondo memiliki gerakan yang indah dan

juga praktis saat digunakan, contohnya tendangan memutar dengan sasaran

kepala, karena kelebihan dan keunikannya ini beladiri Taekwondo banyak

menarik perhatian masyarakat. Saat bertanding alat pelindung yang

digunakan pada bagian-bagian vital untuk menghindari bahaya. Jadi,


26

meskipun gerakan Taekwondo mematikan, tapi atlet tetap aman karena

adanya alat pelindung. Untuk itu olahraga beladiri Taekwondo bisa diikuti

oleh anak kecil usia dini sampai orang tua. Pada saat Masuk ke Indonesia,

Taekwondo terbagi menjadi dua aliran yaitu ITF (International Taekwondo

Federation) dan WTF (World Taekwondo Federation).

Pada tahun 1980 KONI mengadakan Sidang Paripurna XI KONI

dikarenakan dualisme kepengurusan tersebut. Sidang itu memutuskan

sebuah Keputusan Bersama dalam melihat prospek perkembangan dunia

olahraga di tingkat Nasional dan Internasional. Kemudian dilaksanakan

MUNAS (Musyawarah Nasional) Taekwondo pada tanggal 28 Maret 1981

dan berhasil menyatukan kedua organisasi Taekwondo tersebut menjadi

organisasi baru yang disebut Taekwondo Indonesia (TI) yang berafiliasi ke

World Taekwondo Federation (WTF).

Taekwondo sudah dipertandingkan di berbagai event di seluruh

dunia, Salah satunya di olimpiade sydney tahun 2000. Juana Wangsa dan

Satriyo Rahadani adalah Atlet Taekwondo Indonesia yang pernah

mengikuti ajang empat tahunan ini, Hal ini membuktikan kepopuleran dari

olahraga Taekwondo. Pada Asian Games 2018 Olahraga Taekwondo

berhasil mendapat medali emas kategori Women Individual Poomsae pada

cabang olahraga Taekwondo.

Foot teknik atau teknik menendang merupakan teknik yang sering

digunakan dalam perlombaan Taekwondo terutama dalam pertandingan

(Sabatani, Hendra, Satria, dan Dewi 2019:88) . Hal ini dikarenakan poin

yang didapat lebih besar dan area yang diizinkan lebih luas dibandingkan
27

dengan teknik pukulan. Tendangan yang akan dikaji adalah 4 dasar

tendangan Taekwondo yaitu round house kick, front kick, back kick dan

side kick (Sabatani, Hendra, Satria, dan Dewi 2019:88).

Perkembangan Taekwondo di Indonesia saat ini sangat pesat,hal

ini karena kerja sama yang baik antara pembina, pelatih dan pengurus

dalam memberikan latihan pada para atlet. Setiap pelatih dan Pembina

olahraga akan senantiasa berusaha meningkatkan prestasi atlet-atletnya.

Untuk mencapai prestasi yang tinggi atlet juga harus memiliki potensinya,

lalu potensi tersebut di kembangkan oleh pelatih hingga atlet tersebut

dapat meraih prestasi yang baik melalui proses latihan yang sistematis dan

terprogram.

Taekwondoin yang handal harus menguasai teknik tendangan dasar

Taekwondo menurut (Safitri, Deska dan Bafirman 2019:257) beberapa

macam bentuk teknik tendangan dasar diantaranya yaitu: “1) Ap Chagi

atau tendangan depan, 2) Dollyo Chagi, tendangan samping memutar, 3)

Yop Chagi atau tendangan samping, 4) Dwi Chagi atau tendangan

belakang, dan 5) Naeryo Chagi atau tendangan mencangkul. Variasi

tendangan antara lain : I dan Dollyo Chagi (tendangan serong dengan

meluncur) dan dolke chagi ( tendangan serong dengan putaran tubuh 360

derajat)”.

Fitri dalam (Fazdinata, Anatoli dan Haridito 2018:57) “Pada

cabang ini, yang dipertandingkan sampai saat ini ialah Kyorugi

(pertarungan) dan poomsae (seni), sehingga sangat memerlukan

keterampilan gerak dan keterampilan dalam menendang”. Beladiri ini


28

memiliki kemampuan untuk pengembangan beberapa komponen

biomotorik yang baik dalam pertarungan, misalnya kekuatan otot,

kecepatan, daya ledak, keseimbangan, kelentukan, daya tahan serta

keterampilan gerak (Fazdinata, Anatolidan Haridito 2018:54). Menurut

(Cahyani 2015: 2) dalam didalam Kyorugi (pertarungan), tendangan

merupakan senjata utama dalam melakukan penyerangan untuk

mendapatkan poin kemenangan. Salah satu tendangan yang sangat sering

digunakan ialah tendangan Doolyo. Tendangan Doolyo merupakan salah

satu tendangan dasar dan paling sering digunakan oleh atlet Taekwondo

dalam Attack (menyerang) maupun Counter (membalas serangan lawan).

Indonesia memiliki prestasi yang cukup baik dalam cabang beladiri

Taekwondo, hal ini dapat dilihat dari perolehan medali emas yang diraih.

Namun perlu ditingkatkan jika dilihat dari kategori yang ada dengan

perolehan mendali yang didapat. Oleh karena itu, perlu pengkajian dari

segi teknik hal yang mempengaruhi prestasi atlet Taekwondo.

Pertandingan Taekwondo mengizinkan dua teknik yaitu fist teknik dan foot

teknik yang akan menyebabkan perpindahan daritubuh lawan, World

Taekwondo dalam (Sabatani, Hendra, Satria,dan Dewi 2019:85).

Fist teknik yaitu meninju atau pukulan menggunakan buku jari

tangan dengan kepalan yang erat dan area yang diizinkan hanya tubuh.

Foot teknik yaitu menendang dengan bagian di bawah dari pergelangan

kaki dan area yang diizinkan tubuh dan kepala. Foot teknik atau teknik

menendang sering digunakan atlet dalam ajang perlombaan terutama


29

dalam pertandingan. Hal ini dikarenakan penskoran nilai dalam

pertandingan Taekwondo(Sabatani, Hendra, Satria,dan Dewi 2019:86).


30
BAB III

Metode Penelitian

A. Waktu dan tempat penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Lapangan Merdeka Kota Langsa yang

berlokasi di Jl. Jendral Ahmad Yani, Gampong Jawa, Kecamatan Langsa

Lama, Kota Langsa, Aceh 24416.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2022

B. Populasi penelitian

Menurut Margono dalam (Ahyar 2020:361) Populasi adalah keseluruhan

objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-

tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data

yangmemiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian. Misalnya Anda

ingin melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahPopulasi dalam penelitian

ini adalah seluruh atlet Taekwondo Dojang Kota Langsa yang berjumlah 40

orang.

(Tabel 1.1. Nama- nama Atlet Taekwondo Kota Langsa)

NO NAMA TEMPAT TANGGAL


LAHIR LAHIR
1. M. Rizki Ashari Langsa 07 September 2006

2. Chatrine Kuala Simpang 19 April 2008

28
29

NO NAMA TEMPAT TANGGAL


LAHIR LAHIR
3. Dimas Rafif Maulana Langsa 14 April 2007
4. Rafa Mada Al Firaz Langsa 13 June 2013
5. Nabil Pahlepi Langsa 12 November 2008
6. M Farras Ramadhan Langsa 19 July 2014
7. Denni Arabyanto Banda Aceh 19 December 2002
8. Muhammad Naufal Murte Langsa 12 August 2008
9. Atthoriq Kelvinsyah Langsa 26 January 2001
10. M Diva Irvingsyah Langsa 04 February 2003
11. Mulya Hafiz Sungai Raya 02 September 2000
12. Lambri Liany, S.E. Serang 19 July 1979
13. Ozzy Andra Hasan W Langsa 08 August 2004
14. Aulia Rizky Ananda Langsa 15 March 2013
15. M. Hafizh Chantona Langsa 15 April 2007
16. Yoga Febriyan Langsa 24 February 2010
17. Muhammad Rifqy Agna Langsa 25 December 2013
18. Syahdani Al Habsyi Langsa 16 January 2009
19. Shafira Aninditya Langsa 27 February 2010
20. Sarah Maulidya Langsa 14 January 2014
21. Muhammad Rizki Aulia Langsa 27 March 2008
22. Anjir Faghnawi Bahar Langsa 28 April 2008
23. Cut Lidya Fury Rizky Langsa 01 November 2006
24. Kanaya Azzahra Langsa 14 October 2011
25. Aryan Alif Pranata Langsa 22 February 2007
26. hammad Almaturidi Az Langsa 18 February 2006
27. Kayyisa Ratifa Langsa 01 September 2012
28. Mulianas Surya Pranata Bireun 13 September 2006
29. Rina Wahyuni Teupin Keubeu 09 October 2003
30

NO NAMA TEMPAT TANGGAL


LAHIR LAHIR
30. Fattanah Langsa 03 October 2004
31. Zaiton Isnani Cibrek 20 March 2003
32. M Hafidz Abdurrahman Langsa 28 February 2006
33. Raja Hanif Alfurqan Langsa 17 October 2012
34. Hafiz Ridwan Muzanni Langsa 14 May 2009
35. M Dzulfaqar Al Hakim Langsa 15 April 2010
36. Diya Rayyan Langsa 01 July 2010
37. Abidzar Al Ghifari Langsa 15 September 2010
38. Praja Putra Pratama Langsa 15 July 2011
39. M Ariq Aqila Langsa 15 July 2011
40. Wan Amita Najwa Langsa 23 December 2011

(Sumber : Pelatih Taekwondo Kota Langsa)

C. Sampel penelitian

Menurut Husain dan Purnomo dalam (Ahyar . 2020:362) Sampel adalah

sebagain anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik

pengambilan sampling. Teknik sampel yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah purposive sampling, teknik ini didasarkan atas tujuan

tertentu. Adapun syarat dalam pengambilan sampel ini adalah pemilihan sampel

berdasarkan atlet yang pernah mengikuti minimal 3 kejuaraan dan berusia 18

tahun ketas.

(Tabel 1.2 Nama-nama atlet yang dijadikan sampel)


NO NAMA TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR

1. M. Rizki Ashari Langsa 07 September 2003


31

NO NAMA TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR

2. Chatrine Kuala Simpang 19 April 2003

3. Dimas Rafif Maulana Langsa 14 April 2003

4. Nabil Pahlepi Langsa 12 November 2003

5. Denni Arabyanto Banda Aceh 19 December 2002

6. Muhammad Naufal Langsa 12 August 2003

Murte

7. Atthoriq Kelvinsyah Langsa 26 January 2001

8. M Diva Irvingsyah Langsa 04 Februari 2003

9. Mulya Hafiz Sungai Raya 02 September 2000

10. Lambri Liany Serang 19 Juli 1999

(Sumber Pelatih Taekwondo Kota Langsa)

D. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk

menghubungkan kualitas atau sebab akibat. Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah “one group pretest-posttest design”, yaitu desain penelitian

yang terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi

perlakuan. Dengan demikian dapat diketahui dengan akurat karena dapat

membandingkan antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi

perlakuan(Ahyar . 2020:349). Penelitian ini membandingkan kecepatan tendangan


32

Dollyo Chagi atlet Taekwondo Kota Langsa setelah di berlakukan latihan

menggunakan Ankle Weight.

E. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Proses pengumpulan

data ini merupakan rangkaian kegiatan penelitian yang mempunyai peranan yang

sangat penting untuk memperoleh data yang valid. Instrumen dalam penelitian ini

berupa tes. Untuk mengukur frekuensi kecepatan tendangan Dollyo Chagi dalam

Taekwondo adalah dengan tes tendangan Dollyo Chagi.

Berikut adalah uraian pelaksanaan tes tendangan Dollyo Chagi. 1). Atlet

bersiap-siap berdiri di belakang target dengan satu kaki tumpu berada dibelakang

garis sejauh 60 cm: 2). Setelah aba-aba “YA” atlet melakukan tendangan kaki

kanan selama 15 detik dan kembali ke posisi awal dengan menyentuh lantai yang

ada di belakang garis, kemudian melanjutkan tendangan kaki kiri selama 15 detik:

3). Pelaksanaan dilakukan sebanyak 3 kali kesempatan dan diambil tendangan

yang terbanyak: 4). Sasaran dengan target disesuaikan dengan ukuran tinggi badan

tester: 5). Tes ini dilakukan dengan 2 kali kesempatan, nilai yang tertinggi dari 2

kali kesempatan diambil untuk dijadikan data.

Diharapkan di akhir penelitian ini dapat memperlihatkan hasil yang baik

untuk tendangan para atlet, sehingga data penelitian dapat digunakan pelatih

sebagai acuan pembuatan program latihan. Desain penelitian ini adalah sebagai

berikut :

T1 – X – T2
33

Keterangan:
X : Latihan menggunakan Ankle weight

T1 : Tes awal (kecepatan tendangan Dollyo Chagi)

T2 : Tes akhir (kecepatan tendangan Dollyo Chagi)

Tabel 3.3 Norma Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi

Nilai Kategori

>28 Baik Sekali

23 – 27 Baik

18 – 22 Sedang

15 – 17 Kurang

<14 Kurang Sekali

Sumber (Rasyono 2018)

Tujuan : Mengukur kecepatan tendangan Dollyo Chagi

Sasaran : Atlet Taekwondo Dojang Kota Langsa

Perlengkapan : Target Tendangan

Pelaksanaan : Ikuti instruksi pelatih Taekwondo

F. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan uji hipotesis, perlu dilakukan uji prasyarat. Hasil

pengukuran dan pengujian data bertujuan agar analisis menjadi lebih baik. Untuk
34

itu dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan uji normalitas dan uji

homogenitas.

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya

distribusi sampel. Peneliti menggunakan Uji Normalitas menggunakan Uji

Liliefors dengan rumus, yaitu:

xi−¿ x
Zi = ¿
s

Dimana :

x = Rata-rata dari data

x i = Nilai dari data ke-i

s = simpangan baku data

Zi = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal

(Sudjana 2016: 466)

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas berfungsi untuk mengetahui homogen atau tidaknya

populasi yang diambil sampelnya. Uji F digunakan untuk menghitung

homogenitas dengan cara F tabel dibandingkan dengan F hitung. Jika

Ftabel<Fhitung, maka kelompok data homogen. Uji F dalam penelitian ini

menggunakan rumus:

Rumus uji F
35

2
S1
F= 2
S2

Dimana :

2
s1 = Variansi Kelompok 1

s22 = Variansi kelompok 2

(Sudjana 2016:249)

c. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini menggunakan chi kuadrat, chi kuadrat adalah

pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi chi kuadrat sebagai pengujian

statistik. Tabel pengujiannya disebut dengan tabel chi kuadrat. Hasil uji ini

kemudian dibandingkan dengan nilai tabel untuk menolak atau menerima

hipotesis (nol) yang dikemukakan. Didalam teknik ini, terdapat dua kelompok

frekuensi yaitu frekuensi hasil pengamatan dan frekuensi yang diharapkan.

Frekuensi pengamatan merupakan data yang diperoleh dari objek penelitian,

sedangkan frekuensi yang diharapkan adalah frekuensi.

[ ]
k
(O i−E i)²
x =∑ ❑
2

i=1 Ei

(Sudjana 2016:273)

Dimana :

x : Chi Kuadrat

Oi : Frekuensi observasi dalam sampel

Ei : Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan

dan frekuensi yang diharapkan dalam populasi


36

K : Banyaknya Frekuensi

Jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel maka 𝐻0 ditolak atau Ada efek latihan

ankle weight terhadap kecepatan tendangan Dollo chagi atlet Taekwondo Kota

Langsa.

Jika ttabel ≤ thitung ≤ -ttabel maka 𝐻0 diterima atau Tidak ada efek latihan ankle

weight terhadap kecepatan tendangan Dollo chagi atlet Taekwondo Kota Langsa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyar, Hardani. 2020. Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.


Anugrah, Nurul. Asep Angga, Permadi. dan Azhar Ramadhana, Sonjaya. 2022.
“Pengaruh Latihan Quickness Terhadap Peningkatan Kecepatan Tendangan
Atlet Kategori Tanding Cabang Olahraga Pencak Silat.” 22: 9–16.
https://doi.org/10.24036/JSOPJ.71.
Ariansyah. Arisman. Bayu, Insanistyo. dan Sugiyanto. 2017. “Hubungan
Keseimbangan Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Tendangan
Dollyo Chagi Pada Atlet UMKM Universitas Bengkulu.” Jurnal Ilmiah
Pendidikan Jasmani 2: 2.
Budiwanto, Setyo. 2012. Metodologi Latihan Olahraga.
Cahyani, Dian, FATINA. 2015. “Pengaruh Latihan Beban Menggunakan
Pemberat Kaki Terhadap Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi Atlet Putra
Taekwondo Kabupaten Dharmasyara.” : 1–12.
Erwina, Dika. 2022. “Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap
Kemampuan Momtong Dollyo Chagi Taekwondoin Se-Kabupaten
Kepahiang.” 22(2): :113-122.
Fazdinata. Anatoli. Jerry. dan Ivo, Haridito. 2018. “Pengaruh Pelatihan Beban
Kettler Terhadap Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi Atlet Taekwondo
Putra SMA Antariksa Sidoarjo.” Jurnal Kesehatan Olahraga 2(7): 54–62.
Gusti Ngurah, Agung. Cahya, Prananta. dan Santika, I Gusti. 2022. “Hubungan
37

Koordinasi Mata Kaki Dan Power Otot Tungkai Terhadap Tendangan


Momtong Dollyo Chagi.” Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi
5(1): 01–11. https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/porkes.
Hidayat Muslim, Syafrial, dan Sugihartono. 2019. “Kontribusi Kecepatan Dan
Keseimbangan Terhadap Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi Atlet Putra
Taekwondo Dojang Teladan Kota Bengkulu.” Jurnal Ilmiah Pendidikan
Jasmani 3(2): 174–82.
Rasyono. 2018. “Pengaruh Latihan Beban Karet Terhadap Peningkatan
Kecepatan Tendangan Dollyo Chagi Atlet Junior Taekwondo.” Jurnal Sport
Area 3 (2) : 157 http://journal.uir.ac.id/index.php/JSP/article/view/1873.
Sabatani. Gorin, Ni Koman. Nugraha, Made. Hendra, Satria. dan Ayu Nyoman,
T.D.A., 2019. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan, Kekuatan,
Dan Daya Ledak Terhadap Tendangan Pada Atlet Taekwondo.” Jurnal
Pendidikan Olahraga 8 (2) : 85-89
http://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/olahragahal85-95.
Safitri. Deska. Hilza. dan Bafirman. 2019. “Pengaruh Latihan Beban
Menggunakan Ankle Weight Terhadap Kecepatan Tendangan Dollyo Chagi
Atlet Taekwondo Putra Kabupaten Kerinci.” Jurnal Stamina 2(2): 255–68.
Sudjana. 2016. Metode Statistika. Bandung.
Tirtawirya, Devi. 2005. “Perkembangan Dan Peranan Taekwondo Dalam
Pembinaan Manusia Indonesia.” Jurnal Olahraga Prestasi 1(2): 195–211.
Utama, Arista. Nanang, Surisman. dan Ade, Jubaedi. 2018. “Efektivitas Latihan
Ankle Weight Dan Tarik Karet Terhadap Hasil Tendangan Long Passing.”
Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi: 2–8.
Zulman. Sandra, Dewi. dan Weny, Sasmitha. 2021. “Analisis Hubungan Daya
Ledak Otot Tungkai Dengan Kemampuan Montong Dollyo Chagi Atlet
Taekwondo.” Jurnal Patriot 3 (Maret): 71–81.
http://patriot.ppj.unp.ac.id/index.php/patrio.

Anda mungkin juga menyukai